Mencari ilmu
hingga ke negeri cina yang berarti belajarlah hingga ajal menjemput. Karena
hanya melalui belajarlah maka manusia dapat menjadi pelaku sekaligus legenda
bagi dirinya. Dan hal ini dapat disimak dari bagaimana upaya untuk mencerdaskan
anak bangsa melalui wajib sekolah. Semua itu merukan suatu kewajiban moral bagi
manusia untuk menjadi cerdas melalui belajar yang baik dan benar. Karena pada
prinsipnya belajar bertujuan untuk membentuk perilaku yang sopan santun, etis
dan kritis. Singkat kata tujuan dari belajar adalah membentuk karakter yang
cerdas dan etis.
Tidak hanya
itu saja, melalui proses pembelajaranlah maka manusia juga menjadi semakin
sadar akan hubungan dengan sang Pencipta dan sesama manusia sehingga tidak
secara sembarangan menggunakan kemajuan IPTEK untuk kepnetingan-kepnetingan
yang tidak sesuai dengan standar moral. Lanjut bahwa dikaitkan dengan konteks
saat ini, terutama dalam bidang keuangan maka belajar juga tidak dapat
ditawar-tawar lagi untuk dilakukan karena hanya memalui belajar jugalah orang
dapat mencapai kebebasan keuangan.
Nalarnya
adalah melalui belajarlah maka orang dapat memahami seni mengelola keuangan
dengan tepat, dan belajar dalam hal ini juga diarahkan pada pembelajaran dari
pengalaman mengelola keuangan. Contoh konkritnya adalah melalui belajarlah maka
orang dapat memahami arti pentingnya dari pengelolaan keuangan pribadi sehingga
mampu mengelola penerimaan uang dengan bijak yang terindikator salah satunya
berupa tidak sembarangan dalam membeli melainkan dipikirkan dengan cermat
terlebih dahulu. Contoh lainnya adalah bagaimana orang dapat mencegah dan
melindungi diri dari peristiwa-peristiwa tak terduga atau tak diharapkan
melalui asuransi.
Sampai di
sini, penulis bermaksud mendeskripsikan kemanfaatan dari belajar dan bagaimana
korelasi dengan manajemen keuangan pribadi sehingga tidak serta merta berpikir
dalam dualisme. Maksudnya adalah tendensi berpikir bahwa belajar dan ketepatan
mengelola keuangan tidaklah memiliki korelasi yang erat. Lebih spesifik lagi
yaitu, penulis merenungkan dan menyimpulkan bahwa menjadi cerdas saja dalam
mengelola perilaku belumlah cukup sehingga perlu juga diimbangi dengan
kebebasan keuangan. Singka kata yaitu dalam tulisan singkat ini, penulis ingin
memberikan apa yang penulis yakini sebagai suatu kebenaran bahwa menjadi
manusia yang cerdas dan kaya merupakan suatu hal yang perlu diwujudkan oleh
siapa saja sehingga apabila salah satu saja dari dua aspek tersebut dicapai
maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut belumlah sepenuhnya menikmati hidup.
Catatan bahwa
bukan maksud penulis untuk mendewakan uang karena memasukkan uang dalam aspek
kebahagiaan melainkan mencoba tidak menaifkan dengan konteks saat ini, dimana
kebebasan keuangan juga merupakan suatu hal yang tidak boleh disepelkan.
Menimbang bahwa pemilikan aset keuangan akan membuat anda terhindar dari
berbagai kesulitan keuangan. Seperti PHK, tidak cukup uang untuk berobat dan
lain-lainnya. Namun jangan juga disepelakan bahwa kesulitan keuangan juga
melingkupi penyakit psikologi yang dapat membawa pada hilangnya keharmonisan
dalam rumah tangga. Nalarnya adalah kekurangan uang dapat memicu pertengkaran
antara anggota keluarga dan broken home
pun berpeluang terjadi. Untuk itu, pesan moral yang hendak penulis sharekan
adalah jadilah manusia yang selalu haus dan lapar akan ilmu pengetahuan, tetapi
juga jadilah seorang yang mampu mencapai kemerdekaan keuangan. Dengan kata
lain, imbangilah antara menjadi orang cerdas tapi juga mandiri dan bertanggung
jawab dalam keuangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar