Rabu, 07 November 2012

Kebodohan Jiwa


Memandang kesalahan orang lain itu sangat mudah dilakukan namun melihat kesahan diri sendiri merupakan suatu upaya yang membutuhkan kesadaran serta kejujuran tingkat tinggi. Karena pada prinsipnya melihat kesalahan atau kebodohan jiwa seringkali orang malas melakukannya dan pada akhirnya hanyalah pengulangan-pengulangan kembali kesalahan serta mungkin saja akan memicu perilaku penggerutu. Efek lanjutannya adalah hanyalah semakin tenggelam dalam lautan kebodohan jiwa yang tak berkesudahan.
Terkait tulisan ini, sebenarnya hanya akan mendeskripsikan bagaimana kebodohan jiwa dapat terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan pribadi. Maksudnya yaitu bagaimana ketidaksadaran akan kebodohan jiwa dalam mengelola uang akan terulang-ulang lagi dan kemungkinan untuk sadar menjadi kecil peluangnya walaupun tidak berarti tidak dapat diubah. Spesifiknya yaitu bagaimana orang ketika salah mengelola keuangannya seperti boros, suka utang, gaya hidup mewah dan lain-lainnya akan terulang-ulang dan akan menjadi suatu kebiasaan yang melekat dalam hidup orang tersebut. Dan mungkin saja hal itu dapat berefek pada generasi selanjutnya sehingga menjadi suatu kebodohan turun temurun dari generasi ke generasi.
Hal sebelumnya akan terdeteksi lagi ketika mengamati bagaimana gaya hidup jaman sekarang yang memang dapat dikatakan berlebihan dalam konsumsi atau berperilaku konsumtif akan sangat terasa dan tampak dengan jelas bahwa kebodohan jiwa dalam mengelola keuangan. Apalagi jika sampai terjebak dalam persepsi bahwa kesuksesan diriku terletak dari apa yang saya gunakan”. Karena persepsi tersebut akan mengarahkan pada berupaya supaya terlihat sukses oleh orang lain walaupun pada kenyataannya tidaklah demikian. Ditambah lagi dengan sikap nekad untuk menunjukkan kesuksesan kita melalui barang-barang mewah yang digunakan akan membawa pada kondisi utang yang berlebihan.
Dengan kondisi utang yang berlebihan karena mengejar gengsi. Orang tersebut dapat saja membawa kebodohan jiwa tersebut pada keturunan mereka dan yang akan terjadi kemudian sudah dapat ditebak yaitu akan semakin memperburuk keadaan dan tentu saja akan semakin jauh dari fitrah seorang manusia. Logikanya adalah dengan terperangkap dalam kebodohan jiwa dan tidak sadar-sadar juga dengan kebodohannya tersebut akan mempermalukan dirinya senidri bahwa dirinya adalah manusia yang diberkahi dengan aka budi yang tujuannya yaitu memampukan kita untuk merespon, menginterpretasi dan membuat pertimbangan ketika membuat keputusan. Dan tentu saja keputusan tersebut meliputi keputusan keuangan juga.
Terlepas dari keterkaitan dengan fitrah manusia, dalam tulisan ini juga melihat bahwa kebodohan jiwa yang dibawah turun temurun akan menimbulkan konsekwensi buruk yang tak terkirakan. Tepatnya adalah menimbulkan mindset pecundang yang tidak mampu keluar dari kebodohan jiwa. Bermodalkan mindset pecundang akan menimbulkan jiwa pengecut yang hanya bisa hidup dalam angan-angan dan tak mampu melihat kenyataan yang sebenarnya. Tanpa kemampuan melihat kenyataan akan membawa pada kondisi yang hanya bekerja-bekerja dan bekerja tanpa mau memaknai hidupnya untuk mencapai kebebasan keuangan yang pada hakikinya adalah kewajiban semua orang. Dan mungkin saja akan menimbulkan sikap iri hati yang hanya suka berpikiran buruk ketika melihat orang lain sukses, apalagi yang sukses dalam bidang keuangan. Oleh karena itu, “jangan melotot kebodohan jiwa, cepat ambil tindakan untuk mengatasinya”. 

Haus Akan Ilmu


Melihat ke awan mencari pencerahan
Hanya bayang-bayang kupu-kupu indah yang terlihat
Tak tertahankan hati untuk bertanya
Kenapa tak menemukan dewa kearifan dan pengetahuan

Waktu terus berlalu dan melemahkan spirit jiwa
Namun dibalik pesimisme hidup
Ku melihat sentuhan percikan kearifan dan kesadaran
Ku berlari mengejar percikan itu untuk meraihnya

Tak menyangka ku berhasil menggenggam percikan kearifan itu
Ku pegang erat-erat dan tak mau melepaskannya
Hingga energiku terasa mulai kehabisan
Namun tak kubiarkan diriku terus melemah

Ku berusaha mencari energi baru
Hingga aku menemukannya karena ada pertolongan sang Kuasa
Dan hal ini semakin membuat diri makin sadar akan kodrat diri
Untuk jangan pantang menyerah dan tetap berusaha untuk menemukan ilmu yang berada di depan mata

Refleksi


Dalam hati terdapat kebaikan
Dalam jiwa terdapat kearifan
Dalam gen terdapat kebijaksanaan
Dalam suara terdapat kata-kata kebenaran

Dalam tulang terdapat pancaran cinta
Dalam pandangan terdapat kebaikan orang lain
Dalam tarikan nafas terdapat ketulusan
Dalam langkah hidup terdapat pancaran visi

Dalam dentuman cinta terdapat percikan kesucian
Dalam pergerakan terdapat cinta kasih
Dalam keheningan terdapat suara kebaikan
Dalam totalitas hidup terdapat spirit suci

Mabuk Cinta


Melihat dirimu yang disinari cahaya rembulan
Membuat hati serasa ingin meluap
Kedipan mata berhenti seketika
Ketika cahaya kecantikan memaparkan kasih sayang

Berharap hati ingin memeluk dan dipeluk
Mencoba merasakan kehangatan cahaya kemurnian cinta
Yang mendasari keharmonisan antara dua insan manusia
Ingin tubuh ini merasakan candunya cinta

Tapi serasa hancurnya harapan cinta yang tertanam
Serasa bumi ini berhenti berputar
Serasa semua dewa-dewa mejadi mitos belaka
Ketika sadar bahwa cinta ini hanyalah khayalan belaka

Selasa, 02 Oktober 2012

Revolusi KIA


Kesehatan merupakan hak semua orang dan untuk itu perlu diupayakan secara sungguh-sungguh supaya masyarakat mendapatkan hak kesehatannya dengan baik dan benar. Untuk itulah, dalam program revolusi kesehatan ibu dan anak (KIA) diselenggarakan supaya akses kesehatan masyarakat menjadi merata. Revolusi KIA merupakan suatu program terencana yang dikembangkan supaya setiap ibu hamil dapat melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai atau sepantasnya dan juga bagaimana bayi baru lahir atau neo natal juga mendapatkan pertolongan yang memadai. Dari program tersebut, tampak bahwa kesehatan ibu hamil (BUMIL) dan bayi neo natal mendapatkan perhatian yang dilanjutkan dengan aksi nyata. Dan tentu saja tujuan utamanya adalah mencegah kematian BUMIL dan bayi neo natal dan menuju kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat.
Berpijak pada penjelasan di atas sangat tampak bahwa revolusi KIA merupakan suatu upaya yang dilandasi nilai spiritual, yang mana merupakan fokus pada tulisan ini. Oleh karena itu, tulisan ini tidak membahas aspek teknisnya melainkan lebih pada dasar filosofis dari program revolusi KIA. Untuk itu, apabila ditinjau dari filsafat manusia sangat tampak bahwa program KIA merupakan upaya untuk memanusiakan manusia. Dalam artian, program revolusi KIA adalah program yang memiliki nilai mengangkat harkat dan martabat manusia menuju proses penjadi dan semakin mendekati fitrah manusia (nobel creature or imagodei).
Lanjut bahwa program revolusi KIA juga merupakan suatu upaya yang mendewasakan dan memandirikan manusia yang dimulai dari proses penyadaran agar BUMIL melahirkan di fasilitas kesehatan yang patas sehingga dapat ditolong oleh tenaga kesehatan yang handal juga. Spesifiknya yaitu program revolusi KIA merupakan program yang diarahkan untuk memotivasi kesadaran masyarakat bahwa kesehatan itu merupakan kekayaan yang tak ternilai sehingga perlu mendapatkan perhatian secara mendalam. Terkait kekayaan tak ternilai itulah, program revolusi KIA semakin membuat keluarga menjadi sadar akan pentingnya kesehatan sebagai aspek operasionalisasi. Logikanya adalah bermodalkan kesehatan yang baik maka manusia dapat menjalankan eksistensinya dengan baik dan bagaimana apabila manusia menjadi sakit maka tentu saja akan sangat menghambat operasionalisasi eksistensi manusia itu sendiri.
Selain itu, program revolusi KIA juga merupakan suatu upaya nyata bahwa manusia dilahirkan oleh ibu, karena itu perlu adanya kesadaran bahwa kasih ibu tidak terbatas seperti matahari yang tidak pernah bosan-bosannya menyinari dunia. Dengan kata lain, program revolusi KIA merupakan suatu upaya nyata yang memuat nilai kehidupan (virtue value) bahwa “surga berada di bawah telapak kaki ibu” sehingga upaya penyelamatan BUMIL dan bayi neo natal merupakan suatu perwudan dari surga dibawah telapak kaki ibu. Dan hal ini merupakan suatu ungkapan rasa syukur pada sang Agung bahwa manusia adalah makluk noble creature. Karena itu kesadaran atas tanggung jawab yang terindikator dalam niat sungguh-sungguh mensukseskan program revolusi KIA sebenarnya mendeskripsikan suara hati murni untuk melihat sesama sebagai manusia.
Sehubungan dengan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa program revolusi KIA merupakan suatu program yang patut dan sekali lagi patut diupayakan oleh segenap jiwa dan raga, yang apabila dikerucutkan dapat dikatakan bahwa peran masyarakat, institusi, nakes, keluarga dan individu sangat vital dibutuhkan untuk mendorong kesuksesan program revolusi KIA. Untuk itu, perlu adanya semangat dan niat yang kuat untuk melakukan program revolusi KIA dan tentu saja semua itu dilakukan jangan disertai berbagai maksud lain melainkan hanya tertuju pada memanusiakan manusia melalui proses persalinan di faskes yang memadai dan ditolong oleh nakes yang memadai juga. Dalam hal ini, terindikasi bahwa program revolusi KIA merupakan suatu upaya demokrasi kesehatan sehingga kemiskinan dan kesehatan yang kerap kali menjadi masalah dapat dikikis sampai habis dan menuju masyarakat yang bukan hanya cerdas kreatif inovatif melainkan juga sehat.

Membangun Bahtera Kesejahteraan Keuangan


Kisah Nabi Nuh yang diselamatkan Allah melalui Bahtera sehingga terhindar dari kematian air bah? Kalau pembaca masih mengingatnya, itu merupakan suatu keindahan karena dari kisah Nabi Nuh sebenarnya terdapat muatan nilai keuangan yang sangat indah dan tak lekang di makan jaman. Dalam artian bahwa dari kisanNabi Nuh memuat suatu nilai kebijaksanaan dalam mengelola keuangan. tapi nanti akan penulis jelaskan titik korelasi kisan tersebut dengan pengelolaan keuangan. Saat ini akan diarahkan dulu pada bagaimana pemknaan ceritera Nabi Nuh dari aspek spiritual lalu dilanjutkan dengan korelasinya dengan seni mengelola keuangan yang tepat,
Dari aspek spiritual, kisah Nabi Nuh mengajarkan pada kita tentang bagaiman perilaku yang taat pada Allah sehingga disayangi dan dicintai oleh Allah. Selain itu, kisah tersebut juga memuat arti pentingnya persiapan dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan. Logikanya adalah ketika saat kehidupan Nabi Nuh hidup, orang-orang saat itu tidak mempedulikan peringatan dari Allah bahwa kehidupan mereka menyimpang jauh dari yang diharapkan sehingga mereka dibinasakan dari kolong langit menggunakan air bah, dan hanya Nabi Nuh sekeluarga saja yang diselamatkan menggunakan sebuah bahtera. Dan bahtera itulah yang membuat hidup Nabi Nuh sekeluarga selamat. Yah kira-kira seperti itulah gambaran kehidupan Nabi Nuh, namun seperti tujuan dari tulisan ini yaitu ingin belajar dari kisah tersebut untuk dikaitkan dengan seni mengelola keuangan yang tepat sasaran maka pada penjelasan selanjutnya akan diarahkan pada hal tersebut.
Keterkaitan serta kebermaknaan dari kisah Nabi Nuh dengan seni pengelolaan keuangan pribadi yaitu pada aspek “persiapan (prepare)”. Nalarnya adalah ketika masih hidup Nabi Nuh berperilaku yang baik dan benar hingga mampu membuat bahtera yang menyelamatkan diri mereka. Sama halnya juga mengelola uang, yaitu membutuhkan suatu pola perilaku yang baik dan benar sehingga mudah untuk mempersiapkannya secara benar. Spesifiknya yaitu ketika menerima uang, pola perilaku harus mendukung pengelolaan keuangan yang sehat dan tentu saja hal itu perlu juga didukung dengan “persiapan” yang matang. Janganlah memiliki gaya hidup boros dan lupa mempersiapkan rencana keuangan masa depan sehingga akan masuk dalam kondisi kesulitan keuangan.
Lanjut bahwa melalui persiapan yang matang dalam mengelola keuangan akan sangat membantu mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar sehingga suatu kesesuaian mengelola keuangan menjadi kenyataan. Sampai di sini, sekiranya pembaca dapat memahami bagaimana kisah Nabi Nuh yang sudah terjadi beribu-ribu tahun yang lalu namun nilai keutamaannya sangat relevan hingga saat ini. Dan salah satunya yang ditulis dalam tulisan ini yaitu aspek “persiapan (prepare)”, dan jika didibaratkan akan berbunyi “sedia payung sebelum hujan dan bukan sedia payung setelah hujan”.

Membaca Sebagai Kebutuhan


Kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi supaya kehidupan manusia tersebut dapat dijalankan. Dengan kata lain bahwa kebutuhan adalah sesuatu yang tidak ada tawar menawar untuk dipenuhi. Berpijak pada definisi tersebut sangat tampak bahwa setiap manusia pasti memiliki kebutuhan dan menuntut manusia untuk memenuhinya. Tidak hanya itu saja, kebutuhan juga dapat bersifat sentral yaitu membuat manusia dapat melakukan eksistensinya dengan baik dan benar. Ditujukan untuk memperjelas, dalam tulisan ini akan diarahkan untuk bidang pendidikan yang beresensikan aktivitas belajar.
Terkait belajar itulah, sebenarnya memuat nilai etis yaitu kewajiban hakiki yang harus dilakukan oleh manusia supaya membuat hidupnya menjadi berarti. Hanya saja pada kenyataannya membaca belumlah menjadi aktivitas yang memadai atau dianggap penting oleh manusia. Untuk itu dalam tulisan ini akan diarahkan untuk bagaimana menjadikan membaca sebagai salah satu kebutuhan manusia. Spesifiknya yaitu bagaimana menjadikan membaca sebagai aktivitas yang menyenangkan dan harus dilakukan supaya hidup menjadi penuh warna, keindahan dan kebijaksanaan.
Mengapa, karena melalui membaca manusia akan mampu mengubah perilaku dari tidak benar menjadi benar adanya dan hal ini konsisten sepanjang manusia masih bernafas. Pertanyaannya adalah bagaimana menjadikan membaca sebagai kebutuhan? Untuk itu dalam tulisan ini akan dipaparkan beberapa teknis yang dapat dijadikan cara konkrit. Pertama adalah sadarilah bahwa membaca merupakan salah satu cara untuk membuka cakarawala berpikir sehingga mampu membuat pertimbangan yang rasional. Mengapa kesadaran penulis menaruhnya pada solusi pertama karena tanpa didukung kesadaran maka setiap perilaku hanyalah bersifat sementara saja dan tidak permanen. Oleh karena itu, usaha menumbuhkan kesadaran sebenarnya merupakan prioritas tertinggi dalam dunia pendidikan sehingga manusia dapat melaksanakan eksistensinya dengan keteguhan jiwa. Dan tentu saja semua itu diarahkan untuk mencapai tujuan hidup yang membuat manusia menjadi berarti.
Kedua adalah disiplin membaca dan hal ini janganlah diartikan sebagai suatu kegiatan yang membosankan melainkan cukuplah dengan membaca setiap hari 5 menit hingga 10 menit. Hal ini penting supaya pada awalnya belajar membaca menjadi aktivitas yang sangat luar biasa. Namun untuk mempertahankan kebiasaan membaca menjadi aktivitas yang luar biasa menyenangkan maka perlu ditingkatkan seiring berjalannya waktu. Dengan demikian, diharapkan dua cara ini dapat membawa perubahan pada perilaku orang supaya dapat menjadikan membaca sebagai kebutuhan hidup yang hakiki.
  

Kesehatan Sebagai Investasi


Istilah investasi merupakan istilah yang banyak ditemui dalam bidang keuangan dan akuntansi, namun tidak tertutup kemungkinan digunakan dalam bidang lain. Sebelum melanjutkan lebih jauh, penulis akan memberi pemaknaan untuk investasi pada umumnya. Investasi adalah proses melipatgandakan sesuatu. Berpijak pada definisi tersebut tampak bahwa investasi sangat dibutuhkan karena tujuannya untuk melipatgandakan sesuatu yang positif. Oleh karena itu, penggunaan investasi untuk bidang kesehatan sangat tepat karena akan mengakumulasi kesehatan.
Samapi di sini, pemaknaan investasi pada kesehatan mutlak dilakukan oleh siapa saja, hanya saja untuk mengaplikasikannya dibutuhkan saling kerja sama atau sinergi antara beberapa pihak terkait seperti pemerintah, puskesmas, masyarakat, keluarga, dan lain-lain. Dalam tulisan ini akan diarahkan pada institusi puskesmas, karena perannya sangat vital bagi kesehatan masyarakat dan kelaurga. Dalam artian, kinerja puskesmas merupakan yang merupakan rantai terakhir dalam bidang kesehatan sehingga akan menyentuh masyarakat yang apabila dikaji dari perspektif ekonomi memiliki pendapatan serta kesadaran akan kesehatan yang belum optimal.
Ditujukan untuk memperjelas bahwa saat ini pemerintah telah mengaplikasikan program BOK, JAMKESMAS, dan JAMPERSAL guna memberi bantuan kesehatan serta mengangkat derajat kesehatan masyarakat. Hanya saja utnuk sukses mencapai atau mewujudkannya sangat memerlukan institusi puskesmas guna menjalankan. Untuk prosedur cara operasional tidak menjadi fokus tulisan ini akan tetapi diarahkan pada pemahaman mendasar (paradigm) tentang kegiatan puskesmas untuk masyarakat yang menurut paradigma psenulis sebagai suatu investasi jitu.
Karena pada prinsipnya, kesehatan merupakan investasi atau ujung tombak pembangunan sumber daya manusia selain pendidikan. Untuk itu perubahan pola perilaku (mindset) tenaga kesehatan puskesmas sangat dibutuhkan. Dalam artian nakes puskesmas perlu diberi edukasi untuk menganggap tugas melayani kesehatan kepada masyarakat sebagi tugas yang mulia atau memuat nilai keutamaan. Oleh karena itu diharapkan dengan memahami nilai keutamaan tersebut, masyarakat dan nakes puskesmas saling bersinergi sehingga tujuan awal dari investasi pada kesehatan akan tercapai dan tentu saja keberhasilan tersebut akan merubah Index Pembangunan Manusia (IPM) menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

Jumat, 14 September 2012

Revolusi Keuangan Pribadi

Tantangan hidup yang kian kompleks menuntut kesiapan diri yang makin tinggi, karena bermodalkan kesiapan sajalah tantangan yang rumit dapat terselesaikan. Dan tidak itu saja, melalui persiapan jugalah seseorang dapat memicu semangat belajar untuk melakukan penyesuaian. Hal yang sama juga pada bidang keuangan, tepatnya manajemen keuangan pribadi. Logikanya adalah berubahnya lingkungan dan berbagai faktor lainnya seperti ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dan lain-lainnya kian membuat perhatian pada pengelolaan keuangan yang tepat semakin menjadi kebutuhan.
Untuk itu dalam tulisan singkat ini diarahkan pada melakukan perubahan dalam jangka waktu cepat atau biasanya disebut sebagai revolusi, yang mana tentu saja revolusi dalam bidang keuangan. Spesifiknya yaitu bagaimana menjadi sadar dan mau berubah ketika mengelola keuangan sehingga mampu mempertebal benteng keuangan (financial asset). Meningkatnya benteng keuangan akan mengarahkan pada pencapaian kebebasan keuangan dan tentu saja hal ini membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan yang dimaksud yaitu kesadaran untuk melihat diri atau merefleksi diri sehingga menemukan bintik-bintik kesalahan yang kadang-kadang sulit dideteksi.
Sehubungan dengan pengorbanan diri itulah, dapat dikatakan bahwa perubahan mendasar namun waktunya lebih cepat sebenarnya merupakan kesadaran dan hal itu dapat dikatakan merupakan salah satu langkah awal untuk merubah paradigma. Setelah berani melihat diri, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan keuangan secara kontinyu. Namun seperti yang diketahui bahwa perubahan yang cepat dapat dilakukan apabila ada komitmen untuk melakukan 2 hal tersebut secara berkesinambungan dan kontinyu, dan kadang-kadang orang yang melakukan 2 hal ini hanyalah semangat pada awal-awalnya saja sedangkan sisanya akan mulai malas atau bahkan berhenti melakukannya.
Setelah memperdalam dua hal sebelumnya terus-menerus, selanjutnya adalah mengaplikasikannya secara benar dan jangan lupa untuk membuka diri pada informasi-informasi baru atau pun berbagai saran dari para pakar keuangan. Hal ini menimbang untuk menjaga konsistensi perubahan perilaku. Lebih teepatnya adalah berteman dengan berbagai pihak yang memiliki kompetensi keuangan yang handal akan mendorong stimulasi untuk tetap konsisten mempertajam kesadaran diri serta kecerdasan keuangan guna mencapai kebebasan keuangan. Semoga saja dengan anda berhasil merevolusi keuangan pribadi anda dan meningkatkan kesejahteraan keuangan demi kebaikan anda, keluarga, masyarakat dan negara.

Membangun Kantong-Kantong Aset Keuangan


Ketika kita kebetulan dianugerahi dengan berbagai kelimpahan harta, janganlah sampai melupakan untuk berinvestasi dan menabung karena apabila terjadi perubahan yang tidak diinginkan maka kita sudah memiliki persediaan. Dan apabila terjadi kondisi kebalikannya yaitu kita kekurangan uang maka tak dapat dipungkiri bahwa kita tetap harus menabung dan berinvestasi karena seperti yang diketahui bahwa hal itu dtujukan untuk fungsi-fungsi berjaga-jaga dan melimpahkan aset keuangan. Ibaratnya sedia payung sebelum hujan.
Dalam upaya itulah, kesediaan dan kesadaran untuk membangun aset-aset keuangan menjadi hal yang tidak bisa diabaikan. Untuk itu pemahaman cara konkrit untuk membangun kantong-kantong keuangan merupakan solusi konkrit, dan salah satunya adalah dengan menambah ketrampilan dan kejelian untuk melihat peluang serta mampu memanfaatkannya. Dalam artian bahwa bagaimana si individu benar-benar sadar untuk melihat keistimewaan dirinya yang dapat digunakan untuk membangun aset keuangan. Dalam istilah keuangan biasanya disebut sebagai nilai tambah (value added).
Sesudah meningkatkan nilai tambah, langkah selanjutnya adalah meningkatkan ability keuangan, yang mana wujud konkritnya adalah kompetensi dan dalam kompetensi berada pengetahuan dan ketrampilan. Karena tidak mungkin seseorang dapat akumulasi keuangan tanpa memahami dengan benar akan kedua faktor tersebut. Hal ini dapat dilihat dari berbagai media masa dan elektronik tentang ada korbannya penipuan investasi dan juga berbagai penipuan keuangan lainnya. Contoh lainnya adalah bagaimana saat ini terdapat tendensi dari masyarakat indonesia untuk memiliki gaya hidup boros dan suka menggunakan kartu kredit sebagai ajang gaya-gayaan.
Untuk mereduksinya memang tidak lain adalah meningkatkan literasi keuangan dan hal ini haruslah dilakukan secara disiplin. Dan untuk konteks saat ini sudah tidak terlalu susah untuk meningkatkan literasi keuangan karena dapat diakses melalui internet, tapi ingat bahwa hal itu hanyalah penunjang saja dan bukan yang utama. Maksudnya adalah bagaimana pun memerlukan adanya usaha konsisten untuk meningkatkan melalui membaca dan meminta bantuan orang yang benar-benar pakar dalam ilmu dan seni mengelola keuangan. Dan ingat bahwa semua itu sekiranya dilakukan dengan hati yang sukacita dan bukan keterpaksaan karena apabila dilakukan dengan keterpaksaan maka biasanya tidak dilakukan secara kontinyu.


Uangku Habis Untuk Belanja

Ketika melihat dompet dan ternyata dompetnya penuh dengan uang, yang mana mungkin saja saat itu kebetulan baru saja gajian. Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh orang tersebut? Jawabannya bisa saja bervariasi namun menurut hemat penulis bahwa ketika membuka dompet dan tanpa pertimbangan yang rasional untuk segera membelanjakannya maka orang tersebut pada prinsipnya membutuhkan kesadaran diri untuk meningkatkan pengetahuan keuangannya.
Karena dengan pola perilaku seperti itu, dapat disimpulkan bahwa berapa pun pendapatan yang diperoleh tak akan membawa hasil optimal bagi hidupnya. Lanjut bahwa semua itu terjadi karena uang yang diperoleh dengan susah payah hanya dihabiskan dengan sekejap saja sehingga memudahkan dirinya terjebak dalam kesulitan keuangan, yang salah satunya adalah perangkap utang (debt trap).
Tidak hanya itu saja, ketika hanya menghabiskan uang untuk membiayai sesuatu yang tanpa dipikir secara cermat, dapat juga berefek lanjutan pada keluarganya dan juga pada orang lain. Maksudnya adalah ketika uang yang diperoleh hanya untuk habis untuk belanja, orang tersebut meningkatkan peluang untuk mengalamai stres keuangan karena adanya tekanan psikologis yang memaksanya bertindak tidak stabil sehingga dapat menulari orang disekitarnya.
Lebih spesifiknya lagi yaitu akibat kebingunan karena kehabisan uang akan mendorong orang tersebut kurang baik dalam menilai dan berperilaku. Alhasil bahwa orang tersebut akan semakin dalam terperangkap dalam kesulitan keuangan dan siklus tersebut terus-menerus berputar seperti tiada akhirnya. Oleh karena itu untuk menghindari diri dari menghabiskan uang hanya untuk belanja yaitu sadarilah bahwa sebelum membuka dompet, langkah pertama yang harus dilakukan adalah berpikir dahulu tentang apakah manfaat yang diperoleh ketika mengeluarkan uang dari dompet. Dan apabila saat itu ada dorongan yang begitu kuat untuk belanja, sebaiknya tetap berkeras hati dan segera meninggalkan tempat yang penuh dengan stimulus belanja tersebut.

One For All, All For One

Ketika menonton salah satu film yang berjudul musketer. Penulis sangat tertegun dengan prinsip kerja mereka, yang mana musketer adalah pasukan kusus penjaga dan pelindung raja Perancis. Tepatnya adalah bagaimana semua pasukan yang tergabung dalam musketer diajarkan dan diusahakan memahami hingga sanubari prinsip hidup seorang msuketer yaitu satu untuk semua-semua untuk satu. Berpijak pada prinsip kesatriaan pasukan musketer tersebut telah berhasil memberi ikatan psiko-sosial-spiritual bahwa mereka adalah satu dan satu prajurit merupakan bagian dari keseluruhan.
Namun bukan hanya itu saja yang membuat penulis kagum, melainkan bagimana kesesuaian prinsip tersebut satu untuk semua-semua untuk satu (one for all, all for one) dengan prinsip kerja sama tim. Nalarnya adalah bagaimana setiap anggota tim merupakan penentu kesuksesan bagi semuanya dan begitu juga sebaliknya bahwa semua anggota merupakan kekuatan kesuksesan bagi masing-masing anggota. Dan hal ini akan mengikat semua anggota tim untuk sadar bahwa mereka semuanya merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga perlu adanya kerja sama dan kejujuran untuk mewujudkan suatu tujuan.
Berpijak pada ulasan sebelumnya, tampak bahwa maksud penulis lebih menekankan pada aspek manajerial. Dan hal ini memang sesuai dengan konteks kerja dalam operasional manajerial bahwa keutamaan dan keintiman sebuah tim kerja merupakan suatu hal yang mutlak di perlukan dan tidak dapat diabaikan. Diibaratkan seperti kekuatan sebuah rantai bahwa kekuatan utamanya terletak pada titik terlemah mata rantai sehingga perlu untuk saling mendukung dan berkerja sama mewujudkan tujuan yang selaras dengan visi organisasi.
Selain itu, prinsip dari satu untuk semua-semua untuk satu (one for all, all for one) juga sangat bermanfaat untuk perkembangan kedewasaan diri. Maksudnya adalah ketika seseorang menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kesatuan dengan orang lain akan memicu sikap positif untuk menghargai dan menghormati orang lain. Lebih spesifik lagi yaitu bagaimana menempatkan atau memposisikan diri bahwa ada kesuksesan yang membutuhkan bantuan orang lain sehingga tidak lupa diri atau menyombongkan diri. Lanjut bahwa dengan memahami dan peka terhadap saling kesatuan dirinya dengan orang lain juga akan menimbulkan rasa kasih sayang pada bukan saja makluk hidup seperti manusia, melainkan juga pada makluk lainnya seperti tumbuhan dan alam semesta.
Logikanya tentang pemahaman bagaimana mengaplikasikan prinsip ini adalah orang merasa sadar bahwa dirinya merupakan suatu kesatuan dengan alam semesta sehingga tidak sembarangan merusak alam semesta karena akan berakibat buruk pada dirinya dan juga orang lain. Seperti membuat kerusakan alam sehingga dapat berdampak buruk pada sesama manusia. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa prinsip ini akan meningkatkan spirtualitas manusia untuk memahami hakekat ketergantungan antara manusia dan juga pada eosistem alam sehingga akan berusaha untuk menjaga dan saling berkontribusi pada sesama manusia dan juga kelestarian alam yang merupakan tempat manusia bereksistensi sepanjang siklus hidup masing-masing orang.

Rabu, 12 September 2012

Siapa Penentu Takdir Finansialku?


“Itu merupakan takdirku. Atau yah mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi”. Mungkin contoh-contoh pernyataan sebelumnya pernah didengan atau mungkin saja pernah diucapkan, entah disadari ataukah tidak. Tap terlepas apakah terdapat faktor menyadarinya ataukah tidak, tetap saja kita harus mengakuinya bahwa apa pun yang terjadi dalam rentetan waktu, entah peristiwa suka atau pun tidak diharapkan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang ahrus dilakukan . karena tanpa kesadaran untuk belajar dari kesalahan tersebut, kita hanya akan menghambat perkembangan kedewasaan kita.
Hal yang sama juga untuk bidang keuangan bahwa apa pun yang terjadi, entah sukacita ataukah kebalikannya dalam mengelola keuangan merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang ahrus dipetik hikmatnya. Mengapa perlu adanya kesadaran untuk belajar, karena pada prinsipnya kita adalah manusia dan manusia itu pada prinsipnya memiliki kewajiban untuk belajar sepanjang siklus hidupnya. Sebagai contoh, ketika keliru mengelola keuangan dan kadang-kadang membuat kita merasa tak berdaya sehingga memicu keyakinan dalam benak bahwa “ini sudah takdirku untuk mengalami kesulitan keuangan”, maka kita harus berjuang untuk sadar bahwa apa yang kita alami merupakan rahmat yang sangat luar biasa. Nalarnya adalah kita mau belajar dari kesalahan tersebut maka kita akan membuka penyadaran untuk tidak menerima kesalahan tersebut sebagai takdir kita.
Melalui proses kesadaran diri itulah, peluang menatap masa depan akan lebih baik. Atau dengan kata lain, kita menumbuhkan keyakinan positif bahwa kita adalah manusia yang dibekali dengan jiwa pemenang dan mampu bangkit atau memperbaiki kesalahan, terkhususnya belajar dari kesalahan mengelola keuangan untuk diperbaiki di masa mendatang. Dan salah satunya manifestasi dari tidak menerima takdir karena keliru mengelola keuangan yaitu komitmen untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan keuangan, atau dalam istilah pedagoginya sebagai literasi keuangan (financial literacy).
Sampai di sini, tampak bahwa pada prinsipnya takdir keuangan merupakan tanggung jawab masing-masing orang. Dalam arti bahwa masing-masing oranglah yang merupakan penentu takdirnya. Dan tentu saja, takdir apakah akan mencapai kebebasan keuangan mutlak ditentukan oleh keberanian diri untuk melangkah maju dan memuntir ancaman menjadi peluang. Lanjut bahwa dnegan kesadaran itulah dapat dikatakan bahwa apa pun kondisi keuangan anda saat ini, tetap saja peluang untuk meningkatkan akumulasi aset keuangan tetap terbuka. Dan sekali lagi semua itu tergantung pada diri anda dan bukan tanggung jawab ornag lain.
Selanjutnya adalah bagaimana cara konkrit untuk merubah takdir keuangan anda. Dalam tulisan singkat dan pendek ini, penulis memaparkan sedikit solusi. Diantaranya adalah jujur pada diri anda bahwa andalah yang menyebabkan kesalahan dalam pengelolaan keuangan. hal ini penting untuk menghindari dari melempar tanggung jawab kepada orang lain. Kedua adalah sadarilah bahwa anda memiliki kemampuan (knowledge and skill) untuk mengelola keuangan yang tepat. Ketiga adalah belajarlah untuk meningkatkan pengetahuan keuangan. Dan yang terakhir yaitu tetap komitmen untuk mengulangi secara berkesinambungan langkah-langkah sebelumnya.

Kebodohan Jiwa


Melekat bagaikan lem karet
Mencegah jiwa untuk berkembang
Serasa bagaikan bayangan kematian
Tak jua membuat jiwa bersemangat

Ingin kaki melangkah
Namun tertahan oleh tembok kebodohan
Mencoba diri mengancurkannya
Tapi semua itu adalah perbuatan sia-sia

Seiring berjalannya waktu
Ketika diri merasa semakin kering tak berdaya
Ketika iblis kebodohan semakin kuat mencekram jiwa ini
Di saat itulah terbuka langit kebodohan dan rahmat tak terbayangkan sebelumnya menyinari pencerahan jiwa untuk keluar dari kebodohan diri yang membelenggu.

Mental Accounting Yang Tidak Disadari


Setiap orang dapat saja berbeda dalam mengelola keuangan dan bisa juga sama dalam mengelola keuangan. Terkait perbedaan itulah dalam tulisan singkat ini akan menggunakan salah satu jenis bias yang seringkali terjadi dalam mengelola keuangan. Bias itu adalah mental accounting yaitu bagaimana manusia ketika membuat keputusan keuangan seringkali membuat pos-pos dalam keuangan dalam benaknya sehingga akan memilah-milah keuangan yang satu dengan yang lain.
Dalam artian bahwa nilai uang akan dipilah-pilah walaupun pada kenyataannya nilai uang tetap netral. Sebagai contoh bahwa ketika menerima bonus, individu biasanya berpersepsi bahwa uang itu berbeda dengan gaji bulanan sehingga tendensi untuk memmbelanjakan uang tersebut dan lupa untuk menabung. Logika mengapa bias karena apakah uang yang berasal dari bonus ataukah dari gaji bulanan tetap memiliki nilai uang yang sama sehingga tidak perlu menglota-kotaknya dalam pikiran.
Contoh lainnya adalah ketika mahasiswa mendapatkan uang yang berasal dari uang bulanan dan uang yang berasal dari pemberian kekasihnya, biasanya akan diperlakukan berbeda nilai uangnya. Dan hal ini sebenarnya tidak rasional karena pada prinsipnya uang tersebut merupakan suatu benda yang netral dan perlu didayagunakan dengan rasional. Untuk itu cara yang dapat digunakan untuk mengikis bias ini adalah orang hanya perlu sadar akan bias ini sehingga ketika berbelanja akan lebih terfokus. Karena bias ini terjadi pada ranah gambaran mental sehingga sulit untuk merubahnya dan hanya kesadaran sajalah dapat direduksi.
Tapi bukan berarti bahwa mental accounting selalu menimbulkan kekeliruan, melainkan juga dapat menimbulkan kebaikan. Nalarnya adalah dapat memicu self control yang sangat berguna bagi kedisiplinan diri dalam mengelola keuangan. Salah satu contohnya adalah ketika seorang ibu tetap konsisten membelanjakan sesuai rencananya dari uang gaji bulanan maka tentu saja akan sangat bermanfaat karena terhindar dari perilaku boros, walaupun jika menerima uang bonus akan membelanjakan sapai habis. Dalam konteks ini, memang ada insikasi melakukan perbedaan nilai uang untuk berbelanja tapi jika dilihat dari ketaatan si ibu untuk tetap bertahan dalam rencana belajar menunjukkan perilaku self control yang beresensikan kedisiplinan diri.