Organisasi
bukanlah menara gading. Dalam arti kata bahwa organisasi tidak dapat tertutup
atau tidak peduli dengan lingkungan dimana organisasi tersebut bereksistensi.
Oleh karena itu sikap adaptif sangat dibutuhkan demi kemajuan organisasi. Dan
untuk itu, informasi menjadi hal yang sangat signifikan bagi eksistensi
organisasi sehingga pengetahuan untuk mengolah informasi menjadi sangat tidak
terbantahkan. Terkait hal itulah, dalam tulisan ini akan diarahkan pada
bagaimana sistem pengelolaan informasi dengan tepat menjadi fokus. Lebih
spesifiknya lagi yaitu bagaimana suatu organisasi mampu mengelola informasi
keuangan dengan tepat dan tentu saja sistem informasi keuangan organisasi pasti
menjadi bagian integral. Karena dalam sistem keuangan tersebut, semua informasi
keuangan akan diakses lalu dikelola guna membuat keputusan yang tepat sasaran.
Selanjutnya
adalah dengan cara apa atau menggunakan alat apa untuk mengefektifkan kinerja
sistem informasi keuangan pada suatu organisasi? Dalam tulisan ini akan
diarahkan untuk menggunakan literasi keuangan (financial literacy) sebagai mediator atau alat penghubung untuk
melancarkan arus informasi keuangan yang berguna sehingga tidak semua informasi
dijadikan sebagai alat pertimbangan guna mengambil keputusan dalam suatu
organisasi. Untuk itu pendefinisian dari literasi keuangan menjadi vital
dibutuhkan. Dalam tulisan ini, literasi keuangan diartikan sebagai kemampuan membaca, menganalisis, mengelola dan menceritakan
tentang kondisi keuangan. Termasuk didalamnya adalah kemampuan untuk secara
cerdas menentukan pilihan-pilihan keuangan, berdiskusi tentang uang dan isu-isu
keuangan tanpa rasa ragu dan tidak menyenangkan, merencanakan untuk masa depan,
dan merespon terhadap peristiwa yang mempengaruhi keputusan keuangan setiap
harinya, seperti peristiwa-peristiwa ekonomi pada umumnya.
Berpijak
pada definisi tersebut tampak dengan jelas bahwa literasi keuangan merupakan
suatu alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam
beradaptasi di jaman membanjirnya informasi. Nalarnya adalah literasi keuangan
dapat dijadikan sebagai penghubung antara manusia, informasi, lingkungan
sekitaran dan interaksi antara ketiga hal tersebut. Menimbang bahwa memiliki
tenaga kerja yang cakap dalam literasi keuangan akan lebih mampu dalam mengolah
serta memilih informasi yang relevan dan yang tidak untuk dijadikan referensi
dalam pengambilan keputusan. Dan tentu saja, tidak dapat dipungkiri bahwa
sukses tidaknya suatu sistem informasi keuangan sangat tergantung atau mutlak
ditentukan oleh manusianya sehingga memiliki tenaga kerja yang handal dalam
literasi keuangan akan sangat membantu dalam memahami arti-arti informasi
keuangan, berbagai efek atau korelasi antara informasi keuangan dan juga pada
kemampuan untuk mengakses informasi keuangan dengan tepat.
Lebih
spesifiknya yaitu dinamisnya lingkungan sekitaran menuntut organisasi untuk
merespon dengan tepat dan hal ini sangat ditentukan oleh kesiapan orang-orang
dalam organisasi. Tidak hanya itu saja, perubahan dalam lingkungan sekitaran
menjadi bagian signifikan dan hal ini menuntut kesispan organisasi yang
termanifestasi dalam kemampuan mengolah informasi. Dan apabila organisasi tidak
memainkan fungsi-fungsinya dengan tepat maka yang terjadi adalah tumpang
tindih, dan hal itulah yang menjadikan literasi keuangan mendapatkan momentum
yang sangat baik karena tenaga kerja yang memiliki literasi keuangan akan mampu
berinteraksi dan tentu saja dinamika dalam organisasi akan lebih terarah dengan
baik. Sebagai deskripsi bahwa saat ini, suatu organisasi tidak terlepas dari
yang namanya globalisasi dan bagaimana berbagai faktor akan semakin banyak
berpengaruh pada kinerja organisasi. Oleh karena itu kesiapan sumber daya nara
yang handal dibutuhkan untuk merespon dengan tepat akan berbagai faktor serta
kait mengkait antara berbagai faktor. Beberapa faktor tersebut diantaranya
seperti naik turunya BBM, fluktuasi mata uang, berbagai index terkait ekonomi
dan lain-lainnya.
Sampai
di sini, bagaimana peranan literasi keuangan bagi efektifitas dan efisiensi
sistem informasi keuangan sudha cukup jelas. Atau dengan kata lain yaitu
bagaimana peranan literasi keuangan sebagai mediator interaksi antara sistem
informasi keuangan menjadi jelas terlihat. Pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimana meningkatkan literasi keuangan pada totalitas tenaga kerja sehingga
menjadi handal dan mampu dalam mengelola sistem informasi keuangan di era
membanjirnya informasi? Beberapa langkah strategik berikut dapat digunakan.
Selengkapnya adalah sebagai berikut :
Tingkatkan
pelatihan literasi keuangan
Manusia menjadi faktor kunci dan
sangat vital bagi kesuksesan organisasi, oleh karena itu upaya meningkatkan
kemampuan karyawan menjadi hal yang wajib dilakukan oleh organisasi. Salah satu
cara meningkatkan ketrampilan dan kemampuan adalah melalui pelatihan yang
berkesinambungan. Karena melalui pelatihan berkesinambungan, tenaga kerja akan
semakin mahir dan bertambah pengetahuannya. Dengan semakin tinggi pengetahuan
karyawan maka semakin tinggi pula kemampuan beradaptasi karyawan, dan hal ini
akan berefek lanjutan pada kepercayaan diri dalam menghadapi
perubahan-perubahan yang merupakan sahabat karib setiap manusia hingga
organisasi. Lanjut bahwa hal ini mungkin saja sudah sering dilakukan oleh
banyak organisasi namun perlu dipertimbangkan dengan cermat bahwa dalam proses
memilih jenis pelatihan serta perusahaan jasa pemberi pelatihan haruslah
betul-betul cermat karena pada prinsipnya tidak semua perusahaan pemberi jasa
pelatihan meningkatkan literasi keuangan benar-benar bagus. Oleh karena itu,
tetap selektif ketika memilih perusahaan pemberi pelatihan dan hasilnya pun
berpeluang menjadi bagus. Dan hal ini terkristalkan dalam kemampuan karyawan
dalam memainkan berbagai fungsinya dengan baik dalam suatu sistem keuangan
organisasi.
Bangun
budaya belajar dalam organisasi
Secara etimologis bahwa budaya
merupakan totalitas karakteristik suatu organisasi yang mempengaruhi perilaku
seluruh anggota organisasi. Sehubungan dengan aspek etimologis dari budaya,
dalam tulisan ini diarahkan pada bagaimana membangun budaya belajar dalam
organisasi sehingga seluruh karyawan memiliki kebiasaan belajar dan tentu saja
hal ini akan meningkatkan kinerja organisasi. Apabila dikerucutkan maka keberhasilan
organisasi meningkatkan budaya belajar dan salah satunya adalah budaya belajar
untuk tetap berusaha meningkatkan literasi keuangan akan meningkatkan
probabiliti organisasi untuk tanggap terhadap perubahan. Selain itu, apabila
organisasi berhasil membangun budaya belajar maka organisasi tersebut juga akan
menciptakan suatu iklim kerja yang sukacita sehingga dalam proses bekerja dalam
sistem informasi keuangan pun akan lebih maksimal. Semakin maksimal dalam
bekerja maka tentu saja akan memperkokoh budaya belajar dalam organisasi
tersebut. Alhasil pun oraganisasi akan semakin baik sepanjang siklus hidupnya
yang termanifestasi dalam semakin baik untuk menentukan keputusan keuangan
organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar