Investasi
saham merupakan salah satu cara akumulasi aset keuangan. Maksud dari aset
keuangan adalah sesuatu yang anda miliki akan mendatang arus kas masuk.
Berpijak pada definisi aset sebelumnya tampak bahwa analisis yang tajam dan kemampuan
mengontrol emosi menjadi syarat mutlak untuk dibenahi dan ditingkatkan. Untuk
itu investor perlu memahami perangkap-perangkap emosi dan juga berbagai
bias-bias yang akan mengarahkan pada penyimpangan risiko. Dalam tulisan ini
akan memfokuskan pada perangkap-perangkap emosi sedangkan bias-bias akan dibedah
pada tulisan berikutnya.
Perangkap
emosi pertama yang perlu dipertimbangkan adalah kesombongan (pride). Bias emosi ini akan mengarahkan
pada perilaku investor untuk mengakui dirinya lebih cerdas dari yang sebenarnya
dan berefek pada ketidamauan untuk mengakui kesalahan. Hal ini akan membuat
investor meyakini bahwa keputusan transasksi yang dibuatnya telah tepat, dan
apabila terbukti salah maka investor yang memiliki sifat sombong tidak akan
mengakuinya dan relatif akan mengulang lagi di masa mendatang.
Selain itu,
perilaku investor yang didorong oleh kesombongan akan merasa mampu mengalahkan
pasar walaupun pada kenyataannya tidaklah demikian. Satu hal yang tidak
dipahami bahwa pasar tak dapat dikontrol, oleh karena itu yang perlu dikontrol
adalah diri sendiri. Dan hal ini relatif sulit namun tetap dapat dilakukan karena
untuk mengalahkan diri sendiri membutuhkan niat yang teguh dan konsisten.
Perangkap emosi kedua adalah ketamakan (greed).
Bias emosi ini sangat berbahaya, karena perilaku investor yang termanifestasi
dalam keputusan transaksi bertendensi hanya berdasarkan niat untuk mendapatkan return yang tinggi dan mengabaikan
risiko. Nalarnya adalah investor yang terdorong oleh ketamakan akan membuat
keputusan keuangan berbasiskan pertimbangan untuk melihat harga yang tinggi
karena menyangka bahwa harga yang tinggi menunjukkan investasi yang menguntungkan.
Bentuk lainnya
dari ketamakan investor adalah perilakunya yang mendorong gelembung pasar.
Penjelasannya adalah ketika investor melihat pasar saham lagi tinggi-tingginya
bukannya waspada akan bantingan pasar melainkan ikut mendorong pasar melalui
tindakan membeli sehingga pasar akan semakin menggelembung dan ketika tiba pada
waktunya pasar berbalik arah maka kerugian pun akan terjadi. Mengapa, karena
investor yang didorong oleh ketamakan berpeluang membalikkan the golden rule dari investasi saham
yaitu beli murah dan jual mahal. Lanjutan dari ketamakan ini adakah yang
disebut sebagai ketakutan (fear).
Investor yang
didorong oleh ketakutan akan benar-benar merasa khawatir atas kejatuhan pasar
atau penurunan harga saham dan segera mengambil posisi jual. Dengan mengambil
posisi jual akan semakin memperburuk keadaan. Karena sekali lagi membalikkan the golden rule yaitu jual mahal dan
beli murah. Lanjut bahwa ketakutan ini akan semakin menjadi-menjadi karena
biasanya investor yang mengalami ketakutan (fear)
juga bertendensi mengalami kesombongan dan ketamakan (greed). Kombinasi dari ketiga bias emosi ini akan mengakibatkan
investor gagal belajar dari pengalamannya dan akan mengulang lagi siklus yang
sama yaitu perilaku yang didorong oleh kesombongan serta ketamakan dan berakhir
pada ketakutan. Dalam konkritnya hanya akan menghasilkan kerugian namun tak
pernah mau belajar dari pengalaman mengalami kerugian tersebut.
Ditujukan
untuk mereduksi atau mengurangi terperangkap dalam jebakan emosi (pride, greed, and fear), investor perlu
berlatih untuk berdisiplin dan meningkatkan kecerdasan emosi. Karena pengendalian
diri dan cerdas mengelola emosi maka investor relatif terhindar dari kerugian.
Akhir kata, penulis mengutip nasihat indah dari sang Maestro Warrent Buffet
bahwa ketika pasar sedang dipenuhi kesombongan dan kebanggaan maka bersiap-siaplah
mengambil posisi menjual dan ketika pasar sedang dipenuhi ketakutan maka
bersiap-siaplah mengambil posisi membeli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar