Sejak Adam
Smith mengeluarkan karya klasiknya yang berjudul “The Wealth Of Nations” yang termasyur itu, maka ekonomi mendapat
fondasi kokoh untuk diakui sebagai suatu disiplin ilmu. Dan sejak saat itu
hingga kini mengalami perkembangan pesat, namun apabila dibedah lebih lanjut
ditemukan bahwa ilmu ekonomi dapt dibagi menjadi dua aliran yaitu ilmu ekonomi
konvensional dan ilmu ekonomi berbasis perilaku (economic behavior). Untuk yang terakhir itulah yang menjadi fokus
dalam tulisan ini, dan tidak itu saja karena akan dibahas juga relevansinya
yang dapat teramati dalam kehidupan sehari-hari.
Deskripsi dari
kedua aliran ekonomi tersebut seperti ini, ilmu ekonomi konvensional berdiri
tegak dalam dua asumsi utamanya yaitu self interest dan rasionalitas penuh.
Nalarnya adalah dalam interaksi ekonomi maka pelaku-pelaku ekonomi didorong self interest yang natural sehingga
membutuhkan adanya kebebasan. Dalam artian bahwa pelaku-pelaku ekonomi dalam
menentukan pilihan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya perlu diberi
kebebasan karena hal itu merupakan deskripsi akan bagaimana suatu kekuatan
natural yang bekerja (the invisible hand).
Dalam proses itulah setiap pelaku akan menentukan sikap dan secara bebas menentukan
pihak lainnya untuk dilakukan aktivitas ekonomi.
Terkait ulasan
sebelumnya asumsi kedua yaitu rasionalitas mendapatkan posisi yang sentral.
Dalam artian bahwa dalam proses memenuhi kebutuhan dan keinginan, pelaku
ekonomi akan melakukan pertimbangan yang rasional. Tepatnya yaitu pertimbangan
yang dilandasi berbagai macam faktor relevan dan informasi yang penuh, atau
biasanya disebut sebagai pendekatan normatif. Sedangkan ekonomi berbasis
perilaku merupakan kebalikannya dari ekonomi konvensional. Dalam perngertian
bahwa asumsinya berbeda, pendekatannya berbeda, dan juga kombinasi ilmunya juga
berbeda.
Spesifiknya
yaitu ekonomi berbasis perilaku berasumsi bahwa pelaku ekonomi tidaklah
selamanya rasional. Oleh karean itu, keuangan berbasis perilaku memandang
pelaku ekonomi lebih pada aspek-aspek psikologi dari perilaku. Dengan kata
lain, memandang pelaku ekonomi bukan hanya pada rasional atau tidak rasional
melainkan pada aspek-aspek yang lebih luas. Untuk itu tentu saja ekonomi
berbasis perilaku merupakan kombinasi dari dua disiplin ilmu yaitu ilmu ekonomi
dan ilmu psikologi. Lanjut bahwa didorong oleh perbedaannya maka dalam proses
pembedahannya tentu saja berbeda, dimana ekonomi berbasis perilaku menekankan
perilaku apa adanya dari pelaku ekonomi sedangkan ekonomi konvensional lebih
pada bagaimana seharusnya berperilaku.
Berpijak pada
ulasan-ulasan sebelumnya, dapat dipahami terkait aspek ontologi dari kedua
cabang ilmu ekonomi tersebut. Bagian ini difokuskan pada aspek epistemologi
dari keuangan berbasis perilaku, dimana menurut ekonomi berbasis perilaku bahwa
proses membuat keputusan oleh pelaku ekonomi dapat saja mengalami penyimpangan
dari standar yang seharusnya. Spesifiknya yaitu pelaku ekonomi pada umumnya
relatif tidak mampu membuat pertimbangan yang rasional sehingga terjebak dalam
bias. Salah satu contoh konkritnya adalah ketika harus mengeluarkan uang untuk
membeli sesuatu atau menentukan keputusan ekonomi, pelaku ekonomi lebih mengandalkan
aspek intuitif/emosinya sehingga relatif kurang mampu menganalisis biaya
manfaat dengan tepat.
Contoh lainnya
dalam proses berpikir untuk menentukan keputusan yang akan dibuat adalah ketika
pelaku ekonomi tidak memiliki priorotas dalam alokasi uang sehingga hanya
berdasarkan naluri saja, dan hal ini menyebabkan membuat keputusan yang tidak
menghargai kesejahteraan dalam siklus hidupnya. Atau dengan kata lain,
menyimpang dari teori siklus hidup sehingga pada tahap-tahap tertentu dari usia
pelaku ekonomi akan masuk dalam fase kemiskinan. Dan seperti yang diketahui
bahwa kemiskinan itu dapat diibaratkan seperti rantai setan dimana tidak ada
ujungnya.
Selanjutnya
adalah terkait aspek aksiologi dari ekonomi berbasis perilaku. Kemanfaatan yang
dapat diperoleh dari benar-benar memahami ekonomi berbasis perilaku, dalam tulisan
ini membaginya dalam dua bagian. Pertama adalah untuk dunia akademik atau
perkembangan dari ilmu ekonomi dan kedua yaitu untuk pelaku ekonomi itu
sendiri. Penalaran untuk perkembangan ilmu ekonomi yaitu kehadiran ekonomi
berbasis perilaku merupakan suatu terobosan penting, menimbang bahwa selama ini
ilmu ekonomi menyepelekan faktor-faktor psikologi sehingga potret fakta
belumlah optimal. Selain itu, dengan memasukkan faktor-faktor yang lebih luas
cakupannya akan sangat membantu dalam memahami perilaku pelaku ekonomi yang
menyimpang. Dan hal ini membuka peluang untuk semakin banyaknya ditemukan
pengetahuan baru yang akan memperkaya ilmu ekonomi.
Untuk aspek
aksiologi kedua yaitu manfaat bagi pelaku ekonomi dalam melakukan kegiatan
ekonominya. Kehadiran ekonomi berbasis perilaku sangat membantu untuk bagaimana
pelaku ekonomi memahami perilakunya sendiri. Dalam artian bagaimana anda dan
kita semua dapat memahami bahwa kita berpeluang mengalami bias dalam kehidupan
ekonomi sehari-hari serta mengapa kita mengalami bias. Lebih spesifik lagi
yaitu bagaimana pelaku ekonomi dapat memahami faktor-faktor seperti kelamahan
kemampuan kognitif, aspek kepribadian, emosional, mood atau suasana hati dan
lain-lainnya turut mempengaruhi perilaku yang menyimpang dari yang diharapkan.
Alhasil pun, kita sangat terbantukan dalam mengendalikan diri asalkan ada niat
yang kokoh untuk mereduksi penyimpangan perilaku tersebut.
Sampai di
sini, tampak bahwa ekonomi berbasis perilaku memiliki keuntungan yaitu membantu
pelaku ekonomi memahami dengan lebih baik dari perilakunya sendiri. Hanya saja
perlu ada penekanan bahwa kehadiran ekonomi berbasis perilaku pada prinsipnya
tidak meniadakan ekonomi konvensional melainkan merupakan suatu pelengkap.
Dalam pengertian bahwa apabila pelaku ekonomi mampu mensinergiskan ekonomi
konvesional dan ekonomi berbasis perilaku maka akan meningkatkan perilaku yang
bagus. Nalarnya adalah ketika pelaku ekonomi berhasil membangun kebiasaan
berpikir nalar sebelum bertindak serta kemampuan mengendalikan diri untuk
memperkuat mengontrol faktor-faktor psikologi maka yang terjadi adalah benefit
bertendensi lebih besar dari biaya ketika menganalisis. Dengan kata lain yaitu semakin
mencerahkan dalam memantau perilaku sendiri ketika membuat keputusan ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar