Semua
orang yang dikarunia kemampuan berbicara pasti pernah berbicara dalam siklus hidupnya.
Dalam aktivitas berbicara itu maka orang juga seringkali tidak rasional.
Alasannya adalah dalam berbicara dapat juga terungkap suatu janji, suka
membicarakan sesuatu hal yang pada kenyataannya tidak mampu dilakukannya atau
sejenisnya. Dalam peribahasa berbunyi sebagai tong kosong nyaring bunyinya, dan
hal ini tidak disukai oleh orang lain karena mengubar sesuatu hal tapi tidak
mampu menepatinya.
Hal itu
dapat diperparah lagi dengan tidak menyadari bahwa dirinya melakukan kesalahan
sehingga sulit untuk belajar dari kesalahan tersebut. Alhasil pun akan terulang
lagi di masa mendatang. Dan hal ini akan mengakibatkan diberinya julukan yaitu orang
yang tidak tahu diri. Lanjut bahwa kadangkala hal ini dapat berefek juga pada
hilangnya kepercayaan orang lain, dan seperti yang diketahui bahwa kepercayaan
merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan seseorang. Dalam artian bahwa
menjadi orang yang tong kosong nyaring bunyinya akan membuat kesuksesannya
terhambat karena tidak dipercaya orang lain. Dalam ungkapan lain, yaitu akan
diberi julukan no action talk only
(NATO) yang berarti bahwa suka mengubar janji tapi tidak pernah melaksanakan
apa yang dijanjikan.
Untuk
konkritnya akan dibahas dalam konteks manajemen, yang mana orang yang NATO akan
suka melebih-lebihkan kemampuannya yang termanifestasi dalam pembicaraannya
sehingga seiring berjalannya waktu akan dijauhi rekan-rekannya, atau bahkan
akan dibenci oleh rekan-rekan kerjanya. Dan bukan hanya itu saja, dapat juga
tidak dipercayai oleh pemimpinnya sehingga meningkat peluang untuk dikeluarkan
dari organisasi. Karena terdapat kesan bahwa orang yang tong kosong nyaring
bunyinya alias no action talk only tidak
mampu atau tidak becus ketika mengerjakan suatu tugas. Apalagi kalau tugas
tersebut membutuhkan keahlian tingkat tinggi dan juga butuh tanggung jawab
tingkat tinggi.
Selain
berdampak pada hilangnya kepercayaan, dampak lainnya adalah akan menyusahkan
diri sendiri karena walaupun berpindah kerja dan tetap membawa kebiasaan
tersebut maka hanya akan mengulang kesalahan yang sama. Dalam pengertian bahwa
di tempat kerja yang baru sekalipun namun tidak merubah atau tidak sadar untuk
membuang kebiasaan tersebut, hanya akan mengalami hal yang sama saja seperti
pada tempat kerja sebelumnya.
Pada
segi lain, orang yang tong kosong nyaring bunyinya akan sulit meningkatkan
kemampuannya karena biasanya orang yang seperti itu akan merasa mampu dan
menolak upaya-upaya seperti pelatihan dan lain-lainnya. Alhasil dirinya hanya
akan hidup apa adanya tanpa mengalami kemajuan atau hanya berjalan di tempat
tapi merasa telah berjalan jauh beberapa langkah ke depan. Lanjutannya adalah tidak
mampu melihat peluang atau mungkin saja akan mengalami kesulitan ketika hendak
bergaul dengan orang lain di luar tempat kerjanya karena lingkungan
eksistensinya biasanya menolak atau kurang menghargai orang yang suka
mengubar-mengubar janji atau berkoar-koar tapi tidak pernah mampu membuktikannya.
Namun
seperti pepatah yang berbunyi bahwa “tak ada gading yang tak retak” yang dalam
tulisan ini diartikan bahwa seburuk apa pun perilaku seseorang, masih ada
peluang untuk memperbaikinya. Yang apabila dikaitkan dengan orang yang tong
kosong nyaring bunyinya maka masih ada kemungkinan atau solusi untuk
memperbaiki kesalahan tersebut. Beberapa langkah konkrit yang dapat dilakukan
diantaranya adalah ambil waktu beberapa menit dalam sehari untuk merenung (contemplation) terhadap diri sendiri
sehingga dapat merasakan percikan kesadaran bahwa dirinya gemar atau suka tong
kosong yang nyaring bunyinya.
Kedua
adalah dibutuhkan bantuan beberapa teman atau sanak keluarga yang berani
mengatakan padanya bahwa menjadi orang yang tong kosong nyaring bunyinya hanya
akan menyusahkan dirinya. Ketiga, setelah ada percikan kesadaran tentang
kebiasaannya itu maka langkah selanjutnya adalah perlu adanya komitmen total
untuk merubah atau mungkin mengikis perlahan-lahan kebiasaannya tersebut.
Keempat atau yang solusi terakhir yaitu tingkatkan upaya sebelumnya dengan
meningkatkan kontrol diri yang termanifestasi dalam membiasakan berpikir dahulu
sebelum berbicara (think before speak).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar