Senin, 09 April 2012

Mentalitas Suap Di Mulut


Apa yang ada dalam pikiranmu itu juga yang kamu lakukan, karena duniamu terletak dalam benakmu. Hal yang sama juga pada perkembangan mental, dimana maksud dalam tulisan ini akan lebih menekankan pada mentalitas suap di mulut atau mentalitas harap gampang. Jika ditelusuri, dapat juga dideskripsikan bahwa mengapa dapat terjadi mentalitas suap dimulut, karena apa yang ada dalam pikiranmu memang mendeskripsikan hal demikian. Oleh karena itu, perlu sadar diri sehingga dapat mengikis mentalitas buruk tersebut.
Dalam pembedahan selanjutnya akan dijelaskan tentang faktor-faktor penyebab mengapa seseorang dapat mengalami mentalitas suap dimulut. Beberapa faktor yang menurut penulis adalah faktor penyebabnya antara lain adalah rendahnya menghargai orang lain, malas, ego berlebihan dan didikan orang tua. Selanjutnya akan dibahas satu per satu dari faktor-faktor tersebut. Pertama adalah rendahnya menghargai orang lain. Mengapa faktor ini menjadi pemicu karena orang yang tidak menghargai upaya orang lain sehingga merendahkan kerja keras dan berakhir pada mengambil keringat orang lain tanpa meminta ijin terlebih dahulu pada orang yang memilikinya.
Faktor kedua adalah kemalasan. Faktor ini menjadikan orang malas berusaha dan hanya menunggu hasil saja. Kemalasan ini akan mengarahkan pada suka menuai tanpa harus menabur. Konkritnya adalah karena memang orang yang malas hanya akan menjadi beban bagi orang lain karena hanya suka tergantung, atau dalam bahasa yang diperkeras yaitu hanya suka meminta-meminta tanpa mau mendayagunakan otaknya untuk berpikir bagaimana supaya dirinya mampu menghasilkan sesuatu. Terkait faktor ego yang berlebihan, tak dapat dipungkiri bahwa orang yang hanya mementingkan diri sendiri saja akan cenderung menindas orang lain karena pikirannya hanya difokuskan untuk kepuasan diri sendiri dan menganggap orang lain hanya sebagai pembantu saja.
Faktor terakhir yaitu didikan orang tua. Penjelasannya adalah anak pertama kali mengenal didikan berasal dari dalam keluarganya atau lebih spesifik lagi yaitu orang tua yang merupakan pendidik anak-anaknya. Apabila orang tua dari kecil sudah dididik untuk berusaha maka dalam perjalanan hidupnya tidak akan mengalami mentalitas suap di mulut. Lanjut bahwa anak yang didik untuk harap gampang saja akan cenderung suka mengambil keringat orang lain tanpa ada rasa malu bahwa dirinya tidak bekerja. Lanjut bahwa faktor keluarga ini sangat berperan karena pendidikan dalam keluarga merupakan benteng bagi perkembangan anak apabila berinteraksi dengan lingkungan sosial.
Demikianlah penjelasan beberapa faktor yang menjadi penyebab dari munculnya atau dialaminya mentalitas suap di mulut. Dan hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa ada faktor lainnya. Sebagai penutup bahwa mentalitas suap di mulut merupakan suatu bentuk pelanggaran moral budaya dan yang paling krusialnya adalah hal itu merupakan suatu penipuan diri yang dahsyat karena jika kita belajar dari masing-masing agama, tampak sekali bahwa tidak ada ajaran agama yang menganjurkan pemeluknya untuk hanya harap gampang atau memiliki mentalitas suap di mulut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar