Pernahkah
dibayangkan bahwa anda begitu cerdas dalam mengelola keuangan? atau dapat
diganti dengan seberapa tingginya kemampuan anda untuk mengelola keuangan yang
tepat sasaran? Apabila jawaban anda Ya maka sepenuhnya anda benar, hal yang
sama juga apabila anda menjawab Tidak. Karena semua itu adalah gambaran
keyakinan anda atas penilaian diri anda. Hanya saja, menurut penulis bahwa
perlu dilandasi kejujuran ketika menilai kecerdasan mengelola keuangan karena
pada prinsipnya hanya kejujuran yang dapat membawa anda menuju kebebasan
keuangan. Dalam pengertian bahwa hanya anda yang dapat menilai diri anda
sepenuhnya dan seutuhnya sehingga dapat membuat keputusan keuangan yang tepat
sasaran atau tidak mengalami bias.
Sehubungan
dengan penilaian diri seperti ulasan sebelumnya, dalam tulisan singkat ini,
penulis hanya ingin berbagai nilai refleksi untuk mengelola keuangan
berdasarkan apa yang penulis peroleh dari menonton film confession of a sopaholic. Menimbang bahwa dalam film itu memuat
begitu banyak nilai seni mengelola keuangan yang tepat dan disertai
contoh-contoh konkrit yang mungkin saja dialami tapi tidak disadari, dan sekali
lagi semua itu adalah benar adanya karena mempercayainya atau tidak merupakan
kebebasan anda sepenuhnya.
Alkisah
dalam film confession of a sopaholic,
terdapat seorang wanita yang begitu maniak belanja berbagai fashion sehingga
tanpa terasa dirinya telah terlilit utang kartu kredit yang sangat luar biasa
besarnya. Perilakunya ini begitu melekat dalam dirinya yang termanifestasi
dalam kepemilikan kartu kredit dalam jumlah banyak sehingga mempermudah baginya
untuk menggesek ketika membeli fashion yang disukai. Tidak hanya itu saja, tanpa
disadari ternyata dirinya telah hidup dalam bayang-bayang ilusi yang
teridikator dalam bagaimana percakapannya dengan patung-patung fashion yang
menawarinya suatu keindahan ilusi sebagai bnetuk stimulisasi untuk mau membeli
fashion apa saja yang ditemuinya.
Lanjut
bahwa walaupun pada akhir ceritanya, dirinya berhasil keluar dari ilusinya
tersebut namun sebenarnya dalam
prosesnya tersebut menggambarkan bagaimana relevansinya dengan gaya hidup
keuangan saat ini. Tepatnya yaitu bagaimana mendeskrisikan suatu pola yang
sangat sungguh-sungguh begitu dahsyat ketika keliru mengelola keuangan pribadi.
Dengan kata lain, menggambarkan suatu contoh konkrit kondisi kebangkrutan
keuangan pribadi karena kekeliruan mengelola keuangan. Akibat dari kekeliruan
tersebut yaitu bagaimana kondisi keuangan menjadi suatu bentuk galing lubang
tutup lubang dan semakin mengurangi kepercayaan diri untuk berhasil mengelola
keuangan dan mencapai kebebasan keuangan.
Seperti
maksud utama dalam tulisan ini yaitu untuk mengindentifikasi nilai-nilai yang
relevan untuk mengelola keuangan yang tepat sasaran, maka selanjutnya akan
dijabarkan beberapa nilai tersebut. Tambahan bahwa berpijak pada deskripsi
singkat film confession of a sopaholic dapat
menggambarkan suatu pola keuangan yang apabila dilandasi kejujuran maka mungkin
saja ada pola perilaku yang serupa/mirip dengan apa yang dialami oleh tokoh
utama dalam film tersebut. Beberapa nilai tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut :
- Bias mentalitas status sosial
Dalam
kisah film confession of a sopaholic sangat
jelas bahwa salah satu motif membeli begitu banyak fashion hanyalah untuk
menunjukkan status sosial yang elegan pada orang. Diharapkan dengan menggunakan
pakaian yang serba baru akan menunjukkan beta hebatnya dirinya dan akan diakui
oleh orang lain. Hal ini berimplikasi pada rendahnya akumulasi uang dan utang
pun akan menjadi pilihan terbaik untuk memenuhi keinginannya tersebut. Alhasil
terjerat dalam jeratan utang yang
membahayakan alias melebihi kapasitas melunasi.
- Nilai versus harga
Perbedaan
antara nilai dan harga dapat membuat anda terkecoh karena dapat saja
beranggapan bahwa nilai dan harga itu sama. Namun jika ditelusuri, nampak
dengan jelas bahwa kedua konsep sangat berbeda maknanya. Dalam pengertian bahwa
harga tinggi atau rendah tidak selamanya bernilai. Atau dalam ungkapan berbeda yaitu
barang yang harganya tinggi tidaklah senantiasa bernilai. Kata bernilai
diartikan sebagai kualitas sehingga barang yang harganya murah bisa lebih
bernilai dari barang berharga tinggi atau pun dapat sebaliknya. Oleh karena
itu, kepekaan serta ketajaman analisis sebelum membeli sangar signifikan
dibutuhkan dan hal itulah esensi dari poin ini.
- Kebahagiaan semu
Hal
ini terkait kepuasan setelah membeli suatu pakaian dan sejenisnya. Spesifiknya
yaitu suatu perasaan sangat indah dan memuaskan ketika membeli dan menggunakan
pakaian baru. Satu hal yang tanpa disadari bahwa semua itu merupakan bentuk
dari suasana hati sehingga dapat berubah atau hilang. Alhasil akan memicu lagi
keinginan yang sama untuk dipuaskan dan siklus ini pun akan terulang dan
terulang lagi di masa mendatang.
- Bias persepsi kartu kredit
Suatu
keyakinan yang sangat keliru tentang kartu kredit bahwa sebenarnya kartu kredit
merupakan suatu gudang uang. Dan hal ini memicu perilaku untuk suka menggesek
kartu kredit ketika membeli. Lebih spesifik lagi yaitu kartu kredit dimaknai
sebagai gudang uang dan bukan suatu alat mempermudah koneksi antara uang yang
harus dipegang ketika harus membeli sesuatu.
- Bias bayangan masa lalu
Tak
dapat dipungkiri bahwa perilaku maniak belanja seperti yang diperankan dalam
film confession of a sopaholic merupakan
suatu hubungan antara masa lalu dan masa sekarang. Maksudnya adalah begitu
besarnya ketidakpuasan menggunakan pakaian yang sederhana di masa kecil tanpa
disadari akan memicu suatu rasa balas dendam pada masa lalu sehingga setelah
dewasa dan mampu menghasilkan uang akan menjadi manusia yang gemar over spending.
- Self control yang bias
Dalam
kisah tersebut juga menggambarkan bagaimana lemahnya kontrol diri untuk
mengendalikan hasrat membeli. Dalam pengertian bahwa rendahnya kontrol diri
akan memicu membeli apa saja tanpa berpikir dahulu sehingga tidak ada surplus
benefit melainkan surplus cost.
- Ketidaksadaran kemampuan yang dimiliki
Jika
disimak dengan seksama bahwa dalam film tersebut, akhirnya ada kesadaran akan
kesalahan yang dilakukan. Dalam artian bahwa dirinya sebenarnya mampu mengelola
keuangannya, hanya saja karena begitu besarnya tekanan faktor-faktor pada poin
1 hingga 5 di atas menyebabkan dirinya tidak mengenali hidden potential yang dimiliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar