Menulis
adalah salah satu proses merubah tacid
knowledge menjadi eksplicit knowledge.
Dalam proses perubahan tersebut maka peradaban manusia dapat terukir. Nalarnya
adalah melalui tulisan-tulisan itulah, orang-orang terdahulu meninggalkan
jejak-jekaknya bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, menulis perlu
dibudayakan dan akan menjadi salah satu indikator kemajuan human development.
Untuk
itu, terkait aktivitas menulis, bagi orang-orang yang sering menulis maka
aktivitas tersebut akan begitu menyenangkan. Hanya saja seringkali menulis
tidak begitu menyenangkan bagi sebagian orang. Khusus bagi yang sedang pada
tahap-tahap awal belajar menulis, dibutuhkan sesuatu yang sifatnya dapat
mendorong untuk konsisten menulis. Tidak hanya itu saja, yang sudah mahir
menulis pun tetap membutuhkan daya dorong untuk tetap meningkatkan kemampuan
menulis yang kontinyu.
Terkait
daya dorong itulah, motivasi mendapatkan kesesuaiannya. Sebagai deskriptif umum
saja bahwa motivasi merupakan suatu hal yang tak boleh diabaikan oleh siapa
saja, dan motivasi merupakan hal yang sering dialami tapi kadang-kadang tidak
disadari. Untuk mempertegas bahwa motivasi juga sudah menjadi suatu magnet bagi
para akademisi maupun praktisi, khusus untuk akademisi dapat dilihat pada
perkembangan teori-teori motivasi yang merupakan deskriptif dari fakta-fakta.
Beberapa
teori tersebut diantaranya teori hirarki kebutuhan A Maslow, teori ERG, teori
kebutuhan berprestasi, teori keadilan, model Porter-Lawler, teori harapan (expectancy theory), dan lain-lainnya. Dalam
teori-teori tersebut secara signifikan telah mempengaruhi dan beberapa telah
terbukti diaplikasikan dalam menajemen organisasi/perusahaan. Salah satu contoh
dari aplikasi teori motivasi yang saat ini sedang menjadi perhatian adalah
teori harapan (expectancy theory),
yang merupakan salah satu fokus dari psikologi positif. Tidak hanya itu saja,
teori harapan ini merupakan penghubung dari bagaimana keterkaitan/korelasi
antara motivasi dalam diri seseorang dengan kapasitas positif seperti harapan,
resiliensi, kebahagiaan subjektif dan yang terutama adalah efikasi diri.
Terlepas
dari penerapan teori motivasi dalam lingkup organisasi (practitioner) dan akdemisi (scientific),
dalam tulisan ini akan diarahkan pada penerapan motivasi pada aktivitas
menulis. Spesifiknya adalah menggunakan teori motivasi kebutuhan ERG sebagai
daya dorong bagi aktivitas tulis menulis. Penjelasannya adalah dalam teori ERG
hampir sama atau serupa dengan teori hirarki kebutuhan dari A Maslow, hanya
saja dalam teori ERG tidak berasumsi bahwa manusia harus dipuaskan kebutuhannya
paling bawah hingga teratas melainkan dapat saja seseorang termotivasi untuk
dipuaskan kebutuhannya dapat berpindah dari paling atas ke bawah atau pun dari
bawah ke atas sehingga secara eksplisit dalam aplikasinya akan sangat membantu
bagi orang yang suka menulis atau pun mempertahankan niat menulis bagi pemula
atau pun yang sudah mahir.
Konkrit
dari aplikasi teori ERG dalam aktivitas menulis menurut hemat penulis adalah
bagaimana menjadikan menulis sebagai salah satu kebutuhan, dan seperti yang
diketahui bahwa prinsip dasar dari kebutuhan yaitu harus dipuaskan. Lanjut,
keberhasilan orang dalam mengaplikasikan teori ERG untuk menulis akan
termanifestasi dalam perilakunya untuk memuaskan kebutuhannya (writing). Lebih spesifiknya yaitu orang
akan berusaha berdisiplin untuk menulis minimal satu lembar sehari demi
pemuasan kebutuhan. Tambahan bahwa orang yang menjadikan menulis sebagai
kebutuhan akan rajin menulis dan dalam proses menulis pun akan terasa sukacita.
Dan seperti adagium yang berbunyi bahwa orang yang dipenuhi sukacita akan
dijauhi oleh perasaan tekanan ketika melakukan sesuatu. Alhasil akan mendorong
dan memperteguh niat untuk tetap menulis.
Sehubungan
dengan ulasan-ulasan sebelumnya, tampak bahwa menggunakan teori ERG untuk
aktivitas menulis akan sangat membantu para mahasiswa atau pun para dosen-dosen
serta para guru-guru. Salah satu contoh konkritnya adalah ketika mahasiswa/i
sedang kuliah atau pun sedang mengerjakan tugas akhir (skripsi) maka aktivitas
menulis merupakan hal yang esensial. Logikanya adalah disiplin menulis selembar
sehari akan membantu dalam mengerjakan skripsi, tesis atau pun riset-riset
ilmiah. Bayangkan saja selembar sehari dan dalam satu bulan saja sudah 30
lembar dan bagaimana apabila sudah dua bulan, tiga bulan dan sisanya? Ya secara
otomatis kegiatan menulis akan sangat signifikan.
Dan
tentu saja, untuk menulis selembar sehari membutuhkan motivasi untuk
meningkatkan konsisten menulis. Dalam hal inilah, menjadikan menulis sebagai
kebutuhan akan sangat terasa signifikansinya karena kebutuhan dalam diri untuk
menulis akan merongrong atau mengkilikitik jiwa untuk menulis, menulis dan
menulis setiap harinya. Dan tanpa terasa seiring berjalannya waktu, menulis
akan menjadi suatu kebiasaan positif atau kebiasaan unggul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar