Selasa, 15 Mei 2012

Kemana Uangku Menghilang


Suatu sore, Tomy berjalan-jalan ke pusat pembelanjaan dan dia pun melakukan pembelian berbagai barang-barang. Setelah membeli, dia pun pulang ke rumah dengan membawa belanjaan dan sesampainya di rumah, dia menunjukkan belanjaannya kepada istri dan anak-anaknya. Lalu tak terasa suasan rumah menjadi penuh begitu canda tawa ria, dimana anak-anak dan istrinya merasa puas karena dibelikan sang suami sekaligus sang ayah tercinta. Hari pun berlalu dan Tomi merasa puas dengan apa yang dilakukan untuk keluarganya, dimana dirinya kembali melakukan hal yang sama lagi dan tanpa terasa hal itu telah menjadi kebiasaan.
Namun tak disadarinya bahwa ketika keluarganya membutuhkan uang mendadak atau tidak terduga dan dalam jumlah yang besar, dirinya tak memiliki uang sehingga langkah yang ditempuh si Tomi adalah berutang dan berutang. Alhasil pun di tomi, menjadi manusia yang dilingkupi kerja keras untuk membayar utang-utangnya dan juga membiayai kehidupan keluarganya. Dan siklus itu terus saja terjadi, bagaikan sikuls yang tiada putus-putusnya sehingga tanpa terasa meningkatkan suasana emosi Tomy dan juga istrinya. Dengan kata lain, kesulitan keuangan berluang menciptakan suasana memanas antara anggota keluarga.
Merujuk pada deskripsi cerita singkat di atas, dapat pembaca bayangkang bagaimana kesalahan mengelola uang (personal finance) menyebabkan kesulitan. Dan yang lebih parah lagi bahwa pengelolaan keuangan dalam keluarga Tomy dilakukan tanpa disadari sehingga tak mennetu kemana uang digunakan. Dan akhirnya dapat menimbulkan ketegangan emosional dalam keluarganya. Tidak hanya itu saja, kisah sebelumnya juga menunjukkan bahwa seni mengelola uang merupakan suatu hal yang sangat sepele sehingga tak terasa, keuangan keluarga menjadi tak terarah dengan baik sehingga tidak mampu membiayai kebutuhan yang tak terduga.
Selanjutnya adalah beberapa poin-poin yang dapat dipetik dari kisah singkat di atas. Selengkapnya adalah sebagai berikut :
Musuh terbesar adalah diri sendiri
Kisah tentang keluarga si Tomi sangat jelas bahwa ketidaksadaran dalam mengelola keuangan menjadikan keharmonisan keluarga menjadi tidak seimbang. Dalam artian bahwa keharmonisan keluarga tidak dapat dibeli dengan uang, yang mana dalam kisah di atas tergambarkan dengan kebiasaan membeli barang-barang dengan tujuan memberi kebahagiaan bagi keluarganya, yang walaupun menghasilkan suatu kekecewaan. Mengapa kekecewaan yang dihasilkan, karena kebahagiaan merupakan suatu bentuk totalitas manusia sehingga uang tidak dapat dijadikan alat mutlak melainkan hanyalah sebagai alat pemenuhan kebutuhan dan keinginan saja. Oleh karena itu, perlu melakukan refleksi untuk melihat diri sendiri dan mengambil langkah konkrit untuk mengikis sikap buruk. Alhasil pun syarat mutlak menanam bibit kebahagiaan dalam keluarga lebih pada mengalahkan diri sendiri daripada menggunakan uang untuk membeli berbagai barang yang hanya menimbulkan kebahagiaan semu.
Menyepelekan nilai peluang
Kisah sebelumnya merupakan suatu deskripsi kesalahan atau mungkin menyepelakan peristiwa-peritiwa tak terduga dalam kehidupan. Dalam artian bahwa peristiwa-peristiwa yang diharapkan dan yang tidak diharapkan memiliki peluang yang sama besar sehingga fungsi berjaga-jaga menjadi hal yang signifikan. Efek dari menyepelekannya adalah orang seringkali tidak mampu atau tidak memiliki cukup uang untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan tak terduga tersebut dan berefek lanjutan pada ketegangan emosional yang pada prinsipnya dapat dihindari melalui pengelolaan keuangan yang tepat sasaran. Lebih lanjut, apabila kondisi ini dibiarkan terus terjadi dapat memicu perceraian. Karena tak dapat dipungkiri bahwa permasahan bias mengelola uang (faktor emosional) akan membuat pasangan hidup menjadi enggan atau meninggalkan pasanngan hidupnya.
Korelasi kebahagiaan dan uang yang keliru
Kebahagiaan adalah tujuan dari semua orang dan merupakan hal yang harus diperjuangkan dengan benar. Pertanyaannya adalah cara yang dapat dilakukan untuk mencapai kebahagiaan? Dalam hal inilah, secara jelas kesalahan yang dilakukan oleh Tomi dalam mengelola keuangannya dan cara yang ditempuh dengan uangnya untuk memperoleh kebahagiaan. Penjelasannya adalah anggapan Tomi bahwa dengan membeli barang-barang akan menyenangkan seluruh keluarganya sehingga melupakan untuk membuat prioritas dalam pengelolaan keuangan. Memang ada percikan kebahagiaan, hanya saja percikan tersebut bersifat temporer atau bayangan saja. Dalam artian bahwa uang hanyalah alat dan bukan sumber kebahagiaan, dan untuk itu perlu dikelola dengan baik sehingga membawa kemanfaatan bagi seluruh anggota keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar