Demo pun terjadi untuk menolak kenaikkan harga BBM tapi apa mau dikata, BBM sangat berpeluang untuk meningkat. Dan seperti yang diketahui bahwa naiknya harga BBM akan relatif mendorong naiknya harga-harga lainnya (relative inflation). Tak terkecuali bahwa kenaikkan BBM juga akan berdampak pada meningkatnya biaya-biaya kesehatan, dan hal itulah yang menjadi fokus dalam tulisan ini. Tepatnya yaitu bagaimana hubungan antara naiknya harga BBM terhadap kesehatan masyarakat. Untuk memperjelas, naiknya BBM akan meningkatkan biaya-biaya operasional perusahaan dan juga akan meningkatkan biaya pengangkutan alias transportasi, jika dibedah menggunakan perpsektif keuangan, naiknya BBM akan mendorong perubahan pada laporan laba rugi.
Selain itu, terdapat dampak juga pada ranah distribusi. Tepatnya adalah berbagai output akan didistribusikan ke daerah-daerah sehingga naiknya harga BBM akan meningkatkan biaya. Hal yang sama juga dapat terjadi pada bidang kesehatan, dimana keseluruhan operasionalisasi akan meningkat sehingga proses distribusi produk pun akan mengalami peningkatan. Tidak hanya itu saja, peningkatan pada BBM juga akan mendorong naiknya biaya operasionalisasi perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang kesehatan, seperti industri farmasi dan sejenisnya. Alhasil, institusi kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit pun akan terkena imbasnya. Hanya saja hal sebelumnya tidak menjadi persoalan serius karena saat ini pemerintah telah meluncurkan program-progran kesehatan seperti biaya operasional kesejatan (BOK), jamkesmas dan jampersal sebagai proteksi dan pendorong operasional pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin.
Merujuk pada ulasan sebelumnya tampak ada kontradiksi bahwa kenaikkan BBM tidak akan mengganggu efektifitas pelayanan kesehatan karena adanya sumber pembiayaan yang mencukupi. Namun, jika dikritisi ditemukan bahwa penggunaan atau manajemen dana operasional kesehatan yang disingkat BOK serta dua program lainnya belum tentu seperti yang diharapkan. Meningbang bahwa biasanya ada kesenjangan antara normative dan positif. Oleh karena itu, walaupun telah ada dana untuk pelayanan kesehatan namun tetap berpeluang mengalami bias.
Selain ada peluang terjadi mismanajemen penggunaan uang untuk peningkatan kesehatan masyarakat, terutama masyarakat kecil. Sebenarnya efek kenaikkan harga BBM juga berpeluang membuat pelayanan kesehatan terganggu. Karena masih memerlukan kejelian dan kecermatan dalam penggunaan uang demi pelayanan kesehatan, dan apabila benar-benar terjadi ketidakjelian dan ketidakcermatan maka uang tersebut dapat saja tidak terarah sehingga pelayanan kesehatan terganggu. Alhasil masyarakat pun tidak mendapatkan akses bantuan pelayanan kesehatan yang memadai. Dan untuk itu, masyarakat pun harus membiayai pengobatan dan kesehatannya menggunakan uang pribadi, dan tentu saja memerlukan uang lebih.
Karena adanya pembiayaan kesehatan menggunakan uang pribadi, maka akan menguras penerimaan masyarakat sehingga harus memangkas biaya-biaya lainnya. Dan apabila masyarakat tidak memiliki kecukupan uang maka mereka bertendensi tidak mampu berobat dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Lanjut, untuk mereduksi persoalan yang mungkin saja terjadi, diperlukan upaya serius dari pemerintah untuk melibatkan pihak-pihak terkait agar benar-benar memastikan bahwa dana operasional kesehatan (BOK), jamkesmas dan jampersal benar-benar didayagunakan dengan baik. Dalam arti kata, benar-benar dimanfaatkan dengan baik dan benar untuk melancarkan pelayanan kesehatan yang tepat/memadai sehingga masyarakat terutama masyarakat miskin tetap mendapatkan pelayanan kesehatan minimum atau bahkan pelayanan maksimum dan tidak tergesek akibat naiknya harga BBM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar