Kepemilikan harta benda menjadi salah satu idaman
manusia, dan hal itu wajar karena memang memiliki semua itu akan memudahkan
orang dalam melakukan eksistensinya. Hanya saja, seringkali orang melupakan
bahwa harta benda semua itu merupakan sesuatu yang berbeda dengan hakikat
manusia. Maksudnya adalah manusia merupakan makluk yang unik sehingga mampu
berpikir, bukan hanya untuk diri saja melainkan juga bagi orang lain. Dalam
pengertian bahwa manusia memiliki kewajiban moral yang harus dilakukan apabila
berhasil atau pun dalam proses peningkatan kehidupannya yang salah satu
indikatornya adalah kepemilikan harta benda.
Lanjut bahwa maksud dalam tulisan ini sebenarnya tidak
diarahkan pada melarang untuk memiliki harta benda melainkan bagaimana
meposisikan harta benda yang dimiliki dalam suatu konteks filantropis.
Spesifiknya yaitu bagaimana menempatkan harta benda sebagai suatu bentuk yang
diyakini sebagai titian Tuhan sehingga tidak mengarah pada perilaku yang bias.
Perilaku bias yang dimaksud adalah bagaimana menempatkan harta benda untuk
kepentingan orang lain juga sehingga tidak menjadi orang yang kaya raya namun
miskin dalam spiritual.
Sesuai dengan maksud sebelumnya, bagaimana kita tidak
hanya menjadi kaya dalam akumulasi harta benda melainkan juga kaya dalam cinta
dan kasih sehingga menempatkan orang lain sebagai sesama manusia dan bukan yang
lain. Dalam hal ini, janganlah berpikir bahwa kita harus menjadi seorang
dermawan yang sangat ternama atau mungkin tunggulah sampai kaya baru mau
membantu orang lain melainkan bagaimana kita mendayagunakan harta benda yang
kita miliki untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Dan pertolongan itu
tidaklah harus besar-besar amat melainkan bagaimana menyisihkan pendapatan kita
untuk disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
Konkritnya adalah bagaimana kita menyisihkan beberapa
persen dari gaji yang diperoleh untuk disumbangkan kepada fakir miskin atau pun
yang sejenisnya sehingga menyuburkan benih kasih dalam diri kita. Yah, kira-kira
seperti itulah esensi dari filantrop keuangan dan yang merupakan lawan dari
kaya raya tapi miskin dalam memberi atau pun ebrsedekah kepada orang lain. Oleh
karena itu, untuk benar-benar menjadi manusia yang kaya dalam spiritual maupun
dalam harta benda maka perlu menyisihkan waktu setiap harinya untuk merenung
bagaimana eksistensi diri dengan orang lain. Hal ini akan sangat membantu dalam
proses peningkatan niat untuk menjadi kaya dalam spiritual dan menyadari bahwa
harta benda yang dimiliki merupakan suatu titipan sang Kuasa dan bukan miliki
kita permanen sehingga membantu orang lain apalagi memberdayakan orang lain
menggunakan harta benda yang kita miliki merupakan suatu bentuk kewajiban moral
sebagai seorang manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar