Jumat, 11 Mei 2012

Beberapa Apek Dari Kebiasaan Jam Karet


Karet adalah suatu jenis benda yang memiliki kelenturan, dalam arti tertentu dapat juga diartikan sebagai kemoloran. Namun dalam tulisan ini akan dikaitkan dengan aspek waktu. Menimbang akan artinya yang lentur sehingga memiliki relevansi dengan manajemen waktu. Spesifiknya yaitu bagaimana perilaku orang-orang yang suka mengulur-ngulur waktu ketika hendak melakukan suatu aktivitas. Akibatnya adalah relatif tidak dilakukannya kegiatan dengan baik dan benar. Dan hal ini diperparah lagi apabila kegiatan tersebut merupakan kegiatan formal.
Untuk memudahkan dalam pengertian maka dalam tulisan ini, jam karet diartikan sebagai cara berpikir orang yang suka menarik ulur waktu untuk melakukan suatu tindakan. Berpijak dari definisi tersebut tampak bahwa jam karet memiliki tarik menarik dengan makna manajemen. Menimbang bahwa dalam manajemen maka waktu merupakan suatu sumber daya yang amat penting untuk diupayakan dengan tepat. Dan apabila tidak menghargai waktu maka kinerja organisasi dapat mengalami bias.
Terlepas dengan relevansinya dengan ilmu manajemen, dalam tulisan ini diarahkan pada lingkup manajemen yang mikro yaitu pada aras personal. Maksudnya adalah bagaimana kebiasaan menggunakan jam karet untuk melaksanakan kegiatan akan memicu perilaku menunda-nunda. Konkritnya dapat diamati ketika seorang mahasiswa hendak mengerjakan tugas-tugasnya. Bagi mahasiswa yang disiplin pada waktu maka hal mengerjakan tugas tidaklah menjadi maslah melainkan menjadi tindakan yang penuh sukacita, sedangkan bagi mahasiswa yang dalam manajemen waktunya menggunakan jam karet maka akan sangat merugikan karena bisa saja tugas yang ada akan terbengkalai atau tidak dikerjakan tepat waktu.
Selain untuk konteks mahasiswa, relevansi jam karet juga berkaitan dengan pencapaian kebebasan keuangan. Nalarnya adalah orang yang suka pada jam karet berpeluang masuk dalam jebakan suka menunda-nunda untuk segera membangun aset keuangan. Dan hal ini tentu saja, akan menyulitkan diri sendiri sedangkan orang yang memiliki rasa penghargaan pada waktu akan bertendensi tegas untuk segera membangun aset. Contohnya dapat anda amati dari orang-orang disekitar anda yang suka molor dalam waktu dan bagaimana perbedaannya dengan orang yang memiliki diisplin waktu bagus alias tidak suka jam karet.
Berpijak pada beberapa konteks dari kebiasaan jam karet seperti pada ulasan sebelumnya, menimbulkan suatu pertanyaan yaitu bagaimana untuk merubah kebiasaan jam karet tersebut. Untuk menjawabnya, penulis akan mengkaji dari beberapa aspek yaitu ekonomi, psikologi kognitif, psikologi positif, dan psikologi sosial. Untuk lebih jelasnya, akan dibedah terlebih dahulu relevansinya jam karet dengan aspek-aspek tersebut dan dilanjutkan dengan solusi yang dapat digunakan untuk mereduksi kebiasaan jam karet. Selengkapnya adalah sebagai berikut :
Aspek Ekonomi
Sepeti yang diketahui bahwa ilmu ekonomi senantiasa bersentuhan dengan sumber daya, kebutuhan dan keinginan, pilihan. Dan untuk mengoptimalkannya menjadi keputusan yang bagus sangat membutuhkan pertimbangan rasional. Pertimbangan untuk apa? Untuk secara cerdas membuat membuat pilihan yang baik sehingga dalam ruang dan waktu itulah terjadi yang disebut sebagai eksistensi. Dan hal ini tentu saja tidak terlepas dari yang namanya alokasi sumber daya, dan salah satu jenis sumber daya adalah waktu. Dengan demikian, berpijak pada ulasan sebelumnya tampak bahwa dari aspek ekonomi, manajemen waktu menjadi hal yang sangat signifikan. Menimbang bahwa bermodalkan kecerdasan mengelola waktu maka orang akan bertendensi mendekati tujuan. Oleh karena itu, cara konkrit yang dapat ditempuh untuk mereduksi kebiasaan jam karet adalah dengan meningkatkan kecerdasan dan selanjutnya akan memicu seni mengelola waktu dengan benar.
Aspek Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif mengkaji tentang bagaimana orang melakukan suatu aktivitas mental, namun dalam tulisan ini diarahkan pada bagaimana orang mengolah informasi. Dengan kata lain akan diarahkan pada aspek penalaran sehingga manajemen waktu menjadi bagian yang tak terpisahkan. Logikanya adalah ketika orang hendak menyusun rencana pribadi, secara otomatis aspek waktu menjadi pertimbangan sehingga keakuratan atau presisi akan bertendensi tertuju pada sasaran. Dan dalam proses itulah, nalar menjadi bagian signifikan sehingga ruang dan waktu untuk eksekusi rencana menjadi jelas. Tidak hanya itu saja, kemampuan kognitif yang dimanifestasikan kemampuan mengolah informasi juga mendorong adanya kalkulasi waktu untuk setiap kegiatan sehingga dituntut untuk disiplin pada waktu. Alhasil pun kebiasaan jam karet akan direduksi.
Aspek Psikologi Positif
Menguji faktor-faktor secara ilmiah atas perilaku manusia merupakan definisi daro psikologi positif. Terkait tulisan ini, manajemen waktu memang menjadi faktor implisit karena menjadi bagian dari faktor-faktor seperti resiliensi, pengharapan, efikasi diri dan lain-lainnya, namun untuk tulisan ini akan menggunakan efikasi diri. Efikasi diri merupakan suatu faktor yang sangat dominan digeluti oleh para akademisi maupun praktisi. Karena faktor ini menonjolkan seberapa yakin orang akan kemampuannya untuk mengerjakan tugas yang spesifik. Dengan kata lain efikasi diri adalah evaluasi atas kemampuannya dirinya untuk melakukan suatu tugas. Berpijak pada definisi sebelumnya, dengan jelas diketahui bahwa dalam proses mengevaluasi kemampuan diri, tentu saja waktu akan menjadi salah satu prioritas. Nalarnya adalah ketika mengevaluasi kemampuan diri, tentu saja orang perlu menimbang aspek waktu bahwa berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tertentu sehingga ketika pelaksanaannya tidak akan mengalami ambigu. Oleh karena itu, aspek ini dapat dijadikan solusi dengan meningkakan keyakinan bahwa anda dapat mereduksi kebiasaan jam akret.
Aspek Psikologi Sosial
Psikologi sosial merupakan salah satu cabang dari ilmu psikologi. Tepatnya bagaimana mengkaji perilaku seseorang karena adanya interaksi dengan sosialnya. Dengan kata lain, bagaimana lingkungan sekitaran mempengaruhi perilaku individu. Dari definisi tersebut sangat jelas bahwa ada faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku individu, namun perlu dipahami bahwa psikologi sosial tidak mutlak sama dengan psikologi budaya. Karena walaupun ada lingkungan sekitaran tapi fokus kajiannya tidak secara mutlak diarahkan pada aspek budaya sebagai faktor tunggal penentu perilaku individu. Terkait dengan manajemen waktu, psikologi positif memainkan peran yang sangat krusial karena lingkungan sekitaran tersebut memiliki beberapa pelaku, diantaranya sepeti lingkungan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, sanak saudara dan lain-lainnya. Tidak lupa juga adanya pengaruh dari teman bermain serta teman sebaya. Saling interaksi antara pelaku-pelaku tersebut akan menimbulkan saling pengaruh mempengaruhi dan akhirnya perilaku pun menjadi kristalan dari interaksi tersebut. Konkritnya apabila orang-orang di sekitar individu memiliki kebiasaan jam karet maka tentu saja ada peluang untuk mempengaruhi perilaku individu. Dengan demikian, manusia adalah makluk sosial memang benar karena adanya interaksi yang saling tarik menarik antara satu dengan lainnya, tapi dapat juga menjadi masalah apabila individu menjadi iku-ikutan. Dan hal inilah yang menjadi solusi berdasarkan aspek psikologi sosial. Tepatnya yaitu dengan memahami kebiasaan orang-orang di sekitar anda, anda dapat meningkatkan fungsi pengendalian diri untuk tidak ikut-ikutan menumbuhkembangkan kebiasaan jam karet dalam kehidupan personal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar