Kamis, 01 Maret 2012

Gunakanlah Akalmu Ketika Bergaul


Memalukan banget seh, kuper banget kamu….
Adoh, uda seumur gene masih saja belum pernah ke klub malam….
Ah gile, masa kamu ngak tahu Dugem….
Ngak usah ke kuliah ah, ke tempat teman tuk dugem yuk….
Ngak usah dengar nasihat orang tua, kita kan dah gede….
Kalo lu ngak ke pesta dugem malam ne bareng gue, maka lo ngak setia kawan….
Kalo lo ngak biarin gue cium lo maka lo benar-benar ngak cinta gue….
Kok lo rajin banget seh belajar di malam hari, ikut gue yuk ke tempat biasa, dugem-dugem….
Yang Penting Gaul Man….

Indah sekali ketika ada seseorang yang mau berteman dengan kita, apalagi jika mau mengajak kita kemana pun yang diinginkan. Bukan hanya itu saja, apalagi kalau ornag tersebut memperkenalkan kita pada orang lain alias teman-teman baru. Dan hal ini akan menjadi suatu ikatan emosional yang kuat dan susah dileburkan. Apalagi jaman sekarang ini dimana informasi dengan mudah mengaksesnya maka peluang kita untuk mendapatkan teman akan semakin terbuka alias mudah. Hanya saja hal ini janganlah dipandang enteng karena dalam pergaulan selalu memiliki segi plus dan minusnya. Dalam arti kata ada peluang untuk mengembangkan diri dan ada juga yang mengkerdilakn diri. Oleh karena itu, perlu adanya filterisasi yang teguh untuk membentengi diri dari berbagai hal-hal negatif yang berpeluang kita alami.
Masih terkait ulasan sebelumnya, perlu adanya suatu kerangkan berpikir yang termanifestasi dalam berbagai prinsip-prinsip hidup yang akan digunakan sebagai tameng dalam interaksi atau bergaul. Hal ini seperti merupakan sesuatu yang sepele sekali bahwa bagaimana mungkin sudah jaman seperti ini masih saja perlu untuk melarang bergaul atau yang mungkin yang lebih ekstrim adalah menghalangi informasi untuk pergaulan. Nah disinilah esensinya tulisan singkat ini bahwa bergaul merupakan suatu kewajiban moral karena pada kodratnya kita adalah makluk sosial (homo socius), hanya saja perlu untuk memperhatikan atau mengkritisi dengan cermat karena dalamnya laut dapat diukur namun hati manusia siapa yang tahu. Penjelasannya adalah bagaimana kita memposisikan diri dengan bijak dalam bergaul karena tidak semua orang yang kita bergaul akan membawa kita pada hal-hal positif. Oleh karena itu, kepekaan jiwa serta akal sehat perlu ditingkatkan sebagai perisai yang melindungi kita dari efek-efek negative itu.
Konkritnya adalah apabila seseorang bergaul dengan orang yang sering membuat onar maka dirinya berpeluang terpengaruh, ditambah lagi apabila kondisi keluarga yang tidak memiliki fondasi baik dalam mengembangkan diri maka akan sangat berbahaya. Seperti harus keluar malam untuk aktivitas-aktivitas yang tidak berguna, hal ini hanya akan membuat kita menjadi korban jaman atau tanpa disadari menjadi budak dari jaman. Oleh karena itu, kesadaran diri untuk tidak mau ikut-ikutan menjadi bagian integral sehingga akan meningkatkan kontrol diri. Peningkatan control diri penting karena akan mencegah menjadi korban-korban dari orang-orang yang homo homini lupus alias serigala berbulu domba.
Ditujukan untuk aplikasinya, seseorang perlu berpikir dahulu sebelum bertindak. Tepatnya yaitu berpikirlah atau kritisilah dengan cermat dan benar tentang efek-efek dari bergaul dengan seseorang, hal ini tidak menjadikan kita sebagai manusia yang over protektif melainkan menjadikan kita cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Pemahaman yang tepat akan berbagai efek buruk akan sangat membantu ketika bergaul, bukan karena menghindari dari efk negative melainkan juga untuk keluar atau meninggalkan aktivitas yang tidak perlu atau tidak bermanfaat. Nalarnya adalah dengan menyadari efek buruk dari bergaul dengan seseorang, orang tersebut akan terdorong untuk memikirkan kebaikan masa depannya, dan dengan memikirkan masa depannya maka orang tersebut akan berusaha sekuat tenaga tidak terjerumus lagi dalam aktivitas-aktivitas yang tidak bermanfaat tersebut.
Guna memperjelas, penulis mengambil salah satu lirik lagu yang akan dijadikan contoh. Judul lagunya adalah “Gaul”. Dalam lirik lagu tersebut secara eksplisit “menasihati” kita untuk jangan menjadi korban dari ikut-ikutan gaul dengan membeli apa saja yang maha-mahal untuk menunjukkan bahwa diri kita adalah orang yang gaul. Hal ini berefek lanjutan pada menyusahkan orang tua dan diri sendiri karena alokasi uang tidak untuk membangun aset melainkan untuk gaya-gayaan yang sebenarnya tidak rasional. Bukan hanya itu saja, dalam lagu tersebut tersirat juga makna bahwa bergaul itu sendiri boleh-boleh saja asalkan disesuaikan dengan akal sehat sehingga tidak asal-asalan dan menyusahkan diri. Dalam arti kata, biar sederhana asalkan rasional dan tidak menjadi korban dari gaul yang pada hakikatnya adalah memikiskan diri sendiri. Akhir kata, untuk meningkatkan pergaulan yang berlandaskan akal sehat, menurut hemat penulis perlu membangun kebiasaan berpikir dahulu sebelum bertindak (think before act) dan hal ini diawalai dari kehidupan keluarga sebagai unit masyarakat terkecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar