Siapa pun di
dunia ini memiliki hak asasi yang dibawa sejak lahir, dan salah satunya adalah
hak untuk memilih. Keberadaan hak untuk memilih ini mengindikasikan adanya
kebebasan untuk memilih, dimana setiap pilihan ditentukan oleh masing-masing
pribadi asalkan tidak melanggar aturan moral. Apabila dikaitkan dengan masalah
moral maka tak dapat dilepaskan dari tanggung jawab pribadi dan hal inilah yang
seringkali mengalami kekeliruan. Maksudnya adalah bagaimana orang sering
melempar tanggung jawab pada orang lain setelah melakukan kesalahan.
Salah satu
manifestasinya adalah membuat kesalahan dan mencari posisi aman dengan
bersembunyi dalam kekuasaan orang lain sehingga tak dapat disentuh oleh hukum.
Namun dalam tulisan ini tidak memfokuskan pada ranah hukum seperti yang ulasan
sebelumnya melainkan diarahkan pada pemahaman yang tepat dari kebebasan pribadi
bahwa setiap manusia adalah makluk ciptaan Tuhan sehingga diwajikan untuk
saling menghargai kebebasan masing-masing.
Mengapa,
karena hanya dengan menghargai kebebasan maka kita dapat hidup damai ann
sentosa. Hal itu juga berkenaan dengan dasar hidup kita orang Indonesia yaitu
Pancasila. Lanjut bahwa untuk menjalankan saling menghargai dan menghormati
kebebasan maka perlu adanya pemahaman tentang bebas dari apa dan untuk apa
memiliki kebebasan serta kapan kebebasan itu perlu dilakukan. Terkait bebas
dari apa maka jawabannya adalah bagaimana orang perlu memahami kebebasan yang
hakiki atau yang etis. Tepatnya yaitu bebas dari melakukan hal-hal yang tidak
sesuai dengan norma-norma etis.
Sedangkan
terkait untuk apa bebas, yaitu pada prinsipnya manusia adalah makluk bebas
sejal terbentuk dari rahim ibu sehingga tidak ada satu orang pun yang dapat
mengkalim akan kebebasan itu. Dan yang terakhir yaitu kapan seseorang dapat
bebas, jawabannya adalah bebas tergantung konteks dimana mungkin saja kita
dituntut untuk mengekang kebebasan kita demi kebaikan keseluruhan dan mungkin
saja perlu melepaskan kebebasan tersebut demi kebaikan kita juga. Sampai di
sini, semua jawaban sangat tergantung pada pemaknaan RELATIF. Karena menurut
hemat penulis bahwa pada kodratnya kita akan berinteraksi dengan sesama manusia
sehingga sewajarnya apabila kita saling memperhatikan konteks dimana kita
bereksistensi.
Selain itu
juga, menurut hemat penulis bahwa walaupun ada indiskasi relatif namun tetap
perlu memperhatikan nilai-nilai etis sehingga tidak terjebak dalam emang gue
pikirin dan juga nihilisme. Maksudnya adalah semuanya tidak ada artinya karena
sangat relatif sehingga apa yang diyakini seseorang adalah benar seutuhnya
tanpa mempertimbangkan asas-asas etika. Dan hal ini tentu saja bertentangan
serta dapat menimbulkan konflik apabila tidak di rem atau di reduksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar