Pendidikan diibaratkan
seperti perjalanan sebuah kapal yang mengarungi lautan kehidupan. Ungkapan
sebelumnya memuat dua arti fundamental. Pertama, pendidikan merupakan hal yang
wajib dilakukan (long life education).
Kedua adalah pendidikan dimulai dari dalam keluarga. Penjelasannya adalah
pendidikan merupakan suatu proses menggiring keluar potensi-potensi unik
manusia untuk menjadi manusia yang berguna, dan kedua adalah manusia mulai
belajar dari dalam keluarganya dan dimulai dari belajar tentang kasih sayang serta
bertanggung jawab atas kehidupannya.
Dalam hal
kasih sayang dan bertanggung jawab inilah, pendidikan keuangan yang merupakan
salah satu manifestasi dari pendidikan mendapatkan kesesuaian yang tepat.
Nalarnya adalah tujuan dari pendidikan keuangan adalah menjadikan manusia yang
bertanggung jawab atas kondisi keuangannya, sedangkan kasih sayang akan
mendorong dari manusia yang bertanggung jawab atas keuangannya untuk menjadi
seorang filantrop finansial. Lanjut bahwa dengan memahami bagaimana tujuan dari
pendidikan keuangan, dapat ditarik suatu benang merah atau kesimpulan bahwa
pendidikan keuangan juga diawali dari dalam keluarga.
Didorong oleh
alasan di atas, diketahui bahwa fungsi orang tua menjadi suatu yang signifikan
dibutuhkan untuk memberikan pemahaman-pemahaman, nasihat-nasihat dan juga
keteladanan bagi anak-anaknya agar kelak mereka pun akan menjadi
manusia-manusia yang cakap/ahli dalam mengelola keuangannya. Pertanyaan selanjutnya
adalah bagaimana konkritnya mengajari anak-anak tentang ilmu dan seni mengelola
keuangan? Untuk menjawabnya perlu terlebih dahulu memahami apa itu pendidikan
keuangan. Menurut
CEA insurance of Europe bahwa pendidikan keuangan (financial
education) merupakan proses menjadikan konsumen mampu membuat keputusan
yang tepat dengan penuh pertimbangan. Sebagai contoh yaitu bagaimana
memastikan tingkatan asuransi yang memadai, bagaimana mengorganisasikan
kredit atau bagaimana membuat perbekalan yang tepat untuk pensiun. Pada
intinya pendidikan keuangan memberikan konsumen pemahaman yang lebih
baik terkait produk-produk dan fitur-fitru asuransi.
Sedangkan menurut The
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), pendidikan
keuangan adalah proses
yang mana investor/konsumen memperbaiki pemahaman mereka
tentang produk-produk keuangan dan konsep-konsep, dan
juga informasi, instruksi dan tujuan, mengembangkan
keahlian dan kepercayaan diri untuk menajdi sadar akan risiko dan
peluang
keuangan, untuk membuat pilihan yang berbasis informasi, untuk
mengetahui
dimana tempat yang tepat untuk meminta bantuan (advice) keuangan, dan
untuk mengambil tindakan yang efektif untuk memperbaiki kesejahteraan
keuangan
serta perlindungan (protection). Dengan demikian, dalam tulisan ini
menggunakan definisi pendidikan keuangan menurut OECD, karena memiliki cakupan
yang komprehensif, sistematis dan berkesinambungan.
Lanjut, merujuk pada definisi OECD
tentang pendidikan keuangan, secara eksplisit diketahui bahwa pendidikan
keuangan memiliki cakupan yang luas dan terus-menerus berubah sehingga
kemampuan melakukan penyesuaian (update)
menjadi suatu keharusan. Selain itu, definisi di atas juga memberi pemahaman tantang
bagaimana meningkatkan pendidikan keuangan membutuhkan waktu atau tidak instan.
Oleh karena itu, tidak diragukan lagi apabila pendidikan keuangan dimulai dari
keluarga dan diajarkan dengan pendekatan yang berbeda atau tergantung pada usia
anak.
Selanjutnya adalah bagaimana
menerapkannya dalam konteks keluarga. Dalam hal ini, orang tua perlu terlebih
dahulu mendalami bagaimana seni dan ilmu mengelola keuangan. Untuk itu, orang
tua sebaiknya perlu membaca dan mengikuti informasi keuangan sehingga membekali
diri dengan pengetahuan yang baik. Setelah mengisi dengan pengetahuan finansial,
langkah berikutnya adalah memberikan contoh pada anak melalui bagaimana orang
tua mulai mengajarkan anak-anaknya dan dapat diawali dengan berbagai
cerita-cerita tentang bagaimana cerdas mengelola uang. Langkah lainnya yang
dapat dilakukan adalah bagaimana bersama si anak untuk membeli celengan dan
mengajarinya untuk menabung sisa uang jajannya. Catatan bahwa lakukan hal itu
bersama anak dalam keadaan suka cita sehingga berpeluang berhasil menanamkan
benih kebiasaan.
Selain langkah-langkah sebelumnya, orang
tua juga perlu menanamkan kesadaran pada anak-anaknya terkait bagaimana fungsi
uang dan manfaat dari menabung dan investasi, dan sekali lagi hal dilakukan
secara perlahan-lahan. Dan hal yang paling krusial, pertama adalah orang tua
jangan pernah menyerah atau mudah putus asa dalam mengajari anak tentang seni
dan ilmu pendidikan keuangan. Kedua, jangan menjadikan pendidikan keuangan
sebagai satu-satunya pendidikan yang harus dikuasai anak, melainkan jadikanlah pendidikan
keuangan sebagai komplementer. Maksudnya adalah jadikanlah pendidikan karakter
yang memuat nilai-nilai hidup sebagai prioritas sedangkan pendidikan keuangan
hanyalah sebagai komplementer atas pendidikan karakter.
Hal sebelumnya penting karena mendidik
anak tentang nilai-nilai karakter merupakan benih utama menjadikan anak sebagai
seorang filantrop keuangan dan bukan mendewakan uang. Sebagai deskripsi umum
bahwa filantrop keuangan adalah menjadikan orang memiliki kepekaan untuk
memberdayakan orang lain agar menggunakan uang yang dimilikinya dengan bijak.
Salah satu manifestasi konkritnya adalah jangan kikir pada orang lain dan tulus
iklas memberi derma, amal atau sejenisnya. Kedua, apabila orang tersebut telah
berhasil mencapai kebebasan keuangan, dirinya tetap sadar untuk membantu orang
lain agar sukses seperti dirinya. Dengan demikian, berpijak pada keseluruhan
ulasan sebelumnya perlu menjadikan keluarga sebagai tempat belajar dan bermain yang
menyenangkan, dan salah satu manifestasinya adalah mengajarkan pendidikan
keuangan pada seluruh anggota keluarga dengan cara-cara yang cerdas, kreatif
dan menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar