Karet
adalah suatu jenis benda yang memiliki kelenturan, dalam arti tertentu dapat
juga diartikan sebagai kemoloran. Namun dalam tulisan ini akan dikaitkan dengan
aspek waktu. Menimbang akan artinya yang lentur sehingga memiliki relevansi
dengan manajemen waktu. Spesifiknya yaitu bagaimana perilaku orang-orang yang
suka mengulur-ngulur waktu ketika hendak melakukan suatu aktivitas. Akibatnya
adalah relatif tidak dilakukannya kegiatan dengan baik dan benar. Dan hal ini
diperparah lagi apabila kegiatan tersebut merupakan kegiatan formal.
Untuk
memudahkan dalam pengertian maka dalam tulisan ini, jam karet diartikan sebagai
cara berpikir orang yang suka menarik ulur waktu untuk melakukan suatu
tindakan. Berpijak dari definisi tersebut tampak bahwa jam karet memiliki tarik
menarik dengan makna manajemen. Menimbang bahwa dalam manajemen maka waktu
merupakan suatu sumber daya yang amat penting untuk diupayakan dengan tepat.
Dan apabila tidak menghargai waktu maka kinerja organisasi dapat mengalami
bias.
Terlepas
dengan relevansinya dengan ilmu manajemen, dalam tulisan ini diarahkan pada lingkup
manajemen yang mikro yaitu pada aras personal. Maksudnya adalah bagaimana
kebiasaan menggunakan jam karet untuk melaksanakan kegiatan akan memicu
perilaku menunda-nunda. Konkritnya dapat diamati ketika seorang mahasiswa
hendak mengerjakan tugas-tugasnya. Bagi mahasiswa yang disiplin pada waktu maka
hal mengerjakan tugas tidaklah menjadi maslah melainkan menjadi tindakan yang
penuh sukacita, sedangkan bagi mahasiswa yang dalam manajemen waktunya
menggunakan jam karet maka akan sangat merugikan karena bisa saja tugas yang
ada akan terbengkalai atau tidak dikerjakan tepat waktu.
Selain
untuk konteks mahasiswa, relevansi jam karet juga berkaitan dengan pencapaian
kebebasan keuangan. Nalarnya adalah orang yang suka pada jam karet berpeluang
masuk dalam jebakan suka menunda-nunda untuk segera membangun aset keuangan.
Dan hal ini tentu saja, akan menyulitkan diri sendiri sedangkan orang yang memiliki
rasa penghargaan pada waktu akan bertendensi tegas untuk segera membangun aset.
Contohnya dapat anda amati dari orang-orang disekitar anda yang suka molor
dalam waktu dan bagaimana perbedaannya dengan orang yang memiliki diisplin
waktu bagus alias tidak suka jam karet.
Berpijak
pada beberapa konteks dari kebiasaan jam karet seperti pada ulasan sebelumnya,
menimbulkan suatu pertanyaan yaitu bagaimana untuk merubah kebiasaan jam karet
tersebut. Untuk menjawabnya, penulis akan mengkaji dari beberapa aspek yaitu ekonomi,
psikologi kognitif, psikologi positif, dan psikologi sosial. Untuk lebih
jelasnya, akan dibedah terlebih dahulu relevansinya jam karet dengan
aspek-aspek tersebut dan dilanjutkan dengan solusi yang dapat digunakan untuk mereduksi
kebiasaan jam karet. Selengkapnya adalah sebagai berikut :
Aspek
Ekonomi
Sepeti yang diketahui bahwa ilmu
ekonomi senantiasa bersentuhan dengan sumber daya, kebutuhan dan keinginan,
pilihan. Dan untuk mengoptimalkannya menjadi keputusan yang bagus sangat
membutuhkan pertimbangan rasional. Pertimbangan untuk apa? Untuk secara cerdas
membuat membuat pilihan yang baik sehingga dalam ruang dan waktu itulah terjadi
yang disebut sebagai eksistensi. Dan hal ini tentu saja tidak terlepas dari
yang namanya alokasi sumber daya, dan salah satu jenis sumber daya adalah
waktu. Dengan demikian, berpijak pada ulasan sebelumnya tampak bahwa dari aspek
ekonomi, manajemen waktu menjadi hal yang sangat signifikan. Menimbang bahwa bermodalkan
kecerdasan mengelola waktu maka orang akan bertendensi mendekati tujuan. Oleh
karena itu, cara konkrit yang dapat ditempuh untuk mereduksi kebiasaan jam
karet adalah dengan meningkatkan kecerdasan dan selanjutnya akan memicu seni
mengelola waktu dengan benar.
Aspek
Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif mengkaji
tentang bagaimana orang melakukan suatu aktivitas mental, namun dalam tulisan
ini diarahkan pada bagaimana orang mengolah informasi. Dengan kata lain akan
diarahkan pada aspek penalaran sehingga manajemen waktu menjadi bagian yang tak
terpisahkan. Logikanya adalah ketika orang hendak menyusun rencana pribadi,
secara otomatis aspek waktu menjadi pertimbangan sehingga keakuratan atau
presisi akan bertendensi tertuju pada sasaran. Dan dalam proses itulah, nalar
menjadi bagian signifikan sehingga ruang dan waktu untuk eksekusi rencana
menjadi jelas. Tidak hanya itu saja, kemampuan kognitif yang dimanifestasikan kemampuan
mengolah informasi juga mendorong adanya kalkulasi waktu untuk setiap kegiatan
sehingga dituntut untuk disiplin pada waktu. Alhasil pun kebiasaan jam karet
akan direduksi.
Aspek
Psikologi Positif
Menguji faktor-faktor secara
ilmiah atas perilaku manusia merupakan definisi daro psikologi positif. Terkait
tulisan ini, manajemen waktu memang menjadi faktor implisit karena menjadi
bagian dari faktor-faktor seperti resiliensi, pengharapan, efikasi diri dan
lain-lainnya, namun untuk tulisan ini akan menggunakan efikasi diri. Efikasi
diri merupakan suatu faktor yang sangat dominan digeluti oleh para akademisi
maupun praktisi. Karena faktor ini menonjolkan seberapa yakin orang akan
kemampuannya untuk mengerjakan tugas yang spesifik. Dengan kata lain efikasi
diri adalah evaluasi atas kemampuannya dirinya untuk melakukan suatu tugas.
Berpijak pada definisi sebelumnya, dengan jelas diketahui bahwa dalam proses
mengevaluasi kemampuan diri, tentu saja waktu akan menjadi salah satu
prioritas. Nalarnya adalah ketika mengevaluasi kemampuan diri, tentu saja orang
perlu menimbang aspek waktu bahwa berapa lama waktu yang diperlukan untuk
mengerjakan tugas tertentu sehingga ketika pelaksanaannya tidak akan mengalami
ambigu. Oleh karena itu, aspek ini dapat dijadikan solusi dengan meningkakan
keyakinan bahwa anda dapat mereduksi kebiasaan jam akret.
Aspek
Psikologi Sosial
Psikologi sosial merupakan salah
satu cabang dari ilmu psikologi. Tepatnya bagaimana mengkaji perilaku seseorang
karena adanya interaksi dengan sosialnya. Dengan kata lain, bagaimana
lingkungan sekitaran mempengaruhi perilaku individu. Dari definisi tersebut
sangat jelas bahwa ada faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku individu,
namun perlu dipahami bahwa psikologi sosial tidak mutlak sama dengan psikologi
budaya. Karena walaupun ada lingkungan sekitaran tapi fokus kajiannya tidak
secara mutlak diarahkan pada aspek budaya sebagai faktor tunggal penentu perilaku
individu. Terkait dengan manajemen waktu, psikologi positif memainkan peran
yang sangat krusial karena lingkungan sekitaran tersebut memiliki beberapa
pelaku, diantaranya sepeti lingkungan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
sanak saudara dan lain-lainnya. Tidak lupa juga adanya pengaruh dari teman
bermain serta teman sebaya. Saling interaksi antara pelaku-pelaku tersebut akan
menimbulkan saling pengaruh mempengaruhi dan akhirnya perilaku pun menjadi
kristalan dari interaksi tersebut. Konkritnya apabila orang-orang di sekitar
individu memiliki kebiasaan jam karet maka tentu saja ada peluang untuk
mempengaruhi perilaku individu. Dengan demikian, manusia adalah makluk sosial
memang benar karena adanya interaksi yang saling tarik menarik antara satu
dengan lainnya, tapi dapat juga menjadi masalah apabila individu menjadi
iku-ikutan. Dan hal inilah yang menjadi solusi berdasarkan aspek psikologi
sosial. Tepatnya yaitu dengan memahami kebiasaan orang-orang di sekitar anda,
anda dapat meningkatkan fungsi pengendalian diri untuk tidak ikut-ikutan
menumbuhkembangkan kebiasaan jam karet dalam kehidupan personal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar