Kamis, 06 Oktober 2011

Perasan 3 Buah Buku Menjadi suatu Kepaduan Yang Utuh

  • Islam ku, Islam anda, Islam kita karya Gusdur.
  • Pancasila karya Goeltom et all.
  • Filsafat eksistensialisme karya Gabriel Marcel.
Gusdur bermaksud memberikan gambaran yang utuh dalam kehidupan berpolitik, bermasyarakat dan spesifiknya adalal kehidupan beragama. Dalam karya tersebut, tampak bahwa Agama memuat wajah manusiawi dn wajah manusia merupakan kombinasi keyakinannya. Hal ini akan berimplikasi pada saling mengargai dan terbukanya wawasan orang tentang Islam bahwa Islam merupakan bentuk keyakinan yang tidak diselimuti pikiran yang dangkal dan terkotak-kotak. Dengan kata lain, Islam merupakan bentuk keyakinan yang sangat menjungjung tinggi perbedaan dan toleransi. Tidak jauh berbedah, Gabriel Marcel filsuf eksistensialisme melalui karya gemilangnya memberikan suatu pola pikir yang sangat briliant yaitu mengganti paradigma aku dengan kita.
Nalarnya adalah keakuan yang tingggi (nilai personal, individualistis, egoisme, dll) dikikis perlahan-lahan menjadi kita, sehingga paradigma kita menjadi suatu fondasi yang kokoh untuk hidup bersama, Spesifiknya yaitu hidup berbasiskan saling mengahrgai dan memahami arti hidup saling ketergantungan antara semua manusia dengan berbagai macam aturan keyakinannya. Sehubungan dengan ulasan sebelumnya, maka menurut penulis terkadi korelasi yang tinggi antara kedua karya besar tersebut karena memuat nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan.
Lebih lanjut, jika diperas lagi diperoleh bahwa nilai-nilai yang menjadi dasar manusia Indonesia berperilaku yaitu PANCASILA. Pancasila sendiri memuat 5 nilai yang tidak kadarluarsa karena membantu seseorang memahami arti hidup bersama, saling hargai, saling membantu dn pengikat humanisasi antara warna-warni religi yang dimiliki Indonesia tercinta. Lima poin utama tersebut adalah  Tuhan, manusia, satu, rakyat-kebijaksanaan, dan keadilan.
Tiga karya besar tersebut memiliki korelasi yang signifikan yaitu sama-sama mendorong untuk terciptanya atmosfir religi yang sehat, yang terindikator dengan validitas tinggi dari kehidupan manusia-manusia yang kreatif, kritis, saling toleransi dan bahu membahu membangun Indonesia. Selain itu juga, berpijak pada ketiga literatur tersebut, tampak bahwa yang menjadi esensi utamanya adalah bagaimana manusia lepas dari penjara pikiran yang bernilai dehumanisasi sehingga tidak terjadi sekat-sekat dalam interaksi dan bereksistensi dalam kehidupan sehari-hari. Tambahan, jika diperhatikan dengan kritis ditemukan bahwa ketiga lietratur tersebut sama-sama bertujuan membuat manusia yang seutuhnya, sadar akan keterbatasannya dan tetap menjungjung tinggi nilai kemanusiaan yang berbasiskan pada spirit Rahmat dan amanah. Dengan demikian, dapat menembus dan mematahkan persepsi-persepsi yang bias tentang makna hidup bersama….. So, jangan cepat berkesimpulan, melainkan pahami dulu baru bertindak……….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar