Selasa, 15 Mei 2012

Tong Kosong Nyaring Bunyinya


Semua orang yang dikarunia kemampuan berbicara pasti pernah berbicara dalam siklus hidupnya. Dalam aktivitas berbicara itu maka orang juga seringkali tidak rasional. Alasannya adalah dalam berbicara dapat juga terungkap suatu janji, suka membicarakan sesuatu hal yang pada kenyataannya tidak mampu dilakukannya atau sejenisnya. Dalam peribahasa berbunyi sebagai tong kosong nyaring bunyinya, dan hal ini tidak disukai oleh orang lain karena mengubar sesuatu hal tapi tidak mampu menepatinya.
Hal itu dapat diperparah lagi dengan tidak menyadari bahwa dirinya melakukan kesalahan sehingga sulit untuk belajar dari kesalahan tersebut. Alhasil pun akan terulang lagi di masa mendatang. Dan hal ini akan mengakibatkan diberinya julukan yaitu orang yang tidak tahu diri. Lanjut bahwa kadangkala hal ini dapat berefek juga pada hilangnya kepercayaan orang lain, dan seperti yang diketahui bahwa kepercayaan merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan seseorang. Dalam artian bahwa menjadi orang yang tong kosong nyaring bunyinya akan membuat kesuksesannya terhambat karena tidak dipercaya orang lain. Dalam ungkapan lain, yaitu akan diberi julukan no action talk only (NATO) yang berarti bahwa suka mengubar janji tapi tidak pernah melaksanakan apa yang dijanjikan.
Untuk konkritnya akan dibahas dalam konteks manajemen, yang mana orang yang NATO akan suka melebih-lebihkan kemampuannya yang termanifestasi dalam pembicaraannya sehingga seiring berjalannya waktu akan dijauhi rekan-rekannya, atau bahkan akan dibenci oleh rekan-rekan kerjanya. Dan bukan hanya itu saja, dapat juga tidak dipercayai oleh pemimpinnya sehingga meningkat peluang untuk dikeluarkan dari organisasi. Karena terdapat kesan bahwa orang yang tong kosong nyaring bunyinya alias no action talk only tidak mampu atau tidak becus ketika mengerjakan suatu tugas. Apalagi kalau tugas tersebut membutuhkan keahlian tingkat tinggi dan juga butuh tanggung jawab tingkat tinggi.
Selain berdampak pada hilangnya kepercayaan, dampak lainnya adalah akan menyusahkan diri sendiri karena walaupun berpindah kerja dan tetap membawa kebiasaan tersebut maka hanya akan mengulang kesalahan yang sama. Dalam pengertian bahwa di tempat kerja yang baru sekalipun namun tidak merubah atau tidak sadar untuk membuang kebiasaan tersebut, hanya akan mengalami hal yang sama saja seperti pada tempat kerja sebelumnya.
Pada segi lain, orang yang tong kosong nyaring bunyinya akan sulit meningkatkan kemampuannya karena biasanya orang yang seperti itu akan merasa mampu dan menolak upaya-upaya seperti pelatihan dan lain-lainnya. Alhasil dirinya hanya akan hidup apa adanya tanpa mengalami kemajuan atau hanya berjalan di tempat tapi merasa telah berjalan jauh beberapa langkah ke depan. Lanjutannya adalah tidak mampu melihat peluang atau mungkin saja akan mengalami kesulitan ketika hendak bergaul dengan orang lain di luar tempat kerjanya karena lingkungan eksistensinya biasanya menolak atau kurang menghargai orang yang suka mengubar-mengubar janji atau berkoar-koar tapi tidak pernah mampu membuktikannya.
Namun seperti pepatah yang berbunyi bahwa “tak ada gading yang tak retak” yang dalam tulisan ini diartikan bahwa seburuk apa pun perilaku seseorang, masih ada peluang untuk memperbaikinya. Yang apabila dikaitkan dengan orang yang tong kosong nyaring bunyinya maka masih ada kemungkinan atau solusi untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Beberapa langkah konkrit yang dapat dilakukan diantaranya adalah ambil waktu beberapa menit dalam sehari untuk merenung (contemplation) terhadap diri sendiri sehingga dapat merasakan percikan kesadaran bahwa dirinya gemar atau suka tong kosong yang nyaring bunyinya.
Kedua adalah dibutuhkan bantuan beberapa teman atau sanak keluarga yang berani mengatakan padanya bahwa menjadi orang yang tong kosong nyaring bunyinya hanya akan menyusahkan dirinya. Ketiga, setelah ada percikan kesadaran tentang kebiasaannya itu maka langkah selanjutnya adalah perlu adanya komitmen total untuk merubah atau mungkin mengikis perlahan-lahan kebiasaannya tersebut. Keempat atau yang solusi terakhir yaitu tingkatkan upaya sebelumnya dengan meningkatkan kontrol diri yang termanifestasi dalam membiasakan berpikir dahulu sebelum berbicara (think before speak).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar