Jumat, 09 Maret 2012

Jiwa Kemanusiaan Tertinggal Jauh Dari Sains


Tak dapat dipungkiri bahwa kemajuan sains saat ini sudah sangat luar biasa, kehadiran berbagai inovasi ilmu dan teknologi yang begitu cepat membuat kehidupan manusia semakin mudah. Namun dibalik kemajuan sains yang luar biasa, tidak diikuti dengan kemajuan semangat kemanusiaan. Dengan kata lain, kemajuan sains relatif berkorelasi negatif dengan aspek kemanusiaan. Dan hal ini akan menyebabkan gersangnya spirit untuk mempergatikan atau peduli dengan orang lain dan mungkin saja tanpa disadari terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang tersistematis untuk menyeimbangkan kemajuan kedua hal tersebut, yang mana menjadi fokus dalam tulisan ini.
Untuk mendorong jiwa kemanusiaa di tengah-tengah kemajuan sains yang luar biasa ini maka peran pendidikan menjadi bagian yang sentral untuk menyadarkan dan menanam benih-benih kemanusiaan sehingga tidak mengalami bias dalam kemajuan sains. Hal sebelumnya dapat dipahami dengan mengkaji kembali esensi dari sains itu sendiri yaitu untuk memudahkan kehidupan manusia dalam mengahdapi tantangan hidup dan ketidakpastian hidup dan bukannya tujuan. Sekali sains itu pada hakikatnya bukan tujuan melainkan alat dan sebagai alat maka sudah selayaknya untuk diarahkan pada kemajuan totalitas kehidupan manusia.
Maksud penulis bukan untuk menyingkirkan sains dari kehidupan manusia karena hal itu akan memicu ketidaksadaran dan sikap pasrah terhadap hidup, melainkan bagaimana menempatkan atau memposisikan (repotioning) sains itu sendiri pada tempat yang benar. Hal ini tidak dapat diabaikan menimbang bahwa sains yang mendahului atau meninggalkan jiwa kemanusiaan hanya akan mendatangkan bencana bagi manusia, dan setelah terjai bencana maka manusia mulai melempar tanggung jawab ke sana sini untuk mencari posisi aman atas kesalahan yang dilakukan.
Merujuk pada pemahaman di atas, tampak bahwa proses menggunakan sains hanya sebagai alat dapat diawali dari dalam keluarga dan bagaimana eran orang tua untuk mulai memberikan pemahaman kepada anak-anak mereka tentang perlunya dan pentingnya jiwa kemanusiaan sekaligus mendorong anak-anaknya tetap belajar dan menemukan ilmu. Mengapa harus dimulai dari dalam keluarga, karena anak-anak merupakan tanggung jawab orang tua dan dibedah menggunakan perspektif pendidikan diketahui bahwa anak-anak akan lebih banyak waktunya di rumah dan orang tua berperan menjadikan anak-anaknya atau mengajari, membimbing serta menanam benihbenih spirit kemanusiaan pada anak-anaknya dan kelak mereka akan menjadi manusia yang benar-benar sadar akan kodratnya dan mampu memahami bahwa sains itu hanya alat dan bukan tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar