Nazar adalah
suatu janji kepada Tuhan, dan hal ini membawa konsekwensi bagi si penjanji
untuk menepatinya. Hanya saja seringkali manusia menganggap enteng tentang
nazar ini karena berpersepsi bahwa nazar sama seperti berjanji pada manusia. Penulis
tidaklah pakar atau ahli dalam bidang teologi tapi menurut hemat penulis bahwa
ketika anda bernazar maka anda sebenarnya sedang mengumandangkan janji yang
harus anda tepati. Dalam pengertian bahwa si penjanji tak dapat melarikan diri
dari nazarnya dan apabila melarikan diri dari janji atau mengingkari nazar maka
orang tersebut tidak akan tenang.
Lanjut bahwa
ulasan sebelumnya tidaklah berarti menakuti-nakuti melainkan mengajak orang
untuk janganlah bernazar apabila anda tidak mampu menempatinya. Cukuplah dengan
berdoa saja dan yakinilah bahwa doa anda pasti terjawab. Sampai di sini tampak
bahwa nazar dan berdoa hampir sama maknanya. Tapi menurut penulis bahwa berdoa
dan nazar sangat berbeda, karena nazar pada prinsipnya anda membuat janji dan
harus ditepati sedangkan berdoa adalah bentuk komunikasi yang terdalam antara
anda dan sang Kuasa. Tidak hanya itu saja, berdoa juga merupakan suatu bentuk
ucapan syukur sedangkan nazar memang merupakan suatu bentuk mengucap syukur
tapi lebih ditujukan pada berjanji.
Dengan
memahami esensi dari nazar, maka dengan itu perlu adanya kesadaran diri untuk
janganlah bernazar apabila anda masih ragu-ragu. Menimbang bahwa janji pada
manusia masih dapat anda ingkari namun janji pada sang Kuasa tidak dapat
diingkari. Oleh karena itu, agar mampu menempatkan nazar dengan tepat maka
orang perlu memahami konteks dari apa yang mau dinazar sehingga dapat
memperoleh pertimbangan yang masuk akal dan dapat dipertanggungjawabkan dalam
iman. Lanjut bahwa dengan memposisikan nazar dengan tepat maka orang akan
benar-benar paham tentang kekuatan dari nazar bahwa dirinya sedang berjanji
dengan sang Kuasa dan berjanji dengan sang Kuasa tidak dapat anda
mengingkarinya melainkan harus ditepati. Salam merenung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar