Minggu, 15 April 2012

Kebebasan Pribadi


Siapa pun di dunia ini memiliki hak asasi yang dibawa sejak lahir, dan salah satunya adalah hak untuk memilih. Keberadaan hak untuk memilih ini mengindikasikan adanya kebebasan untuk memilih, dimana setiap pilihan ditentukan oleh masing-masing pribadi asalkan tidak melanggar aturan moral. Apabila dikaitkan dengan masalah moral maka tak dapat dilepaskan dari tanggung jawab pribadi dan hal inilah yang seringkali mengalami kekeliruan. Maksudnya adalah bagaimana orang sering melempar tanggung jawab pada orang lain setelah melakukan kesalahan.
Salah satu manifestasinya adalah membuat kesalahan dan mencari posisi aman dengan bersembunyi dalam kekuasaan orang lain sehingga tak dapat disentuh oleh hukum. Namun dalam tulisan ini tidak memfokuskan pada ranah hukum seperti yang ulasan sebelumnya melainkan diarahkan pada pemahaman yang tepat dari kebebasan pribadi bahwa setiap manusia adalah makluk ciptaan Tuhan sehingga diwajikan untuk saling menghargai kebebasan masing-masing.
Mengapa, karena hanya dengan menghargai kebebasan maka kita dapat hidup damai ann sentosa. Hal itu juga berkenaan dengan dasar hidup kita orang Indonesia yaitu Pancasila. Lanjut bahwa untuk menjalankan saling menghargai dan menghormati kebebasan maka perlu adanya pemahaman tentang bebas dari apa dan untuk apa memiliki kebebasan serta kapan kebebasan itu perlu dilakukan. Terkait bebas dari apa maka jawabannya adalah bagaimana orang perlu memahami kebebasan yang hakiki atau yang etis. Tepatnya yaitu bebas dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan norma-norma etis.
Sedangkan terkait untuk apa bebas, yaitu pada prinsipnya manusia adalah makluk bebas sejal terbentuk dari rahim ibu sehingga tidak ada satu orang pun yang dapat mengkalim akan kebebasan itu. Dan yang terakhir yaitu kapan seseorang dapat bebas, jawabannya adalah bebas tergantung konteks dimana mungkin saja kita dituntut untuk mengekang kebebasan kita demi kebaikan keseluruhan dan mungkin saja perlu melepaskan kebebasan tersebut demi kebaikan kita juga. Sampai di sini, semua jawaban sangat tergantung pada pemaknaan RELATIF. Karena menurut hemat penulis bahwa pada kodratnya kita akan berinteraksi dengan sesama manusia sehingga sewajarnya apabila kita saling memperhatikan konteks dimana kita bereksistensi.
Selain itu juga, menurut hemat penulis bahwa walaupun ada indiskasi relatif namun tetap perlu memperhatikan nilai-nilai etis sehingga tidak terjebak dalam emang gue pikirin dan juga nihilisme. Maksudnya adalah semuanya tidak ada artinya karena sangat relatif sehingga apa yang diyakini seseorang adalah benar seutuhnya tanpa mempertimbangkan asas-asas etika. Dan hal ini tentu saja bertentangan serta dapat menimbulkan konflik apabila tidak di rem atau di reduksi.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar