Dalam tulisan singkat ini, penulis hanya memberi dan menjelaskan kesan terdalam, sekali yang terdalam setelah membaca, merenungi, menjalani, dan memantulkan pemahaman penulis sendiri yang berasal dari buku manusia pembelajar karya Andreas Harefa. Dalam buku itu bagaimana si Andreas Harefa mengajak dan menghimbau semua orang untuk belajar, belajar, belajar, belajar dan belajar menjadi dirinya sendiri. Atau dengan kata lain, yaitu menerima tanggung jawab untuk hanya menjadi dirinya, dan setelah menjadi manusia pembelajar maka orang tersebut akan meningkat menjadi seorang pemimpin dan berakhir menjadi guru bangsa.
Sehubungan dengan ulasan sebelumnya, penulis sangat menyetujui dan mengagumi ide-ide Andreas Harefa yang tertuang dalam bukunya menjadi manusia pembelajar”. Karena menurut hemat penulis bahwa menjadi manusia pembelajar yang bertanggung jawab untuk menjadi dirinya atau meminjam istilah Steven Covey yaitu menjadi manusia proaktif merupakan salib yang harus dipikul oleh siapa saja memiliki korelasi dengan makna memikul salib. Nalarnya adalah seperti yang dikisahkan dalam Alkitab bahwa barang siapa hendak mengikuti Aku, dia harus memikul salibnya dan menyangkali dirinya. Maksud penulis bukan mau terjebak atau mengajak pembaca dalam dogmatisme Kristen yang buta alias naif melainkan bagaimana penulis berusaha menempatkan makna nilai dari memukul salib. Karena menurut hemat penulis bahwa Jesus Kristus sendiri disalibkan karena diriNya dengan penuh keiklasan untuk menerima tanggung jawab dalam misi utamanya datang ke dunia ini yaitu menebus dosa-dosa umat manusia.
Dalam hal ini, penulis melihat bahwa memikul salib tidak berarti harus menderita melainkan bagaimana memposisikan atau mereposisi paradigma untuk menjadi manusia pembelajar yang akan selalu belajar, belajar, belajar, belajar dan belajar hingga ajal menjemput. Dalam pemahaman di atas, penulis berusaha menempatkan makna salib sebagai suatu rahmat atau suatu anugerah yang diberikan secara cuma-cuma oleh sang Kuasa kepada manusia sehingga akan lebih memotivasi diri untuk secara kontinyu belajar menjadi diri sendiri dan menyadari talenta-talenta uniknya. Dalam arti kata, mempersepsikan memikul salib bukan sebagai suatu perbuatan yang memberatkan dan menakutkan, melainkan perbuatan yang menyenangkan dan penuh sukacita.
Bukan hanya itu saja, dengan mereposisi makna memikul salib maka seseorang tidak begitu saja memaknai kehidupan sebagai penderitaan karena sang Tokoh Jesus Kristus telah menderita di kayu salib melainkan bagaimana kita memprioritaskan hidup ini sebagai ajang belajar dan belajar sehingga mendorong kesadaran diri untuk peka dan terus mengasah tanggung jawab utama dalam menjalani hidup yaitu bertanggung jawab menjadi diri yang otentik. Dimana hal ini akan terkristal dari perilaku sehari-hari yang nota bene merupakan arena kita membuktikan bahwa kita memiliki sifat-sifat Kristus, dan wujud konkritnya adalah bagaimana kita bertanggung jawab untuk menjadi diri sendiri yang seutuhnya melalui proses belajar menjadi (learning to be). Setelah kita menjadi manusia pembelajar maka kita pasti mampu berkontribusi dalam hidup ini. mengapa harus berkontribusi, karena anda yang sekarang saat ini merupakan suatu proses dari kesuksesan orang lain tanpa anda sadari ataukah tidak. Dengan demikian, selamat menjadi diri sendiri dan bukan orang lain (always be your self).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar