Jumat, 14 Oktober 2011

Diagnosa Aspek Sosial & Perilaku Investor


Setiap manusia menginginkan kehidupannya sejahtera sehingga dalam upaya membangun kesejahteraan maka manusia saling berinteraksi karena setiap manusia memiliki kebutuhan dan keinginan untuk dipuaskan hanya saja manusia memiliki keterbatan sumber daya seperti waktu, kemampuan bernalar dan modal sehingga manusia memerlukan manusia lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya dan hal ini sesuai dengan kodrat manusia bahwa manusia merupakan makluk sosial yang secara terus-menerus berinteraksi dengan manusia lainnya sehingga akibat dari adanya interaksi sosial yang berkesinambungan tersebut akan mempengaruhi keyakinan individu dalam mengintepretasi informasi, tepatnya informasi seputar keputusan investasi yang terkristalkan dalam perilaku manusia.
Upaya memproses informasi oleh investor yang merupakan makluk sosial dikenal dalam bidang psikologi keuangan sebagai aspek sosial yang memiliki tiga komponen utama yaitu interaksi sosial, media dan internet. Interaksi sosial merupakan factor pertama dari aspek sosial karena didasari asumsi bahwa manusia adalah makluk sosial, yang mana akibat dari interaksi secara terus-menerus tersebut akan mempengaruhi persepsi sehingga bisa terjebak dalam perilaku ikut-ikutan dan perilaku berdasarkan rumors yang membawa konsekwensi perilaku yang didominasi ketamakan dan ketakutan sehingga merugikan investor.
Ketamakan dan ketakutan bisa menjangkiti investor karena pada umumnya seorang manusia menginginkan untuk diterima dalam kelompok sosialnya sehingga diharuskan memiliki kesamaan dan kemiripan kepentingan dan diatur dalam suatu norma sosial. Didorong oleh alasan tersebut akan membuat perilaku investor cenderung menjadi panik karena harga saham yang telah dibelinya mengalami penurunan dan banyak investor lainnya akan melakukan aksi jual yang berlebihan sehingga akan mempengaruhi persepsi investor lainnya untuk melakukan hal yang sama (herding behavior).
Kenyataan bahwa perilaku salah seorang investor yang akan menjangkiti investor lainnya mengakibatkan bias karena keputusan menjual saham tanpa didasari alasan yang rasional sehingga menambah besarnya kemungkinan kerugian karena cenderung menjual pada saat harga saham dibawah harga beli sehingga menyalahi aturan dasar dari investasi yaitu beli murah jual mahal atau jual mahal beli murah. Lebih lanjut bahwa apabila investor telah terjangkiti virus ikut-ikutan disebabkan kodrat manusia adalah makluk sosial maka dapat menimbulkan penyesalan (regreat) sehingga menimbulkan persepsi negatif akan investasi saham dan akan menghindarinya di kemudian hari untuk investasi saham.
Factor kedua yaitu media, yang mana media akan mempengaruhi investor karena media menyediakan informasi terutama dalam bidang pasar modal yang berasal dari para analist investasi dan keuangan. Nasihat dari analist investasi maupun analist keuangan dapat mempengaruhi persepsi investor lainnya sehingga akan mempengaruhi perilaku beli, tahan atau menjual saham. Dampak lainnya dari media yaitu penyebaran opini-opini atas suatu peristiwa yang mana akan dihubungkan dengan pasar modal namun keakuratan dari opini tersebut masih membutuhkan penalaran lebih dalam sehingga dapat menimbulkan perasaan ketamakan yang luar biasa ataupun ketakutan yang luar biasa sehingga akan mengakibatkan harga saham terkoreksi atau mengalami kenaikkan tajam.
Namun pada umumnya penyebaran informasi melalui media, entah media eletronik maupun media cetak akan direspon secara berlebihan sehingga menimbulkan perilaku overreaction. Efek domino dari perilaku overreaction yaitu bagaimana investor tidak mampu mengenali mana saham yang dimiliki perusahaan berkinerja fundamental baik dan buruk sehingga akan menguntungkan segelintir investor karena mampu memanfaatkan overreaction investor lainnya (zero sum game in capital market).
Factor ketiga yaitu internet, yang mana seperti diketahui bahwa kian hari pasar modal di berbagai negara semakin terintegrasi sehingga persepsi investor disuatu bursa efek akan mempengaruhi persepsi di bursa efek lainnya.
Terintegrasinya bursa-bursa efek di dunia disebabkan penyebaran informasi yang semakin cepat dan salah satu alat penyebar informasi yaitu internet. Sebagaimana yang diketahui bahwa kehadiran internet telah merubah paradigma investor dalam mendapatkan informasi dan mengolah informasi, yang mana investor cenderung makin kesulitan mengolah informasi yang relevan karena membanjirnya informasi dan hal ini dapat menyebabkan investor dalam mengambil keputusan akan menggunakan rules of thumbs dan salah satu kategori dari rules of thumbs adalah affect yang didefinisikan sebagai mendasari keputusan pada perasaan emosional seperti insting, intuisi dan perasaan senang. Didasari definisi tersebut terkristalkan implikasi dari aspek ini yaitu individu dalam mengambil keputusan akan didasari oleh insting-intuisi dan tidak didasari oleh penalaran dan logika. Lebih lanjut bahwa aspek ini merupakan teknik pengambilan keputusan yang tercepat dan paling sederhana terutama dalam keadaan ketidakpastian namun karena kecepatan dan kesederhanaannya dan tanpa dilakukan analisis terlebih dahulu akan membuat investor mengalami kerugian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar