Jumat, 14 Oktober 2011

Benarkah & Haruskah Pasar Efisien


Salah satu terobosan penting dalam perkembangan teori keuangan perusahaan adalah dikedepankannya hipotesis pasar efisien (Efficient Market Hypothesis) oleh Fama di tahun 1970. Sejak dikemukakan tahun 1970, teori pasar efisien seakan-akan menjadi magnet bagi peneliti keuangan untuk terus diuji keabsahannya. Namun sebelum membedah pasar efisien lebih jauh maka sebaiknya dipahami terlebih dahulu esensi dari konsep pasar efisien secara informasi sehingga lebih memudahkan bagi pemahaman dan keterkaitannya dengan pasar modal yang memiliki wujud konkret yaitu bursa efek, yang mana untuk Indonesia dikenal sebagai bursa efek Indonesia (BEI).
Secara konseptual pasar efisien secara informasi memiliki ciri-ciri unik seperti pasar yang mana semua informasinya dicerminkan oleh harga saham, informasi tersedia secara cepat dan tepat (no transaction cost), para pelakunya adalah rasional, terdapat banyak pelaku sehingga tidak ada pelaku yang memperoleh abnormal return, pergerakan harga saham adalah acak (random) dan yang terakhir investor memiliki capability untuk menyesuaikan dan secepat mungkin merespon informasi baru yang masuk dipasar dan menyebabkan harga saham segera berubah. Didasari karakteristik sebelumnya terlihat bahwa dengan adanya pasar yang efisien maka tidak ada zero sum game sehingga harga saham secara tepat dinilai sesuai dengan nilai fundamentalnya.
Lebih lanjut bahwa pasar efisien sendiri dibagi menjadi tiga kategori yaitu pasar efisien bentuk lemah, semi kuat dan kuat, yang mana masing-masing bentuk memiliki karakteristik tersendiri sehingga memudahkan untuk mengetahui apakah suatu pasar modal termasuk bentuk yang mana diantara ke tiga bentuk tersebut. Adapun untuk mengetahui bentuk lemah maka perlu untuk di uji apakah harga saham saat ini memiliki korelasi dengan harga masa lalunya dan apabila harga saham tersebut berkorelasi dengan masa lalu maka pasar tidak efisien dan begitu juga sebaliknya. Sedangkan untuk bentuk semi kuat maka pengujian harga saham, apakah harga saham memiliki korelasi dengan data publik dan privat namun bukan data masa lalu dan bentuk yang terakhir yaitu bentuk kuat adalah pengujian harga saham, apakah harga saham memiliki korelasi dengan data pribadi (insider trading).
Terlepas dari karakteristik dan bentuk-bentuk pasar efisien maka tercermin secara implisit bahwa pasar efisien beranggapan bahwa semua investor memiliki kapasitas mengelola informasi yang sama atau lebih tepatnya adalah tidak ada investor yang memiliki keahlian (skill) investasi yang superior dan kalaupun ada maka semua investor pasti memilikinya. Alasan implicit ini apabila ditelaah lebih mendalam maka akan ditemukan bahwa pasar efisien memiliki dua karakteristik utama yang merangkum semua karakteristik sebelumnya yaitu tidak ada makan siang gratis (there are no free lunches) dan tak ada yang tahu (nobody knows anything).
Lebih lanjut, kedua alasan tersebut dimaksudkan untuk menerangkan bahwa dalam pasar efisien yang dihuni oleh banyak investor plus bersikap rasional maka tindakan-tindakan mengurangi resiko apapun dalam pasar modal tidak akan berdampak pada pengurangan resiko atau menempatkan investor sebagai price taker dan bukan price maker, sedangkan yang kedua dimaksudkan bahwa tak ada satupun investor yang memiliki kemampuan memprediksi harga saham atau tak ada satupun investor yang secara tepat atau akurat memprediksi kinerja saham di masa yang akan datang.
Dua karakteristik sebelumnya memiliki kerelevansian dengan kondisi pasar modal saat ini yaitu pasar modal di era pengetahuan dan informasi, yang mana perubahan merupakan hukum alam yang tidak bisa dihindari oleh manusia, terkususnya para investor dan yang terpenting yaitu dengan diperkenalkannya pasar efisien maka hal ini bisa dijadikan patokan atau pedoman dalam bertingkah laku bahwa investor harus bersikap rasional dan sadar akan manajemen perubahan yang terkait dengan pergerakan harga saham-saham. Namun terlepas dari kemanfaatan dari pasar efisien maka terdapat celah yang besar bagi validitas pasar efisien disebabkan manusia itu sendiri, lebih spesifiknya yaitu perilaku manusia yang didorong oleh keserakahan (greed) dan ketakutan (fear) yang menyebabkan investor berperilaku irasional (panic).
Adanya keserakan dan ketakutan yang tercermin dari perilaku ikut-ikutan seringkali menyebabkan timing masuk dan keluar dari investor yang tidak tepat atau lebih tepatnya yaitu melanggar prinsip beli murah jual mahal. Lebih lanjut, hal ini sebenarnya dapat diprediksi dengan tepat terkususnya bagi investor-investor yang menganut strategi investasi berbasis value sehingga hanya menunggu waktu yang tepat untuk membeli atau menjual suatu saham. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasar efisien sebenarnya perlu untuk diuji validitasnya secara terus-menerus karena seperti yang diketahui bahwa apabila asumsi dari suatu teori telah salah atau berhasil disanggah kebenarannya maka teori tersebut dapat dikatakan salah.
Lebih lanjut, asumsi “tak ada yang tahu” yang menyebabkan ketidakpercayaan akan prediksi harga saham di masa yang akan datang (randomness) berhasil dipatahkan kebenarannya namun apabila ditelaah ulang secara kritis maka asumsi ini memiliki validitas yang tinggi namun bukan pada konteks pasar modal melainkan kebenarannya untuk mengkaji kondisi perekonomian secara keseluruhan atau lebih tepatnya adalah tak ada yang dapat memprediksi ketepatan dan keakuratan kapan akan terjadi krisis ekonomi. Sejalan dengan hal sebelumnya maka penerapan pasar efisien menjadi tidak tepat dan akurat pada konteks pasar modal namun tepat untuk membantu menjelaskan kondisi ekonomi bahwa tak ada yang berkapability untuk memprediksi kapan akan terjadi krisis ekonomi.
Terkususnya untuk Indonesia secara kusus dan asia secara umum dapat dibuktikan dengan kebenaran asumsi ini bahwa tak ada yang tahu bahwa di tahun 1997 asia secara umum dan Indonesia secara kusus dilanda krisis ekonomi yang seiring dengan berjalannya waktu berubah menjadi krisis kepercayaan dan multidimensi sehingga memaksa Soeharto harus turun dari tahta kepresidenan dan terjadilah reformasi secara struktural di Indonesia yang di motori oleh mahasiswa seluruh Indonesia. Sedangkan contoh lainnya akan vaiditas nobody knows anyting adalah krisis global 2008 lalu yang mana membuat Amerika Serikat dan negara-nagara Eropa barat mengalami goncangan yang hebat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar