Pengelolaan
keuangan merupakan seni yang tak terpisahkan dalam kehidupan setiap orang.
Mengapa tidak? Karena setiap orang membutuhkan uang untuk menjalankan fungsi
kehidupan yang sehat. Ungkapan sebelumnya tidak bermakna bahwa uang adalah
segala-galanya melainkan hanyalah sarana untuk memenuhi kebutuhan. Oleh karena
itu, pengelolaan keuangan pribadi atau personal
finance menjadi sesuatu yang krusial untuk dipahami oleh siapa saja.
Pertanyaan lanjutannya adalah bagaimana pemaknaan personal finance yang tepat sehingga tidak ambigu dalam
aplikasinya. Jawabannya adalah personal
finance merupakan spesifikasi dari manajemen keuangan. Oleh karena itu, personal finance merupakan ilmu dan seni
mengelola keuangan yang termanifestasi dalam empat ranah yaitu pengeluran dan
kredit, asuransi, serta tabungan dan investasi. Namun dalam tulisan ini akan
dikerucutkan menjadi pengeluaran dan tabungan, karena menggunakan alur
berpikirnya Shefrin sang tokoh psikologi keuangan.
Terkait pengeluaran dan tabungan yaitu
bagaimana orang mampu mengontrol pengeluaran belanja sehingga tidak melebihi
budget yang ditetapkan. Dalam pengertian bahwa ketika menerima upah atau gaji,
perlu memenuhi kebutuhannya dan bukan keinginannya. Dan hal ini tidak berarti
seseorang tidak perlu memenuhi keinginannya, melainkan bagaimana dengan bijak
membaca kondisi keuangannya. Lanjut bahwa mengendalikan pengeluaran juga dapat
diartikan sebagai menunda kesenangan dan tidak serta merta mengalokasikan uang
hanya untuk membeli berbagai barang yang sebenarnya tidak bermanfaat. Efek
lanjutannya adalah tersedianya uang untuk ditabung yang akan membawa manfaat
dalam menyediakan keamanan konsumsi dalam jangka pendek.
Efek lajutan dari menabung yaitu akan
menerima bunga yang merupakan kompensasi karena mau menyimpan uang di bank.
Penerimaan bunga inilah yang disebut sebagai kekuatan bunga berbunga bank dan
memberikan akumulasi uang. Namun, pertanyaannya tidak sampai di situ saja
karena pada kenyataannya tidak semua orang mampu mengelola keuangan pribadi/personal finance dengan tepat sasaran.
Hal itu disebabkan adanya salah satu bias psikologi yang bernama overconfidence. Bias ini diartikan
sebagai tendensi seseorang berkeyakinan memiliki pengetahuan dan kecakapan di
atas rata-rata dan mengarahkan pada prediksi yang keliru.
Logikanya adalah orang yang overconfidence akan cenderung merasa
mampu mengelola keuangan pribadinya walaupun pada kenyataannya tidaklah
demikian. Spesifiknya yaitu orang tersebut akan berkeyakinan bahwa dirinya
memiliki pengetahuan keuangan yang baik sehingga akan melakukan pola-pola
pengeluaran yang diyakininya sebagai benar. Tanpa disadari, sebenarnya pola
pengeluarannya tersebut tidak mengarah pada akumulasi aset finansial melainkan
pada akumulasi liabilitas yang berefek lanjutan pada meningkatnya mengalami
kesulitan keuangan. Selain itu, orang yang overconfidence
juga akan berkeyakinan bahwa dirinya memiliki kecakapan atau seni mengelola
uang yang baik. Dan hal ini akan menyulitkan dirinya untuk mau belajar dari
pengalaman kegagalan mengelola uang.
Tidak hanya itu saja, overconfidence dalam personal finance juga akan mengarahkan
perilaku untuk tidak mau menerima saran-saran keuangan dari pihak eksternal
karena merasa mampu atau memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari orang lain.
Sekali lagi bahwa hal itu belumlah tentu benar karena ada peluang orang yang
memberi saran keuangan tersebut sebenarnya adalah orang yang memiliki
pengetahuan dan kecakapan yang lebih tinggi dalam ilmu dan seni mengelola uang.
Alhasil pun akan terulang lagi kesalahan yang sama di masa mendatang dan
kebebasan keuangan pun semakin menjauh. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran
untuk mereduksi overconfidence dalam
mengelola keuangan pribadi.
Cara yang dapat ditempuh yaitu sadarilah
bahwa di atas langit masih ada langit. Maksudnya adalah sadarilah bahwa
pengetahuan dan kecakapan/kemampuan yang orang lain miliki berpeluang lebih
tinggi dari anda. Selain itu, sadarilah juga bahwa masih ada langit di bawah
langit. Nalarnya adalah ada peluang bahwa pengetahuan dan kecakapan yang anda
miliki lebih tinggi dari orang lain. Dengan demikian pemahaman kedua hal
sebelumnya akan membantu anda tetap berusaha mengelola keuangan anda dengan bijak,
namun tidak berbasiskan kesombongan atau pun rendah diri. Akhir kata, selamat
mengelola keuangan anda dan hindarilah dari overconfidence
sehingga probabiliti mewujudkan kebebasan keuangan pun akan meningkat dan
hari-hari anda jauh lebih indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar