Rabu, 07 Maret 2012

Nilai Kearifan Lokal Dari Kabupaten Sabu Raijua (Era Nga’a Nga’a, Era Nginu Nginu, Era Jeg’a Perai)


Suku sabu adalah salah satu suku yang ada di Indonesia, spesifiknya yaitu salah satu suku di NTT. Dari teritori, suku sabu terletak di pulau sabu sebelum orang sabu mulai mernatau ke Kupang. Saat ini pulau sabu telah menjadi kabupaten dan terpisah dari kabupaten Kupang dan bernama Kabupaten Sabu Raijua. Dalam tulisan ini tidak akan memfokuskan pada perspektif teritori atau pun aspek tata ruang, melainkan akan memfokuskan pada nilai kearifan atau pengatahuan local. Tepatnya adalah nilai hidup yang berbunyi seperti judul tulisan ini. Mengapa penulis ingin membahas nilai hidup ini karena sangat relevan saat ini dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini yang sedang berupaya menggunakan nilai-nilai kearifan lokal sebagai salah satu pembentukan karakter bangsa, tepatnya adalah karakter yang bermoral atau beretika.
Nilai ini yang berbunyi era nga’a nga’a-era nginu nginu-era jeg’a perai yang dalam bahasa Indonesia berarti ada makan makan-ada minum minum-ada kerja bangun lari, sangatlah bermanfaat, menimbang nilai kearifan lokal ini memberi penjelasan tentang salah satu sikap hidup yang perlu dibina, dikembangkan dan dimatangkan guna membentuk perilaku manusia yang benar-benar utuh atau sesuai dengan fitrahnya. Lanjut bahwa pemahaman nilai hidup ini memberi gambaran tentang bagaimana seharusnya seorang manusia bersikap ketika ada pekerjaan. Dalam arti kata nilai kearifan lokal ini memberi arahan hidup bahwa hidup ini haruslah bekerja secara sadar dan penuh tanggung jawab dan bukan ketika ada pekerjaan haruslah meninggalkan pekerjaan tersebut.
Tidak hanya itu saja, nilai hidup ini memberikan deskripsi pemahaman tentang bagaimana seorang manusia tidak gemar menuai namun malas/pamokol menanam. Nalarnya adalah orang yang memahami nilai hidup ini akan benar-benar memberi pencerahan cakrawala untuk berani berkorban dalam bekerja dan bukan hanya mau menikmati hasil. Dengan kata lain, nilai hidup ini memberi pamahaman untuk menghargai kerja keras orang lain dan bukan hanya mau enaknya saja. Dalam bahasa gaulnya adalah suka madunya saja namun pahitnya tidak disukai. Dengan demikian, wajarlah apabila nilai hidup ini wajib diperhatikan untuk dipahami dan bukan dihafal. Dan bila perlu dimasukkan ke dalam pembahasan pembelajaran di bangku sekolah hingga universitas.
Lanjut bahwa nilai lokal ini dapat juga digunakan untuk perpektif makro. Tepatnya adalah bermodalkan pengetahuan kearifan lokal ini, orang-orang akan terinspirasi untuk mau bekerja keras dan cerdas guna bahu membahu meningkatkan pembangunan yang terencana. Lebih spesifik lagi yaitu bagaimana nilai hidup ini mendorong spirit kerja untuk berkontribusi walaupun sekecil apa pun terhadap pembangunan yang berkesinambungan. Oleh karena itu, perlu mendapatkan perhatian menyeluruh untuk dikembangkan dan terus dikembangkan. Akhir kata, silahkan direnungi lebih mendalam tentang makna nilai kearifan lokal ini sehingga menjadi suatu energi internal dalam menentukan sikap positif dan berakhir pada perilaku yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Salam perenungan….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar