Sabtu, 12 Mei 2012

ATM Bukan Mesin Pencetak Uang


Memiliki banyak uang, mungkin saja menjadi impian sebagian banyak orang (dominant). Atau dapat juga diganti dengan manusia membutuhkan uang untuk melancarkan kehidupannya. Dalam artian untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan keinginannya. Dan hal ini dapat anda saksikan atau mungkin juga anda mengalaminya sendiri bahwa banyak orang bekerja dan mendapatkan upah, atau anda sendiri juga bekerja sehingga pada periode waktu tertentu memperoleh uang (wage). Di sini dapat anda banyangkan bahwa fungsi uang menjadi vital namun tidak selamanya uang dapat membeli kebahagiaan, sehingga andaikata manusia dapat memiliki mesin penghasil uang maka tidak perlulah kita bekerja untuk mendapatkan uang. Namun semua itu hanyalah khayalan belaka karena pada prinsipnya untuk memperoleh uang dibutuhkan sinergis kerja cerdas dan kerja sama.
Untuk itu, agar dapat menghasilkan banyak uang memerlukan suatu tekad atau komitmen untuk mengelola uang dengan benar. Dan tulisan ini diarahkan pada kesalahan dalam menggunakan ATM (auotomatic teller machine) dan bagaimana mereduksinya. Lebih spesifiknya yaitu dalam tulisan ini akan diarahkan pada kesalahan berpikir dari ATM yang sangat sederhana dan tentu saja anda mungkin mengalaminya namun tidak disadari atau mungkin didasari namun tidak mengambil tindakan untuk merubahnya. Ditujukan untuk memperjelas dalam pembedahan akan dibagi kedalam 3 kajian yaitu dari aspek ontologi, epistemologi, aksiologi, dan dilanjutkan pada proses serta cara konkrit untuk mengurangi kesalahan penggunaan ATM.
Dari aspek ontologi, ATM dapat diartikan sebagai alat yang dibuat untuk mempermudah orang dalam melakukan transaksi. Berpijak pada definisi tersebut tampak bahwa ATM merupakan alat bantu untuk menukar barang dengan uang, karena ATM merupakan mesin transaksi. Lanjut bahwa karena sifat khas dari ATM, diketahui bahwa alat ini memiliki tujuan baik bagi manusia, hanya saja dalam aplikasinya seringkali orang melakukan kesalahan ketika menggunakannya. Terkait penggunaan, membutuhkan kartu yang biasa disebut sebagai kartu ATM atau ATM card. Pengguna kartu ini biasanya diberi PIN sebagai kunci untuk mengaksesnya, dan seiring perjalanan waktu maka kartu ini bukan saja melayani nasabah pada tingkat domestik saja melainkan juga telah pada aras internasional. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila ATM begitu familiar saat ini.
Terkait aspek ontologinya dapat dipahami epistemologinya. Tepatnya yaitu penggunaan ATM sebenarnya ditujukan untuk mengurangi beberapa kesulitan apabila hendak melakukan transaksi. Diantaranya adalah meningkatkan rasa aman ketika bertransaksi, tidak perlu membawa uang dalam jumlah banyak, transaksi lebih mudah, sudah menjadi kebutuhan dijaman sekarang, dan lain-lainnya. Namun terlepas dari keuntungannya, penggunaan ATM juga memiliki segi keburukan, diantaranya adalah sudah beberapa kali terjadi pembobolan ATM oleh pihak tidak bertanggung jawab.  Oleh karena itu, ATM tidak memberikan keamanan penuh pada penggunanya sehingga aspek kehatia-hatian serta ketelitian padang penggunanya (user) menjadi faktor yang signifikan ketika memiliki ATM.
Terlepas dari aspek ontologi dan epistemologi, sudah sangat jelas tentang aksiologinya yaitu membantu manusia dalam melakukan transaksi keuangan. Oleh karena itu, pada bagian selanjutnya akan dibedah terkait kesalahan kecil namun sangat sederhana dalam penggunaan ATM terutama bagi orang pada taraf pendidikan SMU dan sederajatnya serta pada kalangan mahasiswa. Spesifiknya yaitu orang pada kategori hirarki pendidikan ini relatif sangat familiar dengan ATM namun sebagaian tidak memahami dengan baik terkait seni yang tepat untuk menggunakan ATM. Nalarnya adalah mereka sebagian telah memiliki ATM namun alat ini tidak dipertimbangkan sebagai alat produktif karena ada tendensi bahwa mereka menganggap ATM sebagai mesin pencetak uang.
Lanjut bahwa kesalahan pemahaman ini akan terkristalkan dalam pola perilaku untuk tinggal gesek saja dan uang pun diperoleh. Hal ini menjadi kesalahan karena sekali lagi ada tendensi bahwa proses bagaimana uang tersebut bisa ada dalam ATM tidak dipikirkan dengan matang-matang. Spesifiknya yaitu ketidakpahaman bahwa sebenarnya ATM tersebut merupakan uang mereka sendiri yang disimpan di bank tertentu sehingga setiap kali pengambilan uang tanpa alasan yang rasional akan mengurangi jumlah uang yang ditabung. Alhasil pun uang mereka berpeluang habis karena hanya menggesek saja .
Selain itu, tanpa dipikirkan dengan matang bahwa penggunaan ATM merupakan suatu sikap pemborosan yang sangat sederhana dan mungkin saja dilakukan berulang-ulang kali sehingga tanpa terasa hal tersebut telah menjadi suatu kebiasaan yang merugikan. Apabila diperas lebih dalam lagi, diketahui bahwa biasanya uang yang berada dalam tabungan merupakan uang yang dihasilkan oleh orang tua mereka sehingga dengan pola penggunaan ATM yang hanya gesek saja merupakan suatu kekeliruan mendasar. Dan kekeliruan tersebut hanya akan memicu peirlaku konsumtif berlebihan, karena tanpa terasa uang di tabungan akan habis dan biasanya untuk mengisi kembali memerlukan orang tua untuk mengisinya. Dengan perkataan lain, kesalahan penggunaan ATM hanya akan menyusahkan si pemilik dan juga orang tua yang berfungsi sebagai pemberi uang.
Untuk itu pada bagian ini akan dibahas beberapa cara untuk menguranginya. Dan cara-cara tersebut akan ditilik dari perspektif psikologi kognitif dan peran orang tua. Terkait psikologi kognitif, yaitu sangat jelas bahwa fokusnya akan pada kemampuan mental orang. Oleh karena  itu, perspektif ini akan beresensikan pada kemampuan mengolah informasi yang dimiliki orang. Spesifiknya yaitu orang yang berpikir dahulu sebelum bertindak akan lebih bertendensi untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan ATM. Dan sikap ini merupakan cerminan dari kemampuan kognitif yang dimiliki. Menimbang bahwa perspektif psikologi kognitif sangat menekankan pada bagaimana memperoleh pengetahuan keuangan menggunakan cara berpikir yang tepat. Alhasil pun, semakin tinggi kemampuan berpikirnya maka semakin tinggi pula sikapnya dalam menggunakan ATM dengan efektif dan efisien. Dan untuk meningkatkan kemampuan kognitif sangat dibutuhkan ketabahan untuk berlatih sehingga seiring berjalannya waktu akan semakin tinggi pula pemahaman tentang seni mengelola ATM dengan benar. Lanjut bahwa semakin bagus dalam menggunakan ATM maka semakin tinggi pula kesadaran dalam memahami proses eksistensinya uang sehingga dapat diambil menggunakan ATM.
Dari perspektif orang tua yaitu bagaimana modeling orang tua sangat signifikan terhadap pola penggunaan ATM. Penjelasannya adalah ketika orang tua memberi model penggunaan ATM yang keliru pada anak maka anak pun berpeluang mengikuti kesalahan orang tua. Dalam artian bahwa orang tua merupakan faktor utama dalam memberi teladan dan juga pengetahuan kepada anak-anaknya. Dimana, pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan keuangan sehingga pola tersebut akan semakin tertanam dalam benak anak. Oleh karena itu agar fungsi orang tua menjadi bagus maka orang tua perlu meningkatkan pengetahuan keuangan terlebih dahulu sehingga mampu mengajarkan pada anak-anakanya. Hanya saja, dalam prosesnya tidak segampang yang dikira karena membutuhkan usaha dan juga kesabaran. Menimbang bahwa usaha + kesabaran = hasil sehingga usaha orang tua diiringi kesabaran akan bertendensi sukses dalam mengelola uang terkait penggunaan ATM dan berefek lanjutan pada anak-anak mereka. Dengan kata lain, keberhasilan orang tua dalam meningkatkan pengetahuan keuangan yang terkristalkan salah satunya dalam bijak menggunakan ATM berpeluang menulari anak-anak mereka. Dan pola perilaku tersebut akan semakin kokoh dalam benak si anak sehingga mereduksi pemahaman yang keliru tentang mengartikan ATM sebagai mesin pencetak uang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar