Dahulu kala, sering kita dengan tentang dewa-dewa yang disembah manusia sebagai suatu bentuk keyakinan untuk berhubungan dengan suatu kekuatan di atas manusia. Hal ini membawa pada konsekwensi logis untuk meyakini dengan sungguh-sungguh atas apa yang disembah. Namun tulisan ini tidak membahas tentang berhala-berhala tersebut karena itu merupakan subjektifitas penilaian masing-masing orang. Maksud penulis bahwa tulisan ini akan diarahkan pada bagaimana menggunakan metafora berhala sebagai gambaran dari permainan kambing hitam, dan tidak ada maksud untuk mengkaitkannya dengan agama.
Istilah kambing hitam dapat beraneka ragam, karena dapat saja berupa seekor kambing hitam atau gambar kambing berwarna hitam dan masih banyak lagi. Semua itu benar karena itu adalah kebebasan setiap orang mengekspresikan apa saja. Namun dalam tulisan ini yang dimaksud dengan kambing hitam adalah terkait permainan saling menyalahkan yang sering dimainkan oleh dalam mencapai suatu kesuksesan atau dalam kehidupan sehari-hari. Istilah kambing hitam merujuk pada bagaimana seseornag menggunakan orang lain untuk menutupi kesalahannya, sehingga permainan melempar tanggung jawab menjadi bagian sentral dalam permainan itu sendiri.
Konkritnya adalah bagaimana seseornag setelah melakukan sesuatu dan menimbulkan akibat buruk maka dirinya sudah mempersepsikan ornag lain sebagai penanggung jawabnya sehingga dirinya terhindar dari kesalahan. Dalam scenario permainan kambing hitam, biasanya ada tiga faktor yaitu atasan/bos/pemimpin, mediator dan orang yang akan dijadikan kambing hitamkan. Dalam interaksi ketiga pemeran ini, sang atasan/bos/pemimpin akan memberikan instruksi pada mediator untuk mencari baginya seseorang untuk dijadikan penangggung jawab atas kesalahannya (si kambing hitam) yang kadang-kadang masih polos untuk menerima semua konsekwensi dari perbuatan atasan/bos/pemimpin.
Sebenarnya interaksi ketiga actor ini seringkali begitu halus dan tersusun rapi sehingga sulit untuk terdeteksi, tapi kadang-kadang terbongkar juga skandal permainan ini. Oleh karena itu, permainan ini begitu menarik karena selain dulit terdeteksi, tapi juga membuat kondisi aman bagi atasan/bos/pemimpin. Namun yang tidak disadari bahwa permainan ini sebenarnya menunjukkan rendahnya martabat kemanusiaan dari sang pelaku karena dirinya begitu rendah dalam melakoni hidupnya sehingga tanpa hati nurani mau melempar tanggung jawab kemana-mana, dna tidak gentleman dalam mengahadapi kehidupan.
Tidak itu saja, efek terburuk dari permainan saling menyalahkan atau permainan mengkambing hitamkan adalah memberi contoh buruk bagi generasi-generasi berikutnya untuk mengikuti jejak yang salah ini. Alhasil akan sulit memutuskan rantai kebodohan ini dan semakin menjauhkan diri manusia dari yang sebenarnya. Oleh karena itu, pertanyaannya adalah bagaimana memutuskan rantai ini. Pertanyaan itu dapat dijawab dengan berbagai cara, namun dalam tulisan ini akan menggunakan uangkapan terkenal dari dua tokoh ternama (tidak tertutup kemungkinan ada juga tokoh lainnya) yaitu Buddha dengan uangkapan terkenalnya yaitu janganlah menjadi orang baik yang bodoh melainkan jadilan orang baik yang bijak. Sedangkan tokoh kedua yaitu ungkapan yang berasal dari Yesus bahwa hendaklah kamu tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular.
Mengapa ungkapan kedua tokoh besar ini dijadikan solusi, karena mengajarkan pada kita untuk menjadi manusia yang baik namun tidak menjadi korban atas dunia ini. Dengan kata lain, mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang benar-benar mampu menjadikan dirinya bertanggung jawab sepenuhnya atas kehidupannya dan salah satu manifestasinya adalah tidak menjadi seorang kambing hitam. Catatan kritis bahwa penggunaan uangkapan dari tokoh besar dunia ini merupakan bahan perenungan atau refleksi sehingga merubah pandangan dan lebih bijak dalam mejalani hidup ini. Sebagai bahan refleksi maka penulis menempatkannya bukan sebagai langkah nyata yang dapat diikuti oleh siapa saja melainkan menjadikannya sebagai fondasi untuk terhindar dari permainan mengkambing hitamkan orang lain dan semua itu berawal dari dalam kepala. Akhir kata silahkan direnungi atau direflesikan untuk menjadikan hidup yang penuh warna-warni dan mereduksi peluang menjadi seorang kambing hitam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar