Sabtu, 03 Maret 2012

Dewasa Dalam Berpikir


Sudah bukan rahasia lagi bahwa kedewasaan merupakan salah satu hal pokok yang harus diupayakan oleh setiap manusia. Dan hal ini bukan berarti merupakan suatu kebanggaan melainkan merupakan suatu kewajiban moral yang harus dilakoni dan diberdayakan. Ukuran kedewasaan sendiri begitu bervariasi, namun dalam tulisan ini hanya akan memfokuskan pada ukuran kedewasaan ditinjau dari perspektif karakter. Dalam arti kata bagaimana seseorang dikatakan dewasa apabila dirinya mau dengan sungguh-sungguh menjadi bertanggung jawab untuk hanya menjadi dirinya. Mengapa dipilihnya pembedahan menggunakan perspektif karakter karena menurut hemat penulis bahwa hal ini sangat berkaitan langsung dengan bagaimana seseorang mampu menjadi dewasa dalam berpikir.
Dewasa dalam berpikir, maksudnya adalah bagaimana seseorang menggunakan akal budinya untuk menimbang dan memutuskan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan ketika melakoni hidupnya. Lebih spesifik lagi bahwa dewasa dalam berpikir merupakan buah dari kesadaran diri atas eksistensinya dirinya dalam dunia ini, dan hal ini merupakan salah syarat mutlak menjadi lebih mandiri dalam menyesuaikan dirinya dengan berbagai tantangan, memberdayakan kapasitas bawaannya untuk bertanggung jawab sepenuhnya menjadi diri sendiri, dan tidak sebagai seorang opurtunis yang hanya gemar menuai tapi tidak suka menanam. Oleh karena, agar menjadi lebih jelas dari makna menjadi dewasa dalam berpikir dipaparkan arti serta konkritnya dari dewasa dalam berpikir.
Dewasa dalam berpikir akan ditandai dengan kesadaran untuk berpikir nalar serta berpikir positif dalam rangka membangun sikap positif. Lanjut bahwa seorang yang dewasa dalam berpikir akan mampu menempatkan fungsi akal budinya bukan hanya sebagai panduan untuk mencapai visi dan tujuan hidupnya melainkan juga mampu menopang usahanya dalam proses yang kontinyu untuk menjadi dirinya seutuhnya atau dalam ungkapan Steven Covey sebagai pribadi yang proaktif. Dalam arti kata menjadi pengendali atas hidupnya, dan bukan menjadi pecundang yang hanya menghabiskan hidupnya dalam kekalahan dan meratapi hidup melainkan menggunakan kapasitas bawaannya (kecerdasan spiritual, emosi, intelegensi dan fisik) tersebut untuk meraih kemenangan demi kemenangan dalam hidupnya.
Kemenangan yang dimaksud adalah bagaimana sikap seseorang untuk tetap berjuang (learning) menjadikan dirinya pengontrol atas keseluruhan tingkah laku sehingga tidak terseret dalam pelecehan fitrahnya sedangkan kekalahan adalah kebalikannya. Ditujukan untuk memperjelas, orang yang mengalami kedewasaan dalam berpikir tidak berarti akan selalu menang melainkan menggunakan akal budinya untuk tetap tenang dan belajar dari pengalaman tersebut dan melangkah maju lagi. dengan demikian, makna menjadi dewasa dalam berpikir merupakan esensi dari belajar menjadi (learning to be), dan dalam tataran praktisnya akan terpantulkan dalam kemandirian diri seseorang.
Selain itu juga, dengan berupaya menjadi pribadi yang dewasa dalam berpikir akan sangat membantu membentengi diri dari kesalahpahaman mengelola dirinya termasuk juga pengelolaan waktu. Penjelasannya yaitu bagaimana seseorang memposisikan akal budinya sebagai fidele ala mor dalam menunjang kesuksesannya untuk mengoptimalkan kecerdasan, kehendak bebas serta hati nurani menjadi lebih tajam. Atau dengan kata lain yaitu lebih bertanggung jawab dalam menjaga citra dirinya sehingga pantulan fitrah sejatinya tidak ternodai oleh berbagai jebakan cermnan diri banyangan yang menyesatkan.
Terdapat beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dewasa dalam berpikir, diantaranya yang penulis kutip dari bukunya Semuel Lusi yang berjudul the real you is the real success adalah belajar atau berjuang membangun keyakinan positif yang akan terwujdukan dalam kebiasaan berpikir positif sehingga mampu membentuk peta internal atau paradigma atau mata pikiran. Selain itu juga dapat diberdakan melalui aktivitas meditasi serta membaca buku-buku motivasi, sharing, dan lain-lainnya. Akhir kata, selamat menjadi pribadi yang dewasa dalam berpikir atau meminjam ungkapannya Ariantje Lado Hado sebagai pribadi yang tahu diri, sadar diri dan kenal diri, atau menurut Semuel Lusi sebagai pribadi yang sadar dan mampu memberdayakan fitrah sejatinya dalam melakoni hidup untuk berkontribusi, berkontribusi dan berkontribusi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar