Selasa, 15 Mei 2012

Keluarga Sebagai Titik Awal Pendidikan Finansial


Pendidikan diibaratkan seperti perjalanan sebuah kapal yang mengarungi lautan kehidupan. Ungkapan sebelumnya memuat dua arti fundamental. Pertama, pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan (long life education). Kedua adalah pendidikan dimulai dari dalam keluarga. Penjelasannya adalah pendidikan merupakan suatu proses menggiring keluar potensi-potensi unik manusia untuk menjadi manusia yang berguna, dan kedua adalah manusia mulai belajar dari dalam keluarganya dan dimulai dari belajar tentang kasih sayang serta bertanggung jawab atas kehidupannya.
Dalam hal kasih sayang dan bertanggung jawab inilah, pendidikan keuangan yang merupakan salah satu manifestasi dari pendidikan mendapatkan kesesuaian yang tepat. Nalarnya adalah tujuan dari pendidikan keuangan adalah menjadikan manusia yang bertanggung jawab atas kondisi keuangannya, sedangkan kasih sayang akan mendorong dari manusia yang bertanggung jawab atas keuangannya untuk menjadi seorang filantrop finansial. Lanjut bahwa dengan memahami bagaimana tujuan dari pendidikan keuangan, dapat ditarik suatu benang merah atau kesimpulan bahwa pendidikan keuangan juga diawali dari dalam keluarga.
Didorong oleh alasan di atas, diketahui bahwa fungsi orang tua menjadi suatu yang signifikan dibutuhkan untuk memberikan pemahaman-pemahaman, nasihat-nasihat dan juga keteladanan bagi anak-anaknya agar kelak mereka pun akan menjadi manusia-manusia yang cakap/ahli dalam mengelola keuangannya. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana konkritnya mengajari anak-anak tentang ilmu dan seni mengelola keuangan? Untuk menjawabnya perlu terlebih dahulu memahami apa itu pendidikan keuangan. Menurut CEA insurance of Europe bahwa pendidikan keuangan (financial education) merupakan proses menjadikan konsumen mampu membuat keputusan yang tepat dengan penuh pertimbangan. Sebagai contoh yaitu bagaimana memastikan tingkatan asuransi yang memadai, bagaimana mengorganisasikan kredit atau bagaimana membuat perbekalan yang tepat untuk pensiun. Pada intinya pendidikan keuangan memberikan konsumen pemahaman yang lebih baik terkait produk-produk dan fitur-fitru asuransi.
Sedangkan menurut The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), pendidikan keuangan adalah proses yang mana investor/konsumen memperbaiki pemahaman mereka tentang produk-produk keuangan dan konsep-konsep, dan juga informasi, instruksi dan tujuan, mengembangkan keahlian dan kepercayaan diri untuk menajdi sadar akan risiko dan peluang keuangan, untuk membuat pilihan yang berbasis informasi, untuk mengetahui dimana tempat yang tepat untuk meminta bantuan (advice) keuangan, dan untuk mengambil tindakan yang efektif untuk memperbaiki kesejahteraan keuangan serta perlindungan (protection). Dengan demikian, dalam tulisan ini menggunakan definisi pendidikan keuangan menurut OECD, karena memiliki cakupan yang komprehensif, sistematis dan berkesinambungan.
Lanjut, merujuk pada definisi OECD tentang pendidikan keuangan, secara eksplisit diketahui bahwa pendidikan keuangan memiliki cakupan yang luas dan terus-menerus berubah sehingga kemampuan melakukan penyesuaian (update) menjadi suatu keharusan. Selain itu, definisi di atas juga memberi pemahaman tantang bagaimana meningkatkan pendidikan keuangan membutuhkan waktu atau tidak instan. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi apabila pendidikan keuangan dimulai dari keluarga dan diajarkan dengan pendekatan yang berbeda atau tergantung pada usia anak.
Selanjutnya adalah bagaimana menerapkannya dalam konteks keluarga. Dalam hal ini, orang tua perlu terlebih dahulu mendalami bagaimana seni dan ilmu mengelola keuangan. Untuk itu, orang tua sebaiknya perlu membaca dan mengikuti informasi keuangan sehingga membekali diri dengan pengetahuan yang baik. Setelah mengisi dengan pengetahuan finansial, langkah berikutnya adalah memberikan contoh pada anak melalui bagaimana orang tua mulai mengajarkan anak-anaknya dan dapat diawali dengan berbagai cerita-cerita tentang bagaimana cerdas mengelola uang. Langkah lainnya yang dapat dilakukan adalah bagaimana bersama si anak untuk membeli celengan dan mengajarinya untuk menabung sisa uang jajannya. Catatan bahwa lakukan hal itu bersama anak dalam keadaan suka cita sehingga berpeluang berhasil menanamkan benih kebiasaan.
Selain langkah-langkah sebelumnya, orang tua juga perlu menanamkan kesadaran pada anak-anaknya terkait bagaimana fungsi uang dan manfaat dari menabung dan investasi, dan sekali lagi hal dilakukan secara perlahan-lahan. Dan hal yang paling krusial, pertama adalah orang tua jangan pernah menyerah atau mudah putus asa dalam mengajari anak tentang seni dan ilmu pendidikan keuangan. Kedua, jangan menjadikan pendidikan keuangan sebagai satu-satunya pendidikan yang harus dikuasai anak, melainkan jadikanlah pendidikan keuangan sebagai komplementer. Maksudnya adalah jadikanlah pendidikan karakter yang memuat nilai-nilai hidup sebagai prioritas sedangkan pendidikan keuangan hanyalah sebagai komplementer atas pendidikan karakter.
Hal sebelumnya penting karena mendidik anak tentang nilai-nilai karakter merupakan benih utama menjadikan anak sebagai seorang filantrop keuangan dan bukan mendewakan uang. Sebagai deskripsi umum bahwa filantrop keuangan adalah menjadikan orang memiliki kepekaan untuk memberdayakan orang lain agar menggunakan uang yang dimilikinya dengan bijak. Salah satu manifestasi konkritnya adalah jangan kikir pada orang lain dan tulus iklas memberi derma, amal atau sejenisnya. Kedua, apabila orang tersebut telah berhasil mencapai kebebasan keuangan, dirinya tetap sadar untuk membantu orang lain agar sukses seperti dirinya. Dengan demikian, berpijak pada keseluruhan ulasan sebelumnya perlu menjadikan keluarga sebagai tempat belajar dan bermain yang menyenangkan, dan salah satu manifestasinya adalah mengajarkan pendidikan keuangan pada seluruh anggota keluarga dengan cara-cara yang cerdas, kreatif dan menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar