Selasa, 13 Maret 2012

Menikah Dan Pengelolaan Keuangan


Menikah adalah pilihan dan apa pun pilihannya, itu merupakan suatu kehendak bebas. Namun menikah itu sendiri sebenarnya memuat banyak nilai kehidupan, dlam pengertian bahwa perlu mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Salah satunya adalah dalam aspek keuangan, yang mana menjadi fokus dalam tulisan ini. Aspek keuangan memang bukanlah utama namun memiliki peran yang apabila diabaikan akan mengakibatkan keharmonisan dalam keluarga akan pudar. Maksudnya adalah aspek keuangan keluarga/rumah tangga memiliki dampak pada kepaduan suatu keluarga karena operasionalisai kebutuhan membutuhkan uang. Oleh karena itu pengelolaan keuangan menjadi bagian yang perlu diasah dan membawa manfaat bagi orang yang sudah menikah atau pun belum menikah.
Manajemen keuangan dalam perspektif rumah tangga atau pun persiapan dalam memasuki rumah tangga dapat dideskripsikan seperti bagaimana bagi yang belum menikah dan hendak menikah perlu mempertimbangkan biaya hidup, kesehatan, proteksi atau pun biaya-biaya tak terduga lainnya. Dalam hal inilah bagi seorang yang hendak menikah perlu mempertimbangkan dengan cermat karena dalam suatu pernikahan akan menambah biaya-biaya, yang pada awalnya adalah biaya hidup sendiri sekarang akan menjadi biaya hidup dengan pasangan. Namun hal ini dapat juga dengan ada tambahan keluarga lainnya sehingga pertimbangan proporsi pendapatan akan sangat menentukan hasil akhir dari siklus keungan.
Bagi yang sudah menikah, biaya-biaya yang diperlukan juga perlu mendapatkan perhatian dan jangan sampai diabaikan. Mengapa, karena biasanya apabila penerimaan tidak mencukupi pengeluaran maka membutuhkan tambahan uang dari sumber lainnya. Hal ini menjadi titk tolak yang begitu riskan karena keputusan keuangan keluarga akan berakibat pada siklus kas saat ini dan di masa mendatang. Konkritnya seperti bagaimana apabila ada kebutuhan uang yang harus segera dipenuhi, apakah akan menggunakan tabungan, toh kalau menggunakan tabungan perlu mempertimbangkan keseimbangan lagi dalam pemenuhan kebutuhan uang tersebut, karena jangan sampai tabungan tidak mencukupi. Selain itu, perlu juga mempertimbangkan akibat psikologis dari terganggunya arus kas.
Merujuk pada ulasan sebelumnya, untuk mencegah adanya peristiwa-peristiwa yang tak diduga maka perlu membangun aset keuangan. Karena dengan kepemilikan aset keuangan maka pemenuhan kebutuhan atas uang akan direduksi. Dalam arti kata, masih mampu ditanggulangi sehingga tidak mambawa pada efek-efek yang tidak diharapkan. Konkritnya adalah gunakan penerimaan sebagai pemenuhan spiritualitas, lalu sisanya mulailah membeli sesuatu yang memiliki nilai tambah. Lanjut bahwa aspek pengontrolan pengeluaran juga tak dapat diabaikan. Maksudnya adalah bagaimana keluarga/rumah tangga mampu menahan diri dalam berbelanja, karena apabila jebol hasrat berbelanja maka akan menguras persentase penerimaan. Oleh karena itu, disiplin pada budget menjadi hal yang tak dapat ditawar-tawar lagi melainkan harus diupayakan untuk taat. Akhir kata, kesimpulan dari tulisan singkat ini adalah bagaimana sedia paying sebelum hujan, dalam pengertian bahwa bagi orang yang belum menikah atau pun yang sudah menikah segeralah membangun aset keungan dan berlatihlah mengontrol pengeluaran alias tetap taat pada budget yang telah dibuat sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar