Pada tulisan
sebelumnya telah dibahas tiga jenis perangkap emosi yang mengarahkan pada
perilaku menyimpang. Pada bagian ini akan dibahas tentang jenis bias-bias yang membentuk
keyakinan investor. Namun karena bias-bias ini relatif cukup banyak, maka dalam
tulisan ini hanya akan memfokuskan pada overconfidence,
availability bias, representativenenss bias dan confirmation bias. Bias pertama adalah overconfidence. Bias ini adalah kesalahan investor dalam meyakini
kemampuan analisisnya yang mengarah pada prediksi yang keliru. Aplikasi dari
bias ini adalah investor cenderung merasa bahwa analisis yang menjadi dasar
keputusan transaksinya telah benar walaupun tidaklah demikian.
Efek lanjutan dari
bias ini adalah investor akan bertransaksi berlebihan karena menyangka
keputusannya benar. Hal ini akan berakibat pada meningkatnya biaya transaksi
termasuk kalkulasi pajaknya sehingga peluang memperoleh keuntungan akan nihil
atau bahkan mengalami kerugian. Dan bukan itu saja, investor yang overconfidence juga meyakini bahwa
dirinya akan berhasil mengalahkan pasar karena secara kebetulan keputusan
transaksinya berhasil memperoleh return.
Efek lainnya dari investor yang overconfidence
adalah meningatkan kebodohan dalam melakukan analsis sehingga sulit untuk mau
belajar dari pengalaman dan memperbaikirnya di masa mendatang.
Terkait bias
kedua yaitu availability bias. Bias
ini akan mendorong investor untuk membuat keputusan berdasarkan apa yang
diingatnya sehingga tidak menyeluruh dalam melakukan analisis untuk membuat
keputusan keuangan. Contoh konkrit dari bias ini adalah bagaimana para pekerja
akan lebih mempercayai dan membeli saham-saham dari perusahaan tempat mereka
bekerja karena berkeyakinan bahwa mereka lebih tahu dan sudah familiar dengan
perusahaan tersebut. Efek dari bias ini adalah ketika perusahaan tempat mereka
bekerja mengalami hal-hal yang tidak diinginkan maka mereka berpeluang
mengalami kerugian. Dalam pengertian bahwa mereka cenderung tidak melakukan diversifikasi
dan melakukan analisis yang dangkal sehingga tujuan awal untuk mmeperoleh
keuntungan akan menjadi sia-sia. Bias ini juga tampak dari keputusan investor
untuk tidak mau melakukan divesifikasi global dan cenderung mempercayai
saham-saham dalam negeri karena familiar dan mudah diingat.
Bias
selanjutnya adalah representativeness
bias. Bias ini diartikan sebagai investor membut keputusan berdasarkan
pemikiran stereotip. Maksudnya adalah investor akan membuat keputusan transaksi
berpijak pada pengalaman masa lalu dan juga yang sesuai dengan gambaran
mentalnya. Konkritnya dari bias ini adalah investor cendrung melihat trend
harga sebagai panduan untuk membuat keputusan investasi. Ketika trend harga
meningkat maka investor akan meyakini bahwa saham tersebut baik, dan juga
sebaliknya. Contoh lainnya dari bias ini adalah bagaimana investor membuat
keputusan keuangan berdasarkan analogi yang keliru. Maksudnya adalah ketika
investor mengamati sebuah harga saham perusahaan yang sedang menunjukkan trend
meningkat maka investor akan berkesimpulan bahwa perusahaan tersebut adalah
perusahaan bagus.
Dengan kata
lain, investor menganggap perusahaan bagus sebagai investasi bagus, walaupun
pada esensinya bahwa kedua hal tersebut berbeda. Lanjut bahwa perusahaan bagus
tidak senantiasa memiliki harga saham tinggi sedangkan investasi bagus relatif
menunjukkan harga yang menarik. Spesifiknya yaitu investor terkecoh dalam
mengartikan harga saham bahwa harga saham tinggi senantiasa mencerminkan
kinerja fundamental perusahaan, walaupun pada kenyataannya tidaklah demikian
karena harga saham juga bertendensi terbentuk karena persepsi investor.
Bias terakhir
yaitu confirmation bias. Bias ini
didefinisikan sebagai tendensi investor untuk hanya meyakini pendapatnya
sebagai benar dan cenderung berusaha mencari dukungan akan pendapatnya itu.
Implikasi dalam pasar saham adalah investor akan menolak nasihat atau pun
infomasi yang bertentangan dengan pendapatnya, dan hal ini dapat saja merugikan
karena belum tentu benar apa yang diyakini investor. Lanjutannya adalah
investor akan dengan tegas menolak saran investasi apa pun dan berakhir pada
melakukan analisis yang bias dan termanifestasi dalam keputusan transaksi yang
tidak mengarah pada perolehan return
melainkan pada peningkatan risiko.
Sehubungan
dengan ulasan sebelumnya, langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menghindari
bias-bias ini adalah gunakan akal sehat untuk membuat keputusan transaksi dan
jangan terburu-buru atau terlalu cepat membuat keputusan transaksi, melainkan
analisislah secara mendalam dan gunakanlah informasi yang relevan. Akhir kata,
selamat berinvestasi saham dan semoga saja anda berhasil memperoleh return investasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar