Perpsektif biologi mengartikan makan sebagai memasukkan makanan ke dalam mulut dikunyah dan ditelan. Sedangkan filsafat adalah cinta akan kebijaksanaan. Namun untuk kepentingan tulisan ini, maka pendefinsian filsafat makan akan berbeda dengan definisi sebelumnya. Tepatnya makan diartikan sebagai suatu proses pengolahan persepsi tentang diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, menurut penulis bahwa filsafat makan dapat diartikan sebagai memahami orang lain dan diri sendiri secara keseluruhan yang berlandaskan kebijaksanaan atau nilai-nilai kearifan.
Merujuk pada definisi filsafat makan di atas, tampak bahwa penulis membangun sendiri definisi filsafat makan dengan cara membangun genus proximum serta differentia specifica secara independen, karena penulis menimbang adanya kesesuaian dengan dua hal pokok yaitu no free lunch alias tak ada makan siang gratis, dan kedua adalah pemahaman hari ini maka apa dan besok makan siapa. Lanjut bahwa pertimbangan dua hal pokok ini akan mengarahkan pada kepekaan atau sensitifitas diri terhadap diri sendiri dan orang lain. Maksudnya adalah bagaimana filsafat makan akan mengkaji secara mendalam tentang bagaimana menghargai diri sendiri dan bertanggung jawab terhdap diri serta bagaimana melaksanakan tanggung jawab moral terhadap sesama dan sang Pencipta.
Ditujukan untuk memperjelas, dalam filsafat makan akan memfokuskan pada bagaimana seseorang bersikap dengan benar dan baik tentang bagaimana membangun keyakinan positif serta tidak mengkambing hitamkan orang lain untuk mencari posisi aman bagi dirinya. Lanjut bahwa dengan memahami filsafat makan maka seseorang akan memahami arti kerja keras dan kerja cerdas sehingga terhindar dari suka mengambil hak orang lain secara picik atau tidak beretika, melainkan bagaimana mengajarkan seseorang untuk mau berupaya untuk mewujudkan sesuatu atau berupaya sekuat tenaga atau sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil sehingga kepuasan diri dapat dialami.
Tidak hanya itu saja, filsafat makan juga akan menjadi suatu alat untuk lebih mampu mengasah kepekaan jiwa yang sebenarnya merupakan salah satu faktor pembeda manusia dan makluk lainnya. Nalarnya adalah pemahama filsafat makan yang tepat akan mendorong seseorang berani menolak dengan tegas terhadap perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain dan dengan tulus ikhlas menerima kenyataan bahwa dirinya dan orang lain juga memiliki hak yang sama. Hal ini begitu relevan karena seringkali dalam permainan kekuasaan, orang tidak segan-segan untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya, dan akan berefek lanjutan pada kesengsaraan rakyat kecil yang sebenarnya tidak tahu menahu apa-apa.
Selain kepentingan politik, filsafat makan juga mampu menjadikan seseorang pribadi yang lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak. Nalarnya adalah dengan menjadikan orang lain sebagai partner/mitra dan bukan korban maka akan mendorong sikap memberdayakan atau yang lebih dikenal sebagai sikap filantopis. Dan masih banyak lagi manfaat dari memahami filsafat makan, dan silakan bagi pembaca untuk menambahkannya yang di dahului dengan renungan atau komtemplasi yang dalam (deep contemplation) dan penuh kesadaran. akhir kata, penulis mengucapkan selamat “berfilsafat makan” dalam kehidupan sehari-hari. Syalom dan sukses selalu…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar