Jumat, 14 Oktober 2011

Investasi Adalah Ibadah


Abad 21 yang ditandai dengan perubahan dalam segala bidang aktivitas manusia telah membawa dampak besar bagi paradigma manusia dalam menjalani hidupnya, yang mana manusia dituntut untuk memiliki semangat kreatifitas dan inovasi yang berkesinambungan sehingga mampu menjadikan dirinya memiliki kinerja (performance) yang unggul. Sejalan dengan hal itu maka manusia perlu melakukan investasi yang bermanfaat sehingga seiring perjalanan waktu maka seorang manusia akan memperoleh imbalan hasil yang akan dijadikan modal dalam mengarungi lautan kehidupan, namun sebelum melangkah lebih jauh maka penulis akan memaparkan beberapa variabel kunci sehingga memampukan pendalaman makna akan bagaimana suatu investasi memiliki kerelevansian yang erat bagi kehidupan manusia. Adapun langkah pertama yang perlu diperhatikan yaitu apa itu investasi, tujuannya, jenis-jenisnya dan bagaimana melakukannya namun tulisan ini akan lebih menitikberatkan pada landasan filosofis mengapa harus berinvestasi.
Pendefinisian investasi dalam tulisan ini diartikan sebagai suatu proses membangun kesejahteraan manusia sehingga akan mencakup dimensi-dimensi kehidupan karena kesejahteraan telah meliputi kebahagiaan, uang, peningkatan taraf hidup manusia dan masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan yang menjadikan manusia-manusia unggul dan banyak aspek lainnya, entah yang dapat dikuantifikasikan maupun yang bersifat kelitatif. Lebih lanjut didasari definisi sebelumnya maka investasi dapat dikategorikan menjadi beberapa aspek seperti investasi fisik dan non fisik, yang mana maksud dari investasi fisik meliputi pembangunan gedung-gedung, infrastuktur, dan semua hal yang dapat dipegang dan dilihat sedangkan investasi non fisik meliputi aset-aset keuangan dan human investment serta hal-hal yang bersifat intagibel sehingga untuk bisa merasakan kemanfaatannya diperlukan waktu beberapa tahun, namun dalam penulisan ini hanya akan memfokuskan pada jenis investasi non fisik yang mana lebih spesifiknya hanya akan mengkaji investasi pada aset-aset keuangan.
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa focus utama tulisan ini yaitu pada aset-aset keuangan saja akan tetapi akan lebih menitik beratkan pada landasan filosofis mengapa harus melakukan investasi sehingga diharapkan akan membawa paradigm baru untuk lebih berani berinvesatsi dan tidak menganggap investasi sebagai hal yang tabuh dan disepelekan. Dalam upaya memaparkan keterkaitan filosofis investasi maka seperti yang dijelaskan pada penggunaan definisi investasi yaitu diperlukan waktu untuk bisa merasakan manfaatnya sehingga variabel waktu menjadi hal yang sangat penting karena berkaitan langsung dengan imbal hasil serta resiko yang harus ditanggung apabila berkeputusan berinvestasi, namun dikarenakan waktu merupakan modal yang seringkali disepelekan manusia maka alangkah baiknya apabila persepsi tersebut dirubah sehingga akan melancarkan pemahaman bagaimana benefit yang akan dirasakan dikemudian hari.
Berinvestasi secara filosofis merupakan keharusan karena berkaitan dengan paradigm manusia dalam memahami siapa dirinya dan bagaimana korelasi dirinya sebagai makluk yang paling mulia dibandingkan makluk lainnya, yang mana dalam tulisan ini yaitu menyangkut aspek spiritual yaitu bagaimana hubungan investasi yang dilakukan manusia dengan sang penciptanya. Lebih lanjut dalam upaya memahami bagaimana keterkaitan investasi secara spiritual tersebut maka sebagai manusia biasa yang diciptakan sesuai rupa Allah maka investasi dapat dipandang sebagai sebuah hubungan antara Pencipta dan yang dicipta, yang mana dalam tulisan ini penulis mengaitkannya dengan aspek ibadah sehingga diharapkan diperoleh pemahaman yang mendalam bahwa beribadah kepada sang Pencipta memiliki cakupan yang luas dan bukan hanya sekedar melakukan kebaktian-kebaktian rohani walaupun bentuk-bentuk ibadah tersebut memang diperlukan dan harus adanya, namun seperti yang penulis katakan sebelumnya bahwa penafsiran kata Ibadah secara sempit hanya akan mendistorsi capability yang sudah dikaruniai sang Pencipta yang akan penulis paparkan kemudian.
Ditujukan untuk mempermudah pembahasan maka penulis akan terlebih dahulu mendefinisikan Ibadah sehingga dalam upaya mendalami makna atau esensi akan menjadi jelas dan tidak terdistorsi. Adapun pendefinisian Ibadah yang digunakan dalam penulisan ini yaitu sebagai bentuk persembahan diri, penyerahan diri, yang dilandasi kesadaran mendalam dan serius; kesadaran bahwa kita berutang cinta kepada Tuhan yang kita abdi dan kita puja; bahwa kita telah menerima cinta sepenuh-penuhnya, maka kitapun patut mengabdi dengan sepenuh-penuh cinta pula. Didasari definisi tersebut tercermin bahwa Ibadah merupakan rasa sukacita yang terdalam bahwa sebagai makluk yang dicipta maka kita sebagai manusia memiliki suatu panggilan kasih yang hakiki untuk mengucap syukur atas segala sesuatu yang telah Allah berikan kepada kita, termasuk waktu, talenta, kepribadian, karakter, hati nurani, rasio serta kebutuhan dan keinginan serta lain-lainnya sehingga sebagai manusia yang merupakan makluk paling istimewa maka kita selayaknya menggunakan semua itu sebagai sesuatu yang berguna bagi diri kita dan bagi masyarakat pada umumnya dan tentu saja bagi sang pencipta.
Lebih lanjut didasari penjelasan sebelumnya tercermin bagaimana keterkaitan implikasi ibadah dengan rahmat, yang mana diartikan sebagai kebaikan yang kita terima secara cuma-cuma, tanpa syarat sehingga rahmat sinonim dari rahmat adalah anugerah, kasih karunia yang kita terima karena kasih sayang pemberi. Sejalan dengan arti tersebut, maka akan memperdalam makna dari melakukan investasi yaitu bagaimana seluruh karunia yang diberikan secara cuma-cuma oleh sang pencipta tidak disia-siakan melainkan didayagunakan secara optimal sehingga manusia akan menjadi sejahtera, yang mana dalam proses mendayagunakan semua karunia tersebut maka manusia telah melakukan ibadah kepada sang Pencipta.
Oleh karena itu, dalam upaya mendayagunakan seluruh potensi tersebut maka manusia sebenarnya sedang berada dalam suatu proses aktualisasi diri yang akan penulis bahas kemudian sehingga seperti yang penulis katakan pada bagian sebelumnya bahwa Ibadah memiliki cakupan yang luas namun sering disalahartikan oleh manusia dan menyebabkan Ibadah menjadi kurang bahkan menjadi tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Adapun penggunaan aktualisasi diri pada manusia, mungkin sudah seringkali didengar terutama tokoh pencetus aktualiasi diri yaitu Abraham Maslow, yang mana aktualiasi diri diartikan sebagai kecendrungan seseorang untuk berkembang sepenuhnya menjadi diri terbaiknya, menjadi diri sejatinya yang dia mungkin dan bisa.
Akan tetapi dalam tulisan ini akan mengartikan aktuaslisasi diri sebagai proses membuat potensi menjadi aktual sehingga akan lebih menyentuh kehidupan sehari-hari yaitu bagaimana proses itu tidak terjadi pada aras berpikir saja melainkan telah terendapkan kedalam perilaku positif, yang mana maksud penulis berkaitan dengan aspek investasi yaitu mewujudkan dan melakukan investasi yang tepat dan rasional sehingga tujuan awal untuk mencapai kesejahteraan akan terjadi dan bukan hanya menjadi impian kosong belaka.
Sejalan dengan makna tersebut maka dalam proses mengaktualisasi dirinya melalui investasi maka individu yang bersangkutan diharapkan mampu mengelola segala karunia sehingga dalam proses tersebut akan terjadi suatu perubahan yang signifikan atau lebih spesifiknya dalam melakukan investasi akan terlebih dahulu melakukan analisa yang mendalam dan cermat dari objek investasi tersebut (financial asset) sehingga akan bersikap rasional, berhati-hati dan tidak berperilaku bias dalam berinvestasi atau menajdi korban dalam berinvestasi dikarenakan kurang cerdik dan cerdas dalam mengelola aset-aset keuangan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar