Rabu, 12 Oktober 2011

Hidup Jangan Tertidur (Oleh Andi Muzaki – MOTIVASI NET_Buku digital)

Untuk dapat menikmati hidup, hal yang terpenting yang perlu anda lakukan adalah menjadi SADAR. Inti kepemimpinan adalah menjadi sadar. Inti spiritualitas juga adalah kesadaran. banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan “tertidur”. Mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan akhirnya meninggal dalam keadaan “tertidur”.
Analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis. Anda tahu di mana menyimpang uang. Anda tahu persis no PIN anda. Dan anda pun menyerahkan uang anda pada orang yang tidak dikenal. Anda tahu, tapi tidak sadar. Karena itu, anda bergerak bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang, dan harta benda.
Pengertian menyadari amat berbeda dengan mengetahui. Anda tahu berolah raga penting untuk kesehatan, tapi anda tidak juga melakukannya. Anda tahu bahwa memperjualbelikan jabatan itu salah, tapi anda menikmatinya. Anda tahu berselingkuh dapat mengahancurkan keluarga, tapi anda tidak tahan godaan. Itulah contoh tahu tapi tidak sadar.
Kematian mungkin merupakan suatu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. Banyak tokoh terkenal, meninggal begitu saja. mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan lalu tiba-tiba saja meninggal. Bayangkan anda sedang menonton film di bioskop. Pertujukkan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam. Petugas bioskop berkata, “Silakan anda pulang, pertunjukkan sudah selesai”! Anda protes, bahkan anda ingin menunggu hingga listrik hidup lagi. Tapi, penjaga hanya berkata tegas, “Pertunjukkan sudah selesai, listrik tidak akan pernah hidup kembali”.
Hidup ini seringkali menipu dan meninabobokan orang. Untuk menjadi bangun kita harus sadar mengenai tiga hal, yaitu siapa diri kita, darimana kita berasal, dan kemana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan melakukan kontemplasi.
Ada sebuah ungkapa menarik dari seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chadin, “Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, kita adalah makluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi”. Manusia bukanlah “makluk bumi” melainkan makluk langit. Kita adalah makluk spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi, tubuhini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan meninggalkan “rumah” untuk mencari “rumah” yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut meninggal dunia. Jangan lupa, ii bukan berarti mati karena jiwa kita tak pernah mati. Yang mati adalah rumah kita atau tubuh kita sendiri.
Coba anda resapi paragraf di atas dalam-dalam. Badan kita akan mati, tapi jiwa kita tetap hidup. Kalau anda menyadari hal ini. anda tidak akan menjadi menusia yang ngoyo dan serahkah. Kita memang perlu hidup, perlu makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya. Bila anda sudah mencapai semua kebutuhan tersebut, itu sudah cukup! Buat apa sibuk mengumpulkan kekayaan – apalagi dengan menyalahgunakan jabatan – kalau hasilnya tudak dapat anda nikmati selama-lamanya. Apalgi anda sudah merusak jiwa anda sendiri dengan berlaku curang dan korup. Padahal, jiwa inilah miliki kita yang abadi.
Lantas, apakah kita perlu mengalami sendiri peristiwa-peristiwa yang pahit tersebut agar kita sadar?
Jawabnya ya! Tapi kalau anda merasa  cara tersebut terlalu mahal, ada cara kedua yang jauh lebih mudah: Belajarlah MENDENGARKAN. Dengarlah dan belajarlah dari pengalaman orang lain. Bukalah mata dan hati anda untuk mengerti, mendengarkan, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma anda. Sayang, banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. Orang-orang seperti inilah masih tertidur dan belum sepenuhnya bangun. (Republika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar