Memiliki
banyak uang, mungkin saja menjadi impian sebagian banyak orang (dominant). Atau dapat juga diganti
dengan manusia membutuhkan uang untuk melancarkan kehidupannya. Dalam artian
untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan keinginannya. Dan hal ini dapat anda
saksikan atau mungkin juga anda mengalaminya sendiri bahwa banyak orang bekerja
dan mendapatkan upah, atau anda sendiri juga bekerja sehingga pada periode
waktu tertentu memperoleh uang (wage).
Di sini dapat anda banyangkan bahwa fungsi uang menjadi vital namun tidak
selamanya uang dapat membeli kebahagiaan, sehingga andaikata manusia dapat
memiliki mesin penghasil uang maka tidak perlulah kita bekerja untuk
mendapatkan uang. Namun semua itu hanyalah khayalan belaka karena pada
prinsipnya untuk memperoleh uang dibutuhkan sinergis kerja cerdas dan kerja
sama.
Untuk
itu, agar dapat menghasilkan banyak uang memerlukan suatu tekad atau komitmen
untuk mengelola uang dengan benar. Dan tulisan ini diarahkan pada kesalahan
dalam menggunakan ATM (auotomatic teller
machine) dan bagaimana mereduksinya. Lebih spesifiknya yaitu dalam tulisan
ini akan diarahkan pada kesalahan berpikir dari ATM yang sangat sederhana dan
tentu saja anda mungkin mengalaminya namun tidak disadari atau mungkin didasari
namun tidak mengambil tindakan untuk merubahnya. Ditujukan untuk memperjelas
dalam pembedahan akan dibagi kedalam 3 kajian yaitu dari aspek ontologi,
epistemologi, aksiologi, dan dilanjutkan pada proses serta cara konkrit untuk
mengurangi kesalahan penggunaan ATM.
Dari
aspek ontologi, ATM dapat diartikan sebagai alat yang dibuat untuk mempermudah
orang dalam melakukan transaksi. Berpijak pada definisi tersebut tampak bahwa
ATM merupakan alat bantu untuk menukar barang dengan uang, karena ATM merupakan
mesin transaksi. Lanjut bahwa karena sifat khas dari ATM, diketahui bahwa alat
ini memiliki tujuan baik bagi manusia, hanya saja dalam aplikasinya seringkali
orang melakukan kesalahan ketika menggunakannya. Terkait penggunaan,
membutuhkan kartu yang biasa disebut sebagai kartu ATM atau ATM card. Pengguna
kartu ini biasanya diberi PIN sebagai kunci untuk mengaksesnya, dan seiring
perjalanan waktu maka kartu ini bukan saja melayani nasabah pada tingkat
domestik saja melainkan juga telah pada aras internasional. Oleh karena itu
tidak mengherankan apabila ATM begitu familiar saat ini.
Terkait
aspek ontologinya dapat dipahami epistemologinya. Tepatnya yaitu penggunaan ATM
sebenarnya ditujukan untuk mengurangi beberapa kesulitan apabila hendak
melakukan transaksi. Diantaranya adalah meningkatkan rasa aman ketika
bertransaksi, tidak perlu membawa uang dalam jumlah banyak, transaksi lebih
mudah, sudah menjadi kebutuhan dijaman sekarang, dan lain-lainnya. Namun
terlepas dari keuntungannya, penggunaan ATM juga memiliki segi keburukan,
diantaranya adalah sudah beberapa kali terjadi pembobolan ATM oleh pihak tidak
bertanggung jawab. Oleh karena itu, ATM
tidak memberikan keamanan penuh pada penggunanya sehingga aspek kehatia-hatian
serta ketelitian padang penggunanya (user) menjadi faktor yang signifikan
ketika memiliki ATM.
Terlepas
dari aspek ontologi dan epistemologi, sudah sangat jelas tentang aksiologinya
yaitu membantu manusia dalam melakukan transaksi keuangan. Oleh karena itu,
pada bagian selanjutnya akan dibedah terkait kesalahan kecil namun sangat
sederhana dalam penggunaan ATM terutama bagi orang pada taraf pendidikan SMU
dan sederajatnya serta pada kalangan mahasiswa. Spesifiknya yaitu orang pada
kategori hirarki pendidikan ini relatif sangat familiar dengan ATM namun
sebagaian tidak memahami dengan baik terkait seni yang tepat untuk menggunakan
ATM. Nalarnya adalah mereka sebagian telah memiliki ATM namun alat ini tidak
dipertimbangkan sebagai alat produktif karena ada tendensi bahwa mereka
menganggap ATM sebagai mesin pencetak uang.
Lanjut
bahwa kesalahan pemahaman ini akan terkristalkan dalam pola perilaku untuk
tinggal gesek saja dan uang pun diperoleh. Hal ini menjadi kesalahan karena
sekali lagi ada tendensi bahwa proses bagaimana uang tersebut bisa ada dalam
ATM tidak dipikirkan dengan matang-matang. Spesifiknya yaitu ketidakpahaman
bahwa sebenarnya ATM tersebut merupakan uang mereka sendiri yang disimpan di
bank tertentu sehingga setiap kali pengambilan uang tanpa alasan yang rasional akan
mengurangi jumlah uang yang ditabung. Alhasil pun uang mereka berpeluang habis
karena hanya menggesek saja .
Selain
itu, tanpa dipikirkan dengan matang bahwa penggunaan ATM merupakan suatu sikap
pemborosan yang sangat sederhana dan mungkin saja dilakukan berulang-ulang kali
sehingga tanpa terasa hal tersebut telah menjadi suatu kebiasaan yang
merugikan. Apabila diperas lebih dalam lagi, diketahui bahwa biasanya uang yang
berada dalam tabungan merupakan uang yang dihasilkan oleh orang tua mereka
sehingga dengan pola penggunaan ATM yang hanya gesek saja merupakan suatu
kekeliruan mendasar. Dan kekeliruan tersebut hanya akan memicu peirlaku
konsumtif berlebihan, karena tanpa terasa uang di tabungan akan habis dan
biasanya untuk mengisi kembali memerlukan orang tua untuk mengisinya. Dengan
perkataan lain, kesalahan penggunaan ATM hanya akan menyusahkan si pemilik dan
juga orang tua yang berfungsi sebagai pemberi uang.
Untuk itu
pada bagian ini akan dibahas beberapa cara untuk menguranginya. Dan cara-cara
tersebut akan ditilik dari perspektif psikologi kognitif dan peran orang tua.
Terkait psikologi kognitif, yaitu sangat jelas bahwa fokusnya akan pada
kemampuan mental orang. Oleh karena itu,
perspektif ini akan beresensikan pada kemampuan mengolah informasi yang
dimiliki orang. Spesifiknya yaitu orang yang berpikir dahulu sebelum bertindak
akan lebih bertendensi untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan ATM. Dan
sikap ini merupakan cerminan dari kemampuan kognitif yang dimiliki. Menimbang
bahwa perspektif psikologi kognitif sangat menekankan pada bagaimana memperoleh
pengetahuan keuangan menggunakan cara berpikir yang tepat. Alhasil pun, semakin
tinggi kemampuan berpikirnya maka semakin tinggi pula sikapnya dalam
menggunakan ATM dengan efektif dan efisien. Dan untuk meningkatkan kemampuan
kognitif sangat dibutuhkan ketabahan untuk berlatih sehingga seiring
berjalannya waktu akan semakin tinggi pula pemahaman tentang seni mengelola ATM
dengan benar. Lanjut bahwa semakin bagus dalam menggunakan ATM maka semakin
tinggi pula kesadaran dalam memahami proses eksistensinya uang sehingga dapat
diambil menggunakan ATM.
Dari
perspektif orang tua yaitu bagaimana modeling orang tua sangat signifikan
terhadap pola penggunaan ATM. Penjelasannya adalah ketika orang tua memberi
model penggunaan ATM yang keliru pada anak maka anak pun berpeluang mengikuti
kesalahan orang tua. Dalam artian bahwa orang tua merupakan faktor utama dalam
memberi teladan dan juga pengetahuan kepada anak-anaknya. Dimana, pengetahuan
yang dimaksud adalah pengetahuan keuangan sehingga pola tersebut akan semakin
tertanam dalam benak anak. Oleh karena itu agar fungsi orang tua menjadi bagus
maka orang tua perlu meningkatkan pengetahuan keuangan terlebih dahulu sehingga
mampu mengajarkan pada anak-anakanya. Hanya saja, dalam prosesnya tidak
segampang yang dikira karena membutuhkan usaha dan juga kesabaran. Menimbang
bahwa usaha + kesabaran = hasil sehingga usaha orang tua diiringi kesabaran
akan bertendensi sukses dalam mengelola uang terkait penggunaan ATM dan berefek
lanjutan pada anak-anak mereka. Dengan kata lain, keberhasilan orang tua dalam
meningkatkan pengetahuan keuangan yang terkristalkan salah satunya dalam bijak
menggunakan ATM berpeluang menulari anak-anak mereka. Dan pola perilaku
tersebut akan semakin kokoh dalam benak si anak sehingga mereduksi pemahaman
yang keliru tentang mengartikan ATM sebagai mesin pencetak uang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar