Mencapai tujuan seperti mendaki gunung, butuh kesabaran, ketekunan dan dayaa juang tinggi. Dan satu hal yang tak terlupakan adalah optimis, karena orang optimis lebih mampu mengarahkan perilakunya pada tujuan dan lebih mampu membangun gambaran mental tentang sesuatu di masa mendatang. Hal ini relevan dengan mewujudkan tujuan hidup karena orang yang optimis akan termotivasi dan pantang menyerah ketika menghadapi tantangan. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila kajian-kajian psikologi positif yang bertujuan menemukan dan mengukur secara ilmiah akan berbagai faktor yang mampu mengoptimalkan postensi manusia, memasukkan optimis sebagai salah satu faktor pendorong perilaku posisitf. Lanjutannya adalah orang yang optimis akan benar-benar mampu membuat dirinya lebih berguna karena dapat mengarahkan dirinya pada target.
Pada segi lain, tidak tertutup kemungkinan bahwa perilaku optimis juga memiliki kelemahan yang dapat membawa keputusan yang salah. Misalnya salah satunya adalah orang yang memiliki pengalam kesuksesan masa lalu akan memikirkan bahwa kesuksesannya akan terulang lagi di masa mendatang. Hal ini dikarenakan orang tersebut optimis bahwa masa lalu saja saya berhasil maka masa mendatang juga saya pasti berhasil. Oleh karena itu, dalam upaya mengarahkan atau menggunakan optimis dengan optimal maka perlu adanya pemahaman tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana konsekwensi dari tindakannya itu.
Dalam tulisan singkat ini akan mencoba menjembatani kesenjangan tersebut dan mampu menempatkan optimis secara tepat. Penjelasannya adalah untuk mengoptimalkan perilaku optimis, orang tersebut perlu juga realistis dengan keadaan bahwa faktor ketidakpastian juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan ini. Spesifiknya yaitu bersikap realistis akan mengarahkan perilaku optimis pada memahami keterbatasan diri dan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Lanjut bahwa hal ini tidak berarti orang yang optimis relatif mengabaikan kenyataan yang di hadapi melainkan bagaimana secara normal memposisikan masa lalunya pada konteks yang benar. Dengan kata lain, bagaimana orang yang optimis mampu menggabungkan masa lalu dan masa sekarang dengan tepat sehingga tidak hanya menggunakan masa lalu sebagai satu-satunya penentu kesuksesan di masa mendatang.
Dalam kajian psikologi, hal ini biasanya disebut sebaga apersepsi yaitu mensinergis masa lalu dan masa sekarang untuk mengarahkan pikiran menjadi realistis dengan keadaan dan mampu bersikap dengan tepat. Kemanfaatan dari mensinergiskan dua masa waktu ini adalah menjadikan mampu melihat kekuatan dan kelemahan serta ancaman dan peluang dengan lebih baik. Karena bagaimana pun empat hal (kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang) merupakan bagian pasti dalam hidup ini. Dengan memahami sebelumnya maka orang yang optimis tidak akan serta merta menjadi orang yang optimis mengalami bias dan mengakibatkan pada kegagalan.
Ditujukan untuk memperjelas, penulis mengamati bahwa perbedaan optmis dan overoptimis sangat tipis. Dalam pengertian bahwa orang yang optimis dapat saja mengalami overoptimis sehingga mengarah pada perilaku yang bias. atau dengan kata lain yaitu pada konteks tertentu orang dapat berperilaku optimis namun pada konteks lainnya orang tersebut dapat saja mengalami overoptimis, dan hal ini sangat berbahaya karena orang yang overoptimis berpeluang berkesimpulan bahwa masa lalu serupa dengan masa depan sehingga kesuksesan mengerjakan sesuatu atau keberhasilan mencapai tujuan pada masa lalu akan mirip/serupa dengan pencapaian di masa mendatang. Dengan demikian, perlu meningkatkan optimis dalam hidup ini namun tetap menjaga keseimbangan atau perlu sadar diri sehingga tidak mengarah pada overoptimis. Salam sukses….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar