Jumat, 14 Oktober 2011

Membaca Saham


Lingkungan kerja yang baik dan menjanjikan bagi pengembangan karier menjadi idaman atau harapan bagi siapa saja, hal ini didukung oleh karena adanya dorongan kebutuhan dan keinginan untuk dipuaskan secara psikologis namun pada kenyataannya seringkali terjadi kebalikan sehingga banyak pemikir seperti Kiyosaki dan Trump yang berpendapat bahwa keyakinan kepastian kerja sudah harus dirubah karena dinamisnya lingkungan bisnis dan factor ketidakpastian yang selalu menghantui pekerjaan seseorang. Pendapat ini didasari bahwa lingkungan yang intensitas persaingannya terus-menerus meningkat membuat banyak perusahaan yang hari ini sukses namun di kemudian hari akan terhempas oleh persaingan sehingga diperlukan paradigma baru dalam menunjang pendapatan sehingga memampukan meraih kesuksesan (kebebasan keuangan) sepanjang siklus hidupnya yaitu dengan cara melakukan akumulasi secara kontinyu atas harata produktif sehingga mampu meraih kebebasan keuangan dan salah satu cara konkret yang dapat dilakukan yaitu berinvestasi pada saham.
Ibarat membangun sebuah bahtera kehidupan (kebebasan keuangan) maka diperlukan pemahaman yang dalam, kritis dan comprehensive akan aturan main dan persyaratan-persyaratan yang memampukan kita membuat bahtera kebebasan keuangan yang baik sehingga tidak hancur oleh hantaman badai dan gelombang yang menerpa bahtera tersebut. Begitu juga dalam bermain saham juga diperlukan untuk mengetahui berbagai aspek secara umum dan kusus akan saham sehingga akan menuai keuntungan dan bukan kerugian. Saham yang diartikan sebagai bukti atau tanda penyertaan atau kepemilikan atas suatu perusahaan sehingga dengan memiliki suatu saham maka individu atau institusi tersebut adalah pemilik dan ikut bertanggung jawab atas perusahaan tersebut.
Adapun beberapa point mendasar yang perlu diperhatikan tentang saham yaitu: Pertama, karakteristik individu tersebut terhadap toleransi kerugian maupun keuntungan. Kedua, dana yang dimiliki, penegtahuan serta pengalaman individu yang bersangkutan dan yang ketiga yaitu kemampuan mengontrol emosi dan kemampuan menganalisis. Namun dalam artikel ini hanya memfokuskan pada aspek kemampuan mengontrol emosi dan kemampuan menganalisa saham secara tepat. Adapun alasan yang mendasari mengapa penulisan ini hanya membahas ability to control emotion dan kemampuan menganalisa saham secara tepat karena pergerakan harga saham yang tak pernah konstan merupakan cerminan perilaku kegilaan pasar sehingga aspek emosional menjadi kunci utama meraih keberhasilan dan tidak boleh disepelekan seperti penjelasan-penjelasan sesudahnya.
Aspek pertama yaitu kemampuan mengontrol emosi (ability to control emotion) menjadi hal yang menentukan kesuksesan dalam berinvestasi di pasar saham karena kita adalah manusia biasa (natural human) yang seringkali membuat kesalahan yang merugikan diri kita sendiri. Didasari alsan sebelumnya sehingga menurut banyak pakar atau ahli dalam bermain saham, namun dalam penulisan ini akan banyak sekali menggunakan pendapatnya Warrent Buffet sang tokoh ternama yang telah berhasil menjadikan dirinya sebagai orang terkaya di dunia yang mana pengasilan atau pendapatannya berasal dari hasil berinvestasi saham. Secara jelas dikatakan bahwa ability to control emotion mencakup tiga hal penting yang harus dilakukan yaitu mengontrol keserakahan (greedy), mengontrol ketakutan (fear) dan menjauhi kebodohan (stupid).
Adapun yang dimaksud dengan keserakahan yaitu keinginan yang berkobar-kobar tanpa didukung pertimbangan yang rasional untuk mendapatkan keuntungan dan sikap yang secara cepat atau instan menuai keuntungan. Lebih lanjut bahwa pengaruh keserakahan atau ketamakan akan membuat seorang individu mengikuti trend harga saham dan dengan mudahnya mengikuti rumors yang beredar dipasar saham sehingga pada saat trend harga pasar menunjukkan trend meningkat dan banyak harga saham akan dinilai melebihi nilai wajarnya maka dorongan keserakahan akan membuat investor-investor membeli saham secara bergelombang dan kontinyu sehingga mendorong harga saham menjadi semakin meninggalkan jauh nilai wajarnya namun kondisi tersebut tidak bertahan lama karena pasar saham akan segera menurun sehingga banyak investor akan terjebak dalam ketakutan dan segera melepaskan saham-saham yang baru dibeli pada harga tinggi dan segera mengalami kerugian (capital loss).
Lebih lanjut akibat atau dampak dari keserakahan dan ketakutan tersebut membuat segelintir investor yang memang handal dan mampu mengontrol emosinya meraup keuntungan dari kegilaan pasar sehingga dapat dikatakan bahwa dengan berperilaku yang didorong oleh keserakahan dan ketakutan akan mengakibatkan investor merasa bodoh dan tenggelam dalam lautan kebodohan dan bertendensi menimbulkan ketakutan untuk berinvestasi lagi dipasar saham sehingga menurut pakar berinvestasi saham bahwa keputusan untuk bermain saham merupakan keputusan untuk mengalahkan diri sendiri dan hal ini hanya dapat dilakukan hanya apabila calon investor atau yang telah menajdi investor menyadari dan secara terus-menerus berlatih kesabaran dan selalu siaga memanfaatkan peluang dipasar saham dengan memanfaatkan kegilaan investor dipasar saham.
Aspek kedua yang akan dibahas yaitu kemampuan menganalisa saham secara tepat. Adapun yang dimaksud dengan aspek ini yaitu kemampuan memilih saham perusahaan yang memiliki fundamental yang baik dan kuat. lebih lanjut dalam menganalisa kondisi fundamental perusahaan yang baik dapat dilakukan dengan cara melihat data historis akan berbagai rasio keuangan seperti ROI dan ROE, melihat nilai intrinsic dari saham tersebut, bagaimana situasi kerja dari tenaga kerjanya, key people dari perusahaan tersebut, lingkungan industrinya, laporan keuangan sehingga diharapkan mampu mengetahui prospek perusahaan dimasa yang akan datang karena pada prinsipnya berinvetasi saham merupakan bentuk investasi dalam jangka panjang. Alasan dibalik mengapa memilih perusahaan yang memiliki fundamental kuat karena berkaitan dengan arti dari saham itu sendiri yaitu kepemilikan sehingga sebagai pemilik, sang investor yang memiliki saham suatu perusahaan wajib mengetahui secara jelas tentang perusahaan yang dimilikinya.
Didasari kedua aspek sebelumnya tercermin bahwa aspek emosional merupakan hal tersulit untuk dilakukan namun tetap masih bisa dilakukan karena seorang yang memiliki niat pasti akan mampu meraihnya, seperti pepatah yang berbunyi bahwa musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri. Hal ini didukung oleh berbagai penelitian empiris bahwa perilaku harga saham yang sangat dinamis, bergejolak dan penuh ketidakpastian merupakan cerminan dari perilaku investor yang berkecimpung dipasar saham tersebut sehingga aspek psikologi menjadi hal yang tak terbantahkan atau yang lebih tepatnya adalah factor emosional dari investor itu sendiri sehingga diharapkan tidak terjadi pemanfaatan kebodohan investor oleh segelintir investor yang mahir dan lihai mengontrol emosinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar