Apa yang ada dalam pikiranmu itu juga yang kamu lakukan, karena duniamu
terletak dalam benakmu. Hal yang sama juga pada perkembangan mental, dimana
maksud dalam tulisan ini akan lebih menekankan pada mentalitas suap di mulut
atau mentalitas harap gampang. Jika ditelusuri, dapat juga dideskripsikan bahwa
mengapa dapat terjadi mentalitas suap dimulut, karena apa yang ada dalam
pikiranmu memang mendeskripsikan hal demikian. Oleh karena itu, perlu sadar
diri sehingga dapat mengikis mentalitas buruk tersebut.
Dalam pembedahan selanjutnya akan dijelaskan tentang faktor-faktor penyebab
mengapa seseorang dapat mengalami mentalitas suap dimulut. Beberapa faktor yang
menurut penulis adalah faktor penyebabnya antara lain adalah rendahnya menghargai
orang lain, malas, ego berlebihan dan didikan orang tua. Selanjutnya akan
dibahas satu per satu dari faktor-faktor tersebut. Pertama adalah rendahnya
menghargai orang lain. Mengapa faktor ini menjadi pemicu karena orang yang
tidak menghargai upaya orang lain sehingga merendahkan kerja keras dan berakhir
pada mengambil keringat orang lain tanpa meminta ijin terlebih dahulu pada
orang yang memilikinya.
Faktor kedua adalah kemalasan. Faktor ini menjadikan orang malas berusaha
dan hanya menunggu hasil saja. Kemalasan ini akan mengarahkan pada suka menuai
tanpa harus menabur. Konkritnya adalah karena memang orang yang malas hanya
akan menjadi beban bagi orang lain karena hanya suka tergantung, atau dalam
bahasa yang diperkeras yaitu hanya suka meminta-meminta tanpa mau
mendayagunakan otaknya untuk berpikir bagaimana supaya dirinya mampu
menghasilkan sesuatu. Terkait faktor ego yang berlebihan, tak dapat dipungkiri
bahwa orang yang hanya mementingkan diri sendiri saja akan cenderung menindas
orang lain karena pikirannya hanya difokuskan untuk kepuasan diri sendiri dan
menganggap orang lain hanya sebagai pembantu saja.
Faktor terakhir yaitu didikan orang tua. Penjelasannya adalah anak pertama
kali mengenal didikan berasal dari dalam keluarganya atau lebih spesifik lagi
yaitu orang tua yang merupakan pendidik anak-anaknya. Apabila orang tua dari
kecil sudah dididik untuk berusaha maka dalam perjalanan hidupnya tidak akan
mengalami mentalitas suap di mulut. Lanjut bahwa anak yang didik untuk harap
gampang saja akan cenderung suka mengambil keringat orang lain tanpa ada rasa
malu bahwa dirinya tidak bekerja. Lanjut bahwa faktor keluarga ini sangat
berperan karena pendidikan dalam keluarga merupakan benteng bagi perkembangan
anak apabila berinteraksi dengan lingkungan sosial.
Demikianlah penjelasan beberapa faktor yang menjadi penyebab dari munculnya
atau dialaminya mentalitas suap di mulut. Dan hal ini tidak menutup kemungkinan
bahwa ada faktor lainnya. Sebagai penutup bahwa mentalitas suap di mulut
merupakan suatu bentuk pelanggaran moral budaya dan yang paling krusialnya
adalah hal itu merupakan suatu penipuan diri yang dahsyat karena jika kita
belajar dari masing-masing agama, tampak sekali bahwa tidak ada ajaran agama
yang menganjurkan pemeluknya untuk hanya harap gampang atau memiliki mentalitas
suap di mulut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar