Jumat, 14 Oktober 2011

Mengerem Sikap Boros


Uang merupakan alat yang berguna untuk menukarkan kebutuhan dan keinginan manusia dengan barang ataupun jasa namun seringkali manusia melupakan bahwa kebutuhan dan keinginannya tidak terbatas melainkan sumber daya yang dimiliki terbatas sehingga manusia dituntut untuk melakukan pilihan yang tepat dan cerdas dalam menggunakan sumber dayanya, yang mana maksud sumber daya dalam tulisan ini yaitu sumber daya sebagai alat penukar (money). Didasari fungsi utamanya tersebut maka uang secara esensial digunakan untuk meningkatkatkan kepuasan (utility) manusia namun seringkali manusia melupakannya sehingga akan menggunakan uang yang dimiliki secara underutility karena tidak memiliki prioritas dalam penggunaan dan terjebak dalam sikap boros.
Sikap boros ini secara implicit bermakna bahwa uang yang digunakan hanya untuk mengakumulasi harta konsumsi dan bukan untuk akumulasi harta produktif dan hal lainnya yang sering tidak disadari oleh manusia bahwa sikap boros dapat terjadi pada siapa saja sehingga diperlukan upaya serius untuk menanggulanginya. Namun sebelum menjabarkan solusi yang dapat dilakukan untuk mereduksi bahkan menghilangkan sikap boros maka sebaiknya terlebih dahulu mengetahui sebab-sebab mengapa sikap boros ini terjadi. Adapun penyebabnya utamanya yaitu berpinsip hidup hanya untuk hari ini sehingga secara tidak disadari kita telah merampok atau mencuri uang masa depan kita hanya untuk mengkonsumsinya hari ini.
Lebih lanjut bahwa prinsip untuk hidup hari ini akan terkristalkan dari kemalasan kita untuk menabung 5% hingga 10% dari pendapatan sehingga akan mengamankan masa depan apabila terdapat kebutuhan dana mendadak, selain itu juga prinsip ini akan membawa konsekwensi perilaku untuk menggunakan kartu kredit (credit card) secara berlebihan dan mungkin yang paling berbahaya adalah memiliki beberapa kartu kredit (credit card) dan menggunakannya secara berlebihan dan berefek domino pada tumpukan hutang yang besar atau lebih familiar dikenal sebagai galing lubang tutup lubang.
Dua bias perilaku boros tersebut yang disebabkan hidup berprisip hanya untuk hari ini hanyalah sebagian contoh dalam kehidupan nyata karena masih banyak contoh lainnya yang bisa dijumpai namun yang terpenting dari semua ini adalah bagaimana solusi yang tepat untuk menghilangkan sikap boros atau mungkin mereduksinya secara perlahan-lahan. Adapun pendapat dari seorang pakar perencanaan keuangan pribadi Dan Betson (2003) bahwa diperlukan pergantian paradigma atau lebih tepatnya yaitu individu yang bersangkutan perlu sadar bahwa manusia memiliki keterbatasan siklus hidup sehingga harus memanfaatkan waktu untuk mengakumulasi harta produktif, sebagai contoh yaitu karena sebagai makluk hidup maka manusia pasti memiliki aktivitas yang dilakukan dan setiap aktivitas tersebut pasti memiliki resiko tersendiri sehingga apabila dikemudian hari individu tersebut membutuh uang untuk kepentingan-kepentingan tertentu seperti biaya kesehatan karena pengaruh usia ataupun biaya pendidikan dan biaya-biaya tak terduga lainnya maka individu tersebut masih mampu membiayainya.
Apabila pembentukan kesadaran tersebut telah berhasil dilakukan maka langkah berikutnya yaitu pertama, mengambil inisiatif untuk mulai menabung dan mendapatkan keuntungan dari bunga majemuk yang diberikan lembaga keuangan. Kedua, memiliki asuransi terutama asuransi kesehatan dan langkah ketiga atau langkah terakhir yaitu investasi pada surat berharga, yang mana investasi yang dimaksud yaitu berivestasi pada reksa dana bagi pemula kemudian dilanjutkan pada investasi saham pada pasar modal. Namun penulis menambahkan bahwa dalam upaya merubah paradigma atau mempertegas paradigma sebaiknya individu perlu menyadari bahwa uang merupakan salah satu manifestasi anugerah yang mana dalam proses memperolehnya membutuhkan pengorbanan waktu dan tenaga sehingga diperlukan control yang tepat atas personel budget karena hal ini akan memudahkan dalam membuat perencanaan keuangan yang tepat dan dapat disesuaikan dengan pendapatan serta pengeluaran sehingga terhindar dari jebakan besar pasak dibandingkan tiang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar