Suatu
sore, Tomy berjalan-jalan ke pusat pembelanjaan dan dia pun melakukan pembelian
berbagai barang-barang. Setelah membeli, dia pun pulang ke rumah dengan membawa
belanjaan dan sesampainya di rumah, dia menunjukkan belanjaannya kepada istri
dan anak-anaknya. Lalu tak terasa suasan rumah menjadi penuh begitu canda tawa
ria, dimana anak-anak dan istrinya merasa puas karena dibelikan sang suami
sekaligus sang ayah tercinta. Hari pun berlalu dan Tomi merasa puas dengan apa
yang dilakukan untuk keluarganya, dimana dirinya kembali melakukan hal yang
sama lagi dan tanpa terasa hal itu telah menjadi kebiasaan.
Namun
tak disadarinya bahwa ketika keluarganya membutuhkan uang mendadak atau tidak
terduga dan dalam jumlah yang besar, dirinya tak memiliki uang sehingga langkah
yang ditempuh si Tomi adalah berutang dan berutang. Alhasil pun di tomi,
menjadi manusia yang dilingkupi kerja keras untuk membayar utang-utangnya dan
juga membiayai kehidupan keluarganya. Dan siklus itu terus saja terjadi,
bagaikan sikuls yang tiada putus-putusnya sehingga tanpa terasa meningkatkan
suasana emosi Tomy dan juga istrinya. Dengan kata lain, kesulitan keuangan
berluang menciptakan suasana memanas antara anggota keluarga.
Merujuk
pada deskripsi cerita singkat di atas, dapat pembaca bayangkang bagaimana
kesalahan mengelola uang (personal
finance) menyebabkan kesulitan. Dan yang lebih parah lagi bahwa pengelolaan
keuangan dalam keluarga Tomy dilakukan tanpa disadari sehingga tak mennetu
kemana uang digunakan. Dan akhirnya dapat menimbulkan ketegangan emosional
dalam keluarganya. Tidak hanya itu saja, kisah sebelumnya juga menunjukkan
bahwa seni mengelola uang merupakan suatu hal yang sangat sepele sehingga tak
terasa, keuangan keluarga menjadi tak terarah dengan baik sehingga tidak mampu
membiayai kebutuhan yang tak terduga.
Selanjutnya
adalah beberapa poin-poin yang dapat dipetik dari kisah singkat di atas.
Selengkapnya adalah sebagai berikut :
Musuh
terbesar adalah diri sendiri
Kisah tentang keluarga si Tomi
sangat jelas bahwa ketidaksadaran dalam mengelola keuangan menjadikan
keharmonisan keluarga menjadi tidak seimbang. Dalam artian bahwa keharmonisan
keluarga tidak dapat dibeli dengan uang, yang mana dalam kisah di atas
tergambarkan dengan kebiasaan membeli barang-barang dengan tujuan memberi
kebahagiaan bagi keluarganya, yang walaupun menghasilkan suatu kekecewaan.
Mengapa kekecewaan yang dihasilkan, karena kebahagiaan merupakan suatu bentuk
totalitas manusia sehingga uang tidak dapat dijadikan alat mutlak melainkan
hanyalah sebagai alat pemenuhan kebutuhan dan keinginan saja. Oleh karena itu,
perlu melakukan refleksi untuk melihat diri sendiri dan mengambil langkah
konkrit untuk mengikis sikap buruk. Alhasil pun syarat mutlak menanam bibit
kebahagiaan dalam keluarga lebih pada mengalahkan diri sendiri daripada
menggunakan uang untuk membeli berbagai barang yang hanya menimbulkan
kebahagiaan semu.
Menyepelekan
nilai peluang
Kisah sebelumnya merupakan suatu
deskripsi kesalahan atau mungkin menyepelakan peristiwa-peritiwa tak terduga
dalam kehidupan. Dalam artian bahwa peristiwa-peristiwa yang diharapkan dan
yang tidak diharapkan memiliki peluang yang sama besar sehingga fungsi
berjaga-jaga menjadi hal yang signifikan. Efek dari menyepelekannya adalah
orang seringkali tidak mampu atau tidak memiliki cukup uang untuk membiayai
kebutuhan-kebutuhan tak terduga tersebut dan berefek lanjutan pada ketegangan
emosional yang pada prinsipnya dapat dihindari melalui pengelolaan keuangan
yang tepat sasaran. Lebih lanjut, apabila kondisi ini dibiarkan terus terjadi
dapat memicu perceraian. Karena tak dapat dipungkiri bahwa permasahan bias
mengelola uang (faktor emosional) akan membuat pasangan hidup menjadi enggan
atau meninggalkan pasanngan hidupnya.
Korelasi
kebahagiaan dan uang yang keliru
Kebahagiaan adalah tujuan dari
semua orang dan merupakan hal yang harus diperjuangkan dengan benar.
Pertanyaannya adalah cara yang dapat dilakukan untuk mencapai kebahagiaan?
Dalam hal inilah, secara jelas kesalahan yang dilakukan oleh Tomi dalam
mengelola keuangannya dan cara yang ditempuh dengan uangnya untuk memperoleh
kebahagiaan. Penjelasannya adalah anggapan Tomi bahwa dengan membeli
barang-barang akan menyenangkan seluruh keluarganya sehingga melupakan untuk
membuat prioritas dalam pengelolaan keuangan. Memang ada percikan kebahagiaan,
hanya saja percikan tersebut bersifat temporer atau bayangan saja. Dalam artian
bahwa uang hanyalah alat dan bukan sumber kebahagiaan, dan untuk itu perlu
dikelola dengan baik sehingga membawa kemanfaatan bagi seluruh anggota
keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar