Selasa, 15 Mei 2012

Psikologi Keuangan 3


Pada tulisan sebelumnya telah dibahas tiga jenis perangkap emosi yang mengarahkan pada perilaku menyimpang. Pada bagian ini akan dibahas tentang jenis bias-bias yang membentuk keyakinan investor. Namun karena bias-bias ini relatif cukup banyak, maka dalam tulisan ini hanya akan memfokuskan pada overconfidence, availability bias, representativenenss bias dan confirmation bias. Bias pertama adalah overconfidence. Bias ini adalah kesalahan investor dalam meyakini kemampuan analisisnya yang mengarah pada prediksi yang keliru. Aplikasi dari bias ini adalah investor cenderung merasa bahwa analisis yang menjadi dasar keputusan transaksinya telah benar walaupun tidaklah demikian.
Efek lanjutan dari bias ini adalah investor akan bertransaksi berlebihan karena menyangka keputusannya benar. Hal ini akan berakibat pada meningkatnya biaya transaksi termasuk kalkulasi pajaknya sehingga peluang memperoleh keuntungan akan nihil atau bahkan mengalami kerugian. Dan bukan itu saja, investor yang overconfidence juga meyakini bahwa dirinya akan berhasil mengalahkan pasar karena secara kebetulan keputusan transaksinya berhasil memperoleh return. Efek lainnya dari investor yang overconfidence adalah meningatkan kebodohan dalam melakukan analsis sehingga sulit untuk mau belajar dari pengalaman dan memperbaikirnya di masa mendatang.
Terkait bias kedua yaitu availability bias. Bias ini akan mendorong investor untuk membuat keputusan berdasarkan apa yang diingatnya sehingga tidak menyeluruh dalam melakukan analisis untuk membuat keputusan keuangan. Contoh konkrit dari bias ini adalah bagaimana para pekerja akan lebih mempercayai dan membeli saham-saham dari perusahaan tempat mereka bekerja karena berkeyakinan bahwa mereka lebih tahu dan sudah familiar dengan perusahaan tersebut. Efek dari bias ini adalah ketika perusahaan tempat mereka bekerja mengalami hal-hal yang tidak diinginkan maka mereka berpeluang mengalami kerugian. Dalam pengertian bahwa mereka cenderung tidak melakukan diversifikasi dan melakukan analisis yang dangkal sehingga tujuan awal untuk mmeperoleh keuntungan akan menjadi sia-sia. Bias ini juga tampak dari keputusan investor untuk tidak mau melakukan divesifikasi global dan cenderung mempercayai saham-saham dalam negeri karena familiar dan mudah diingat.
Bias selanjutnya adalah representativeness bias. Bias ini diartikan sebagai investor membut keputusan berdasarkan pemikiran stereotip. Maksudnya adalah investor akan membuat keputusan transaksi berpijak pada pengalaman masa lalu dan juga yang sesuai dengan gambaran mentalnya. Konkritnya dari bias ini adalah investor cendrung melihat trend harga sebagai panduan untuk membuat keputusan investasi. Ketika trend harga meningkat maka investor akan meyakini bahwa saham tersebut baik, dan juga sebaliknya. Contoh lainnya dari bias ini adalah bagaimana investor membuat keputusan keuangan berdasarkan analogi yang keliru. Maksudnya adalah ketika investor mengamati sebuah harga saham perusahaan yang sedang menunjukkan trend meningkat maka investor akan berkesimpulan bahwa perusahaan tersebut adalah perusahaan bagus.
Dengan kata lain, investor menganggap perusahaan bagus sebagai investasi bagus, walaupun pada esensinya bahwa kedua hal tersebut berbeda. Lanjut bahwa perusahaan bagus tidak senantiasa memiliki harga saham tinggi sedangkan investasi bagus relatif menunjukkan harga yang menarik. Spesifiknya yaitu investor terkecoh dalam mengartikan harga saham bahwa harga saham tinggi senantiasa mencerminkan kinerja fundamental perusahaan, walaupun pada kenyataannya tidaklah demikian karena harga saham juga bertendensi terbentuk karena persepsi investor.
Bias terakhir yaitu confirmation bias. Bias ini didefinisikan sebagai tendensi investor untuk hanya meyakini pendapatnya sebagai benar dan cenderung berusaha mencari dukungan akan pendapatnya itu. Implikasi dalam pasar saham adalah investor akan menolak nasihat atau pun infomasi yang bertentangan dengan pendapatnya, dan hal ini dapat saja merugikan karena belum tentu benar apa yang diyakini investor. Lanjutannya adalah investor akan dengan tegas menolak saran investasi apa pun dan berakhir pada melakukan analisis yang bias dan termanifestasi dalam keputusan transaksi yang tidak mengarah pada perolehan return melainkan pada peningkatan risiko.
Sehubungan dengan ulasan sebelumnya, langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menghindari bias-bias ini adalah gunakan akal sehat untuk membuat keputusan transaksi dan jangan terburu-buru atau terlalu cepat membuat keputusan transaksi, melainkan analisislah secara mendalam dan gunakanlah informasi yang relevan. Akhir kata, selamat berinvestasi saham dan semoga saja anda berhasil memperoleh return investasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar