Rabu, 14 Maret 2012

Gambler Fallacy


Investor sebelum menetapkan keputusan, apakah akan membeli, menjual atau menahan saham membutuhkan informasi dan informasi yang dimaksud adalah informasi yang relevan. Terkait informasi inilah, kemampuan kognitif menjadi bagian yang melekat. Penjelasannya adalah untuk mengolah informasi yang relevan guna dijadikan landasan keputusan transaksi memerlukan kemampuan berpikir yang tinggi. Karena tak mungkin mengolah informasi tanpa penalaran. Lanjut bahwa pada kenyataannya investor tidak memiliki kemampuan kognitif yang handal sehingga keputusan keuangan pun mengalami bias.
Salah satu bias yang dialami investor adalah gambler fallacy. Bias ini mengakibatkan investor berkeyakinan bahwa harga saham yang dalam keadaan menurun akan pada waktu tertentu akan kembali berbalik arah alias meningkat lagi. Dan hal ini menyebabkan investor terus menahan sahamnya sambil berharap bahwa saham yang dipegang akan meningkat lagi harganya. Alhasil, investor pun tidak memperhatikan kondisi perusahaan, karena dapat saja perusahaan tersbut memang sedang menghadapi masalah serius. Lainnya yaitu bias ini mengakibatkan perilaku investor untuk terus-menerus melakukan hal yang sama.
Kembarannya dari bias ini yang disebut sebagai hot hand fallacy. Kalau gambler fallacy, investor berharap akan terjadi koreksi secara alami sehingga harga akan berbalik arah, maka hot hand fallacy adalah kebalikannya. Maksudnya yaitu investor yang mengalami hot hand fallacy akan berkesimpulan bahwa saham-saham yang sedang menunjukkan trens meningkat akan terus meningkat sehingga terus-menerus menahan saham atau pun hanya membeli saha-saham yang menunjukkan trens meningkat.
Mengapa gambler fallacy dan hot hand fallacy disebut bias karena investor mengabaikan nilai peluang. Nalarnya adalah naik atau turunnya harga saham merupakan peristiwa yang independen atau bergerak acak sehingga peluang naik atau turun memiliki peluang yang sama besar. Selanjutnya adalah didorong oleh kesalahan memahami peluang tersebut akan mengarahkan investor untuk mengalami kerugian. Dan kadang-kadang investor pun tidak meyakininya sehingga akan mengulang kesalahan yang sama di masa mendatang. Oleh karena itu, guna mereduksi mengalami bias ini, investor perlu sadar akan nilai peluang dan tegas terhadap diri atau disiplin. Menimbang dengan memahami peluang yang sama besar yaitu 50% naik dan 50% turun maka investor akan mengurangi keyakinan yang keliru akan terjadi koreksi secara alami serta berlanjutnya trend harga saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar