Wah asyiknya kalau lagi jatuh cinta, serasa dunia ini hanya milik aku dan dia dan orang lain hanya pada kontrak saja atau hanya kontemporer saja. itulah kira-kira ungkapan yang mengambarkan kondisi dunia pikiran seseorang yang lagi kasmaran terhadap orang lain. Namun menurut hemat penulis, ada suatu ungkapan yang apabila dikritisi akan ditemukan bahwa tipis sekali perbedaan antara orang yang lagi jatuh cinta dengan orang yang lagi mabuk cinta. Nalarnya adalah orang yang mabuk cinta bertendensi hanya memikirkan sang idola sebagai keseluruhan hidupnya dan mengesampingkan aspek logis dari cinta itu serta aspek emosional dan spiritual dari cinta. Sedangkan orang jatuh cinta akan cenderung menggunakan keseluruhan akalnya yang termanifestasi dalam intelegensi, emosi dan spiritualnya.
Lebih spesifik lagi yaitu orang yang jatuh cinta tidak akan menggunakan apa yang diyakininya untuk memaksa sang idola melainkan tetap menjaga keseimbangan saling menghargai dan menghormati. Dengan kata lain, orang yang jatuh cinta mengatakan aku mencintai dirimu (i love you) dengan berlandaskan aku mencintai dirimu karena aku sadar bahwa aku dan kamu dapat bersinergis untuk membangun hubungan yang saling memndorong keraha yang lebih baik atau pengembangan diri. Sedangkan orang yang mabuk cinta mengatakan aku mencintai kamu or i love u sebagai deskripsi dari aku mencintai diriku. Dalam hal ini, terindikasi ada suatu perasaan yang mendalam untuk menembus batas diriku dan dirinya sehingga mengurangi rasa untuk menghargai dan menghormati sang idola. Dan seperti yang diketahui bahwa tidak adanya atau berkurangnya rasa menghargai dan menghormati merupakan salah satu cikal bakal perbuatan yang tidak logis.
Dalam hal ini, penulis tidak bermaksud sebagai mabuk cinta merupakan suatu bentuk narsis. Nalarnya adalah mabuk cinta tidak selamanya mengarahkan pada perilaku mencintai diri sendiri yang abnormal alias narsis melainkan juga ada tendensi untuk mengalami perubahan sedangkan narsis berpeluang mengalami perubahan yang agak sukar. Oleh karena itu, untuk mencegah dari mabuk cinta yang berpeluang mengarahkan pada perilaku yang abnormal dalam mencintai orang lain, dibutuhkan kesadaran diri untuk menjaga dirinya dengan membentuk keyakinan positif. Konkritnya adalah melalui kesadaran diri bahwa ketika anda mencintai sebenarnya saat itu juga ada sedang diberi salah satu berkat yang luar biasa dalam kehidupan. Logikanya adalah ketika anda mencintai seseorang, sebenarnya anda sedang diberi kesempatan oleh sang Kuasa untuk belajar memahami orang lain dan sebagai ajang bersinergis dalam upaya membenahi diri menuju hal yang positif atau hal-hal yang bersifat pemberdayaan diri ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, selamat merasakan mencintai yang sesungguhnya dan bukan mabuk cinta yang tidak rasional atau logis. Salam cinta….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar