Bercermin adalah perbuatan yang mungkin saja banyak digemari oleh orang-orang karena dari bercerminlah seseorang dapat melihat wajhnya, penampilannya atau apa saja yang berkaitan dengan fisiknya. Namun dalam tulisan ini akan diarahkan pada bercermin sebagai bahan pantulan diri atas apa sikap seseorang. Maksudnya adalah bagaimana seseorang bercermin atas apa yang diyakininya sehingga menjadi sikap hidupnya. Dalam arti kata, bercermin merupakan refleksi diri yang mendalam untuk memperhatikan apa yang diyakini dalam membentuk sikap hidup. Lanjut bahwa sikap itu sendiri dapat berupa sikap positif dan sikap negatif.
Sikap positif yaitu bagaimana seseorang merespon objek, peristiwa atau pun seseorang berdasarkan kesadaran positif serta perasaan positif dan terpantul dalam perilaku, sedangkan sikap negative adalah kebalikannya dari berpikir positif. Nah dalam upaya meningkatkan sikap positif itulah seseorang akan menentukan perilakunya yang mana menjadi cikal bakal dari bercermin itu sendiri. Dalam upaya memperjelasnya, sikap seseorang dalam merespon sesuatu akan sangat berdampak pada apa yang dilakukannya sehingga tidak mengherankan apabila banyak tokoh-tokoh pengembangan diri berusaha membantu dengan mendorong sikap positif yang berperan dalam mewujudkan visi dan tujuan hidup.
Apabila seseorang bersikap positif maka dirinya akan lebih melihat manfaat dari suatu peristiwa dana berlanjut pada penentuan apa yang akan dilakukannya. Hanya saja untuk dapat bersikap positif membutuhkan ketekunan dan niat atau tekad yang kuat untuk terus-menerus berlatih berpikir positif, dan hal ini bukanlah hal yang mudah karena menimbang bahwa musuh terbesar seseorang adalah dirinya sendiri. Untuk itulah diperlukan kesadaran diri yang salah satunya adalah bagaimana seseorang perlu melakukan meditasi dan perenungan atas apa yang terjadi sehingga tidak serta merta mampu melihat kuman di seberang lautan namun tidak mampu melihat balok besar di depan matanya sendiri.
Ditujukan untuk memperjelas, upaya membangun sikap positif merupakan perjuangan seumur hidup karena kalau hanya melakukan dalam rentang waktu tertentu saja maka peluang seseorang bersikap negative menjadi terbuka. Dan hal ini akan menyianyiakan upaya sebelumnya untuk berpikir positif. Lanjut bahwa untuk konsisten melakukan sikap positif yang akan memantulkan dirinya dalam perilaku positif, seseorang sebaiknya terus-menerus berpikir positif, dimana berpikir positif itu sendiri merupakan kemampuan melihat suatu hal sebagai ajang pembenahan diri dan membangun keyakinan positif bahwa hidupnya ditentukan oleh dirinya.
Hal ini mungkin mirip dengan locus of control internal, persamaannya adalah locus of control internal merupakan bagaimana seseorang menentukan keyakinannya bahwa apa pun yang terjadi dalam hidupnya ditentukan oleh dirinya sendiri,. Atau dengan kata lain locus of control internal merupakan deskripsi dari bagaimana seseorang mampu menghubungkan sebab akibat dalam hidupnya dan semua itu merupakan tanggung jawabnya sendiri dan bukan orang lain, dan bersikap positif merupakan bagaimana memposisikan (reposisi) dirinya dalam merespon apa pun yang terjadi dalam hidupnya sehingga sadar ada yang dapat dikontrol dan ada yang tak dapat dikontrol. Dalam inilah berpikir positif dan locus of control mendapatkan titik temu dan upaya menentukan sikap hidup.
Sehubungan dengan sikap positif itulah, seseorang akan memahami bahwa ada hukum-hukum alam atau aturan-aturan alam yang menjadi bagian dalam kehidupannya, dan dirinya perlu memahaminya. Contohnya adalah bagaimana seseorang sadar bahwa apa yang dipikirkan dan terus menerus diualngi akan menjadi kenyatannya, meminjam ungkapan terkenal sang Buddha Gautama bahwa kenyataan hidup adalah deskripsi dari pikiran dan karena itulah perlu untuk menjaga pikiran agar selalu sadar melalui meditasi yang berkesinambungan. Dengan demikian, selamat membentuk sikap positif sebagai cerminan hidup melalui upaya yang kontinyu dalam bermeditasi. Salam sukses…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar