Selasa, 15 Mei 2012

Selayang Pandang Kegunaan Literasi Keuangan Bagi Organisasi


Organisasi bukanlah menara gading. Dalam arti kata bahwa organisasi tidak dapat tertutup atau tidak peduli dengan lingkungan dimana organisasi tersebut bereksistensi. Oleh karena itu sikap adaptif sangat dibutuhkan demi kemajuan organisasi. Dan untuk itu, informasi menjadi hal yang sangat signifikan bagi eksistensi organisasi sehingga pengetahuan untuk mengolah informasi menjadi sangat tidak terbantahkan. Terkait hal itulah, dalam tulisan ini akan diarahkan pada bagaimana sistem pengelolaan informasi dengan tepat menjadi fokus. Lebih spesifiknya lagi yaitu bagaimana suatu organisasi mampu mengelola informasi keuangan dengan tepat dan tentu saja sistem informasi keuangan organisasi pasti menjadi bagian integral. Karena dalam sistem keuangan tersebut, semua informasi keuangan akan diakses lalu dikelola guna membuat keputusan yang tepat sasaran.
Selanjutnya adalah dengan cara apa atau menggunakan alat apa untuk mengefektifkan kinerja sistem informasi keuangan pada suatu organisasi? Dalam tulisan ini akan diarahkan untuk menggunakan literasi keuangan (financial literacy) sebagai mediator atau alat penghubung untuk melancarkan arus informasi keuangan yang berguna sehingga tidak semua informasi dijadikan sebagai alat pertimbangan guna mengambil keputusan dalam suatu organisasi. Untuk itu pendefinisian dari literasi keuangan menjadi vital dibutuhkan. Dalam tulisan ini, literasi keuangan diartikan sebagai kemampuan membaca, menganalisis, mengelola dan menceritakan tentang kondisi keuangan. Termasuk didalamnya adalah kemampuan untuk secara cerdas menentukan pilihan-pilihan keuangan, berdiskusi tentang uang dan isu-isu keuangan tanpa rasa ragu dan tidak menyenangkan, merencanakan untuk masa depan, dan merespon terhadap peristiwa yang mempengaruhi keputusan keuangan setiap harinya, seperti peristiwa-peristiwa ekonomi pada umumnya.
Berpijak pada definisi tersebut tampak dengan jelas bahwa literasi keuangan merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam beradaptasi di jaman membanjirnya informasi. Nalarnya adalah literasi keuangan dapat dijadikan sebagai penghubung antara manusia, informasi, lingkungan sekitaran dan interaksi antara ketiga hal tersebut. Menimbang bahwa memiliki tenaga kerja yang cakap dalam literasi keuangan akan lebih mampu dalam mengolah serta memilih informasi yang relevan dan yang tidak untuk dijadikan referensi dalam pengambilan keputusan. Dan tentu saja, tidak dapat dipungkiri bahwa sukses tidaknya suatu sistem informasi keuangan sangat tergantung atau mutlak ditentukan oleh manusianya sehingga memiliki tenaga kerja yang handal dalam literasi keuangan akan sangat membantu dalam memahami arti-arti informasi keuangan, berbagai efek atau korelasi antara informasi keuangan dan juga pada kemampuan untuk mengakses informasi keuangan dengan tepat.
Lebih spesifiknya yaitu dinamisnya lingkungan sekitaran menuntut organisasi untuk merespon dengan tepat dan hal ini sangat ditentukan oleh kesiapan orang-orang dalam organisasi. Tidak hanya itu saja, perubahan dalam lingkungan sekitaran menjadi bagian signifikan dan hal ini menuntut kesispan organisasi yang termanifestasi dalam kemampuan mengolah informasi. Dan apabila organisasi tidak memainkan fungsi-fungsinya dengan tepat maka yang terjadi adalah tumpang tindih, dan hal itulah yang menjadikan literasi keuangan mendapatkan momentum yang sangat baik karena tenaga kerja yang memiliki literasi keuangan akan mampu berinteraksi dan tentu saja dinamika dalam organisasi akan lebih terarah dengan baik. Sebagai deskripsi bahwa saat ini, suatu organisasi tidak terlepas dari yang namanya globalisasi dan bagaimana berbagai faktor akan semakin banyak berpengaruh pada kinerja organisasi. Oleh karena itu kesiapan sumber daya nara yang handal dibutuhkan untuk merespon dengan tepat akan berbagai faktor serta kait mengkait antara berbagai faktor. Beberapa faktor tersebut diantaranya seperti naik turunya BBM, fluktuasi mata uang, berbagai index terkait ekonomi dan lain-lainnya.
Sampai di sini, bagaimana peranan literasi keuangan bagi efektifitas dan efisiensi sistem informasi keuangan sudha cukup jelas. Atau dengan kata lain yaitu bagaimana peranan literasi keuangan sebagai mediator interaksi antara sistem informasi keuangan menjadi jelas terlihat. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan literasi keuangan pada totalitas tenaga kerja sehingga menjadi handal dan mampu dalam mengelola sistem informasi keuangan di era membanjirnya informasi? Beberapa langkah strategik berikut dapat digunakan. Selengkapnya adalah sebagai berikut :
Tingkatkan pelatihan literasi keuangan
Manusia menjadi faktor kunci dan sangat vital bagi kesuksesan organisasi, oleh karena itu upaya meningkatkan kemampuan karyawan menjadi hal yang wajib dilakukan oleh organisasi. Salah satu cara meningkatkan ketrampilan dan kemampuan adalah melalui pelatihan yang berkesinambungan. Karena melalui pelatihan berkesinambungan, tenaga kerja akan semakin mahir dan bertambah pengetahuannya. Dengan semakin tinggi pengetahuan karyawan maka semakin tinggi pula kemampuan beradaptasi karyawan, dan hal ini akan berefek lanjutan pada kepercayaan diri dalam menghadapi perubahan-perubahan yang merupakan sahabat karib setiap manusia hingga organisasi. Lanjut bahwa hal ini mungkin saja sudah sering dilakukan oleh banyak organisasi namun perlu dipertimbangkan dengan cermat bahwa dalam proses memilih jenis pelatihan serta perusahaan jasa pemberi pelatihan haruslah betul-betul cermat karena pada prinsipnya tidak semua perusahaan pemberi jasa pelatihan meningkatkan literasi keuangan benar-benar bagus. Oleh karena itu, tetap selektif ketika memilih perusahaan pemberi pelatihan dan hasilnya pun berpeluang menjadi bagus. Dan hal ini terkristalkan dalam kemampuan karyawan dalam memainkan berbagai fungsinya dengan baik dalam suatu sistem keuangan organisasi.
Bangun budaya belajar dalam organisasi
Secara etimologis bahwa budaya merupakan totalitas karakteristik suatu organisasi yang mempengaruhi perilaku seluruh anggota organisasi. Sehubungan dengan aspek etimologis dari budaya, dalam tulisan ini diarahkan pada bagaimana membangun budaya belajar dalam organisasi sehingga seluruh karyawan memiliki kebiasaan belajar dan tentu saja hal ini akan meningkatkan kinerja organisasi. Apabila dikerucutkan maka keberhasilan organisasi meningkatkan budaya belajar dan salah satunya adalah budaya belajar untuk tetap berusaha meningkatkan literasi keuangan akan meningkatkan probabiliti organisasi untuk tanggap terhadap perubahan. Selain itu, apabila organisasi berhasil membangun budaya belajar maka organisasi tersebut juga akan menciptakan suatu iklim kerja yang sukacita sehingga dalam proses bekerja dalam sistem informasi keuangan pun akan lebih maksimal. Semakin maksimal dalam bekerja maka tentu saja akan memperkokoh budaya belajar dalam organisasi tersebut. Alhasil pun oraganisasi akan semakin baik sepanjang siklus hidupnya yang termanifestasi dalam semakin baik untuk menentukan keputusan keuangan organisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar