Selasa, 15 Mei 2012

ERG Pengait Kebutuhan Menulis


Menulis adalah salah satu proses merubah tacid knowledge menjadi eksplicit knowledge. Dalam proses perubahan tersebut maka peradaban manusia dapat terukir. Nalarnya adalah melalui tulisan-tulisan itulah, orang-orang terdahulu meninggalkan jejak-jekaknya bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, menulis perlu dibudayakan dan akan menjadi salah satu indikator kemajuan human development.
Untuk itu, terkait aktivitas menulis, bagi orang-orang yang sering menulis maka aktivitas tersebut akan begitu menyenangkan. Hanya saja seringkali menulis tidak begitu menyenangkan bagi sebagian orang. Khusus bagi yang sedang pada tahap-tahap awal belajar menulis, dibutuhkan sesuatu yang sifatnya dapat mendorong untuk konsisten menulis. Tidak hanya itu saja, yang sudah mahir menulis pun tetap membutuhkan daya dorong untuk tetap meningkatkan kemampuan menulis yang kontinyu.
Terkait daya dorong itulah, motivasi mendapatkan kesesuaiannya. Sebagai deskriptif umum saja bahwa motivasi merupakan suatu hal yang tak boleh diabaikan oleh siapa saja, dan motivasi merupakan hal yang sering dialami tapi kadang-kadang tidak disadari. Untuk mempertegas bahwa motivasi juga sudah menjadi suatu magnet bagi para akademisi maupun praktisi, khusus untuk akademisi dapat dilihat pada perkembangan teori-teori motivasi yang merupakan deskriptif dari fakta-fakta.
Beberapa teori tersebut diantaranya teori hirarki kebutuhan A Maslow, teori ERG, teori kebutuhan berprestasi, teori keadilan, model Porter-Lawler, teori harapan (expectancy theory), dan lain-lainnya. Dalam teori-teori tersebut secara signifikan telah mempengaruhi dan beberapa telah terbukti diaplikasikan dalam menajemen organisasi/perusahaan. Salah satu contoh dari aplikasi teori motivasi yang saat ini sedang menjadi perhatian adalah teori harapan (expectancy theory), yang merupakan salah satu fokus dari psikologi positif. Tidak hanya itu saja, teori harapan ini merupakan penghubung dari bagaimana keterkaitan/korelasi antara motivasi dalam diri seseorang dengan kapasitas positif seperti harapan, resiliensi, kebahagiaan subjektif dan yang terutama adalah efikasi diri.
Terlepas dari penerapan teori motivasi dalam lingkup organisasi (practitioner) dan akdemisi (scientific), dalam tulisan ini akan diarahkan pada penerapan motivasi pada aktivitas menulis. Spesifiknya adalah menggunakan teori motivasi kebutuhan ERG sebagai daya dorong bagi aktivitas tulis menulis. Penjelasannya adalah dalam teori ERG hampir sama atau serupa dengan teori hirarki kebutuhan dari A Maslow, hanya saja dalam teori ERG tidak berasumsi bahwa manusia harus dipuaskan kebutuhannya paling bawah hingga teratas melainkan dapat saja seseorang termotivasi untuk dipuaskan kebutuhannya dapat berpindah dari paling atas ke bawah atau pun dari bawah ke atas sehingga secara eksplisit dalam aplikasinya akan sangat membantu bagi orang yang suka menulis atau pun mempertahankan niat menulis bagi pemula atau pun yang sudah mahir.
Konkrit dari aplikasi teori ERG dalam aktivitas menulis menurut hemat penulis adalah bagaimana menjadikan menulis sebagai salah satu kebutuhan, dan seperti yang diketahui bahwa prinsip dasar dari kebutuhan yaitu harus dipuaskan. Lanjut, keberhasilan orang dalam mengaplikasikan teori ERG untuk menulis akan termanifestasi dalam perilakunya untuk memuaskan kebutuhannya (writing). Lebih spesifiknya yaitu orang akan berusaha berdisiplin untuk menulis minimal satu lembar sehari demi pemuasan kebutuhan. Tambahan bahwa orang yang menjadikan menulis sebagai kebutuhan akan rajin menulis dan dalam proses menulis pun akan terasa sukacita. Dan seperti adagium yang berbunyi bahwa orang yang dipenuhi sukacita akan dijauhi oleh perasaan tekanan ketika melakukan sesuatu. Alhasil akan mendorong dan memperteguh niat untuk tetap menulis.
Sehubungan dengan ulasan-ulasan sebelumnya, tampak bahwa menggunakan teori ERG untuk aktivitas menulis akan sangat membantu para mahasiswa atau pun para dosen-dosen serta para guru-guru. Salah satu contoh konkritnya adalah ketika mahasiswa/i sedang kuliah atau pun sedang mengerjakan tugas akhir (skripsi) maka aktivitas menulis merupakan hal yang esensial. Logikanya adalah disiplin menulis selembar sehari akan membantu dalam mengerjakan skripsi, tesis atau pun riset-riset ilmiah. Bayangkan saja selembar sehari dan dalam satu bulan saja sudah 30 lembar dan bagaimana apabila sudah dua bulan, tiga bulan dan sisanya? Ya secara otomatis kegiatan menulis akan sangat signifikan.
Dan tentu saja, untuk menulis selembar sehari membutuhkan motivasi untuk meningkatkan konsisten menulis. Dalam hal inilah, menjadikan menulis sebagai kebutuhan akan sangat terasa signifikansinya karena kebutuhan dalam diri untuk menulis akan merongrong atau mengkilikitik jiwa untuk menulis, menulis dan menulis setiap harinya. Dan tanpa terasa seiring berjalannya waktu, menulis akan menjadi suatu kebiasaan positif atau kebiasaan unggul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar