Senin, 12 Maret 2012

Normalitas Itu Indah


Dalam statistika ada istilah yang bernama normalitas, yaitu data-data terdistribusi normal atau penyebaran data relatif bertendensi mendekati nilai tengahnya atau rata-ratanya (mean). Semakin normal maka semakin baik pula. Kira-kira seperti itulah yang penulis pahami selain alasan-alasan dari normalitas dan juga untuk analisis serta asumsi klasiknya. Namun dalam tulisan ini tidak meninjau dari statistika melainkan bagaimana aplikasi dari kata nomal itu sendiri yang menurut penulis relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata normal berarti menurut aturan atau menurut pola yang umum; sesuai dan tidak menyimpang dri suatu norma atau kaidah. Dari pemahaman arti kata normal tersebut, dalam tilisan ini menggunakan arti yang kedua yaitu “sesuai dan tidak menyimpang dri suatu norma atau kaidah”. Mengapa menggunalan arti itu karena yang dimaksud dengan normal adalah sesuatu yang sesuai atau tidak menyimpang dengan norma, dan norma itu sendiri dapat diartikan sebagai aturan, hukum atau kaiah yang dipakai sebagai tolok ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu. Dan hal ini merupakan suatu keistimewaan karena dalam kehidupan sehari kita diikat oleh suatu aturan moral dan menyebabkan kita tidak dapat bertindak sesuka hati. Atau dalam bahasa gaulnya biasanya disebut emang gue pikirin (EGP).
 Terkait pemaknaan di atas, dapat ditarik suatu benang merah bahwa dalam hidup ini ada aturan-aturan alam yang apabila diabaikan akan mendatangkan hasil yang menyimpang dari yang diharapkan. Selain itu juga, pemahaman akan normal itu sendiri mengindikasikan perlu adanya penyesuaian dengan tempat dimana kita berada namun tetap mampu menjaga prinsip-prinsip hidup sehingga ada keseimbangan yang harmonis antara lingkungan dengan prinsip hidup. Lanjut bahwa apabila seseorang tergelincir dalam pola perilaku yang jauh dari normal maka akan menciptakan ketidakseimbangan, dan ketidak seimbangan ini dapat memicu perilaku yang bertendensi merugikan orang lain dan diri sendiri.
Sehubungan dengan maksud sebelumnya, sesuatu yang tidak normal biasanya disebut abnormal dan abnormal yang dimaksud dalam tulisan ini adalah ketidak seimbangan antara fungsi yang harus dimainkan dengan perilaku yang tampak. Dan hal ini berpeluang meningaktkan ketidakselarasan antara tanggung jawab pribadi dengan tuntutan fungsi yang harus dilakukan dan berakhir pada ketidakefisiensi dan ketidakefektifitas dalam menjalankan tugas. Abnormalitas juga dapat dilihat pada konteks yang berbeda yaitu kinerja aparat pemerintah. Tepatnya adalah bilamana menyepelekan arti normal dalam menjalankan fungsinya dalam suatu institusi maka hasilnya pun akan menjadi tidak efektif dan efisien. Seperti bagaimana terdapat beberapa oknum pemerintah yang terkait kasus korupsi, suap dan lainnya.
Fenomena di atas, sebenarnya bukanlah hal baru atau sudah menjadi lagu lama, hanya saja yang perlu dipertimbangkan dengan bijak adalah efeknya terhadap diri sendiri dan masyarakat. Maksudnya adalah mengabaikan normalitas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab akan membuat pekerjaan semakin tertunda dan tidak pada yang seharusnya. Dan bukan hanya itu saja, permainan saling melempar tanggung jawab pun berpeluang terjadi dan pada buntut-buntutnya wong cilik  juga yang mengalami kerugian. Oleh karena itu, cara konkrit untuk mereduksi hal tersebut adalah perlu adanya kesadaran untuk menanamkan benih normalitas dalam jiwa dan sanubari melalui kesediaan untuk merenung dan tidak ikut-ikutan melainkan tetap mempertahan prinsip hidup dengan berusaha menjalankan fungsi dengan baik dan benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar