Berprestasi
unggul (excellent performance) merupakan
salah satu tujuan oraganisasi, karena melalui karyawan-karyawan yang haus akan
prestasilah maka perusahaan dapat berkinerja unggul. Dalam artian bahwa
karyawan senantiasa dituntut untuk berprestasi dan termanifestasi dalam
menjalankan fungsinya dengan baik. Terkait fungsi inilah seringkali terjadi
tumpang tindih antara satu karyawan dengan karyawan lainnya, dan hal ini dapat
diperparah apabila ditambah lagi dengan sentimen karyawan senior (old blood) terhadap karyawan baru (new blood). Sentimen yang dimaksud
adalah bagaimana karyawan senior merasa telah memiliki pengalaman sehingga
karyawan baru harus membeo begitu saja pada karyawan senior (old blood).
Lanjut
bahwa memang tak dapat dipungkiri bahwa aspek pengalaman memiliki pengaruh
signifikan dalam menunjang prestasi karena efikasi diri (self efficacy) karyawan dapat timbul dari akumulasi pengalaman
sepanjang siklus kerjanya. Hanya saja, hal tersebut dapat menjadi masalah
apabila hanya berpatok pada pengalaman saja, karena pada prinsipnya pengalaman
merupakan suatu peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan bukan pada masa kini
atau pun pada masa depan. Dan ditambah lagi bahwa saat ini perubahan merupakan
teman setia dari setiap orang termasuk semua organisasi sehingga terkesan agak
berlebihan apabila hanya memfokuskan pada pengalaman saja sebagai faktor
tunggal penentu prestasi organisasi.
Spesifiknya
yaitu tidak masuk akal apabila pegawai senior begitu merasa hebat karena telah
mengakumulasi pengalaman, karena dapat saja karyawan baru alias new blood memiliki pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan baru dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Tidak
itu saja, apabila ditelusuri dari perspektif organisasi pembelajaran (learning organization) maka karyawan
senior memiliki tugas tambahan yaitu membantu karyawan baru untuk berprestasi
seperti mereka, dan cara yang dapat ditempuh yaitu dengan merubah implicit knowledge menjadi eksplicit knowledge.
Merujuk
pada ulasan sebelumnya, tampak bahwa sebaiknya perlu ada sinergi antara
karyawan senior dan karyawan baru. Menimbang bahwa karyawan senior akan
membantu dengan mensharekan pengalamannya, sedangkan karyawan baru memiliki
kewajiban untuk mensharekan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan baru.
Mengapa memerlukan sinergis seperti ini karena pada prinsipnya organisasi
merupakan makluk hidup sehingga keseluruhan karyawannya wajib untuk saling
membantu.
Sampai
di sini, diketahui bahwa karyawan senior dan baru alias new blood memiliki segi kekuatan dan juga kelemahan. Dan untuk
saling menutup kelemahan dan meningkatkan kekuatan diperlukan adanya kesediaan
untuk mau melepaskan ego atau merasa hebat. Dalam pengertian bahwa solusi untuk
berkesinambungan prestasi suatu organisasi sangat memerlukan kesediaan dan
partisipasi totalitas anggota organisasi. Atau dalam ungkapan terkenal sang
tokoh manajemen Nonaka sebagai knowledge
sharing.
Pertanyaan
lanjutannya adalah bagaimana mengaplikasikannya sinergitas antara karyawan
senior dan karyawan baru? Jawabannya terletak pada fungsi kepemimpinan untuk
memainkan peran komunikator yang baik yang termanifestasi dalam komunikasi yang
baik antara pemimpin dengan karyawannya. Dengan kata lain, bagaimana pemimpin
organisasi mampu menciptakan budaya komunikasi yang terbuka dan efektif dalam
organisasi sehingga dapat diteladani karyawan. Lanjut bahwa solusi ini
tampaknya bersifat asbstrak namun itulah salah satu solusi yang apa adanya atau
sering dipraktekkan dalam kehidupan suatu organisasi.
Sebagai
contoh adalah bagaimana gaya manajemen Jepang seperti pada Honda, Matsushita,
Sony dan lainnya. Yang sangat menonjolkan komunikasi sebagai ujung tombak prestasi
organisasi yang berkesinambungan. Dimana kondisi organisasi-organisasi tersebut
begitu dominan dilandasi komunikasi yang efektif, terbuka dan tetap menjaga
privasi masing-masing karyawan. Dan hal ini sangat membantu dalam
mengaplikasikan transfer pengetahuan dan juga pembentukan pengetahuan baru yang
sangat berguna bagi prestasi organisasi.
Mengapa,
kok bisa membantu pengembangan pengetahuan baru? Jawabannya terletak pada
bagaimana karyawan senior menularkan pengalaman mereka pada karyawan baru
berdasarkan komunikasi yang bijak sehingga memotivasi karyawan baru untuk
mengikuti jejak para seniornya. Dan salah satu manifestasinya adalah terbukanya
ruang bagi komunikasi melalui open
forum manajemen serta fokus aplikasi pada research
and development (R&D). Dan satu hal yang tak dapat diabaikan adalah
bagaimana peran budaya yang signifikan. Konkritnya peran budaya nasionalis Jepang
yang sangat menghargai komunikasi antara karyawan sehingga peran budaya ini
mampu menembus tembok pembatas yang mengkotak-kotakkan alias memisahkan karyawan
senior dan karyawan baru untuk saling bersinergis dalam membangun prestasi
organisasi secara kontinyu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar